Rose membuka pintu kamarnya secara perlahan, lalu ia melihat ke sekitar. Ruangan apartemen ini sudah sepi.
'Momma mana?' Batinnya bertanya-tanya.
Lalu Rose melangkahkan kakinya keluar dari kamar, ia berjalan menuju meja pantry. Ada secarik notes yang di tempelkan di kulkas.
"Momma harus sudah ke Australia lagi, Rose. jaga diri baik-baik."
Pandangan mata Rose meredup membaca tulisan di notes itu. Sorot mata sedih dan kecewa terlihat di matanya.
"Bahkan enggak ada ucapan minta maaf atau sekedar I love you?" Rose tersenyum miris, lalu dengan malas ia menyeret kakinya ke kamar mandi. Ia harus bersiap berangkat ke sekolah.
*****
"Morning, Rosey!" Sapa Gavin dengan riang. Gavin mengernyitkan dahinya saat tidak mendengar respon dari Rose. Gavin meletakkan tas nya dan segera duduk di bangku sebelah Rose. Gadis di sebelahnya ini malah melamun dengan kepala menunduk.
"Rose?" Gavin mengguncang bahu Rose dengan pelan. Tetapi membuat gadis itu tersentak.
"Oh! Hai.." Rose baru menyadari kehadiran Gavin.
Gavin terkejut melihat muka Rose yang tidak biasa. Pagi ini mukanya kusut, lingkar matanya bengkak dan hitam. Seperti habis menangis dan kurang tidur. Tapi kenapa?
"Lo kenapa?" Gavin bertanya langsung, menyiratkan nada khawatir.
"Kenapa?" Rose memajang wajah bingung. "Aku gapapa kok." Jawab Rose di iringi senyum tipis nya.
Tapi senyum tipis itu malah seperti menyiratkan perasaan terluka di hadapan Gavin. Ia tidak suka, ia tidak suka melihat Rose seperti ini.
"Gausah bohong." Gavin menatap Rose tajam, membuat Rose mengalihkan pandangannya dari Gavin.
Rose menghadap lurus ke papan tulis yang berada di depannya, "Guru nya udah masuk. Mending kamu perhatiin pelajarannya."
Gavin menghela nafas, ia juga ikut duduk lurus menghadap papan tulis. Tapi mata Gavin masih terus melirik Rose.
'Dia malah ngalihin pembicaraan. Lo kenapa sih?' Gavin menjadi uring-uringan sendiri melihat sifat Rose padanya.
Yang membuat Gavin makin bingung, saat Gavin meminta Rose Rose untuk mengajari nya mengejarkan soal matematika saat jam istirahat, Rose malah terlihat menghindar dan memilih pergi ke kantin bersama Jazmin. Padahal biasanya Rose jarang pergi atau makan di kantin.
Atau saat Gavin menceritkan tentang wartawan yang sedang gencar menanyakan sesosok gadis yang dibawa Gavin ke acara pertunangan Ghea. Beruntungnya, wajah Rose tidak ter ekspos oleh media. Tapi mendengar cerita itu Rose malah melamun, dan terlihat sekali tidak berminat menanggapi ceritanya.
*****
Bel tanda aktivitas belajar mengajar di sekolah sudah berbunyi. Rose kembali tersentak kaget mendengar bel itu.
"Oke anak-anak, Jam pelajaran sudah selesai. Kemasi barang-barang kalian. Jangan lupa kerjakan pr dari saya di kumpulkan besok pagi pada jam pertama di meja saya!" Ucap Bu Dea dengan lantang, guru sosiologi yang mengajar di jam terakhir hari ini.
Lalu Bu Dhea melangkahkan kaki meninggalkan kelas. Suasana kelas menjadi tambah ribut karena anak-anak yang mengobrol sambil membereskan buku-buku mereka yang berserakan diatas meja sehabis belajar seharian ini.
"Ajarin gue dong.." Gavin merengek pada Rose yang sedang memasukkan buku-buku nya ke dalam tas dengan gerakan cepat.
"Lo mau pulang sekarang? Tumben." Gavin heran melihat Rose yang sudah memasukkan buku-buku nya kedalam tas. Padahal biasanya Rose akan di kelas mengerjakan pr atau membaca buku sampai sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...