3 - Malaikat Biru

34.9K 1.6K 41
                                    

Bel sekolah sudah berbunyi. Murid-murid SMA Neira, khususnya kelas XI – Social Two bersorak gembira. Pelajaran sejarah selama dua jam, di jam terakhir sangatlah membuat mereka semua mengantuk.

Terutama Gavin yang notabene artis hobi tidur. Menjadi artis papan atas, tentu jam tidur yang dimiliki Gavin sangatlah sedikit. Membuat Gavin sering tidur di kelas, sering tidak masuk sekolah dan tertinggal banyak pelajaran.

"Vin, balik yuk cepet! Main billiard di rumah koko Stephen!" Ardhana berseru dengan semangat.

"Bisa-nya ngerepotin orang doang lo, Dhan." Sahut Stephen sembari memasukkan buku Sejarahnya ke dalam tas.

"Gabisa." Sahut Gavin datar. Wajahnya amat sangat datar. Terkesan badmood.

"Lah, kok gabisa? Payah lo ah, hari ini enggak syutting kan lo?" Stephen terkejut mendengar penolakan Gavin. Jarang sekali Gavin menolak bila diajak hangout dengan teman-temannya.

Gavin memutar bola matanya, "Gue kan dapet tugas dari Bu Ike. Gue harus cepet ngumpulin."

"Yaelah, biasanya juga nggak pernah ngerjain kan lo?" Ardhana terlihat santai menanggapi ucapan Gavin.

"Terserah lo semua dah. Pokoknya sorry aja nih ya, hari ini gue gabisa ikut main sama kalian-kalian." Gavin mulai bangkit dari kursi-nya. "Gue mau ke perpustakaan. Stephen, mau ikut nggak lo?"

"Dih, amit-amit gue ke perpus. Penjaganya galak." Stephen bergidik ngeri.

Gavin ganti melirik Ardhana, yang sibuk bermain game di ponselnya. "Dhan?"

"Hah? Apaan?" Ardhana acuh tak acuh. Tahu kalau Gavin memintanya menemani. "Sorry nih ya, Vin. Gue anti sama yang namanya perpustakaan. Udah yok, Phen. Cabut ke rumah lo aja. Gue laper nih. Rumah lo kan gudang makanan." Ardhana menarik Stephen keluar kelas. Menghindari bujukan Gavin menemaninya ke perpustakaan untuk membuat tugas akuntansi-nya.

"Eh, apa-apaan sih lo, Dhan! Vin, gue balik yak? Makan tuh pake soal akuntansi!" Ardhana dan Stephen terbahak sambil berjalan keluar kelas.

"Dasar teman!" Gavin geleng-geleng kepala melihat dua temannya itu.

Mereka aneh! Tapi cocok berteman dengan Gavin. Banyak yang menyebut mereka—Gavin, Ardhana, dan Stephen dengan sebutan "Three Muskentirs"

Karena mereka semua gila. Alias Kentir!

*****

Gavin melirik jam yang ia pakai di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Sekolah juga sudah sepi. Bahkan tadi Bu Esti, si penjaga perpustakaan yang galak dan gendut menitipkan kunci perpustakaan ke Gavin. Agar bisa di berikan ke satpam nanti.

Dua puluh soal akuntansi sudah diakerjakan sepuluh soal, kurang sepuluh soal lagi. Bahkan Gavin tidak perdulli. Mau jawabannya salah atau benar. Yang penting ia mengerjakan tugasnya. Karena perpustakaan sudah sepi, jadi tidak ada yang mungkin melarangnya untuk menyetel lagu dari Ipodnya dengan volume kencang.

"I'am only one.. call away, I'll be there to save the day. Superman got nothing on me, I'm only one call awayyyyyy wohooooo." Gavin bernyanyi dengan nada yang tak beraturan. Ia menendang mejanya. Frustasi mulai melanda.

"Huah!!! Stress gue ya ampun, God! Kirimlah bidadari untuk membantuku." Gavin mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Gavin." Seseorang menepuk pundaknya.

"Huaaa!!!" Gavin memekik dan langsung terperanjat.

BUK! Punggung nya menatap meja yang tadi ia tendang.

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang