Jazmin memperhatikan terus wajah dari model lelaki yang ada di majalah yang ia baca. Pose nya yang keren, gaya rambutnya, style nya, dan senyumannya membuat Jazmin menjadi klepek-klepek.
'Duh.. cakep amat si my honey,' Jazmin jadi senyum-senyum sendiri melihat foto model itu.
"Tuhkan, tuh.. Mimin, kebiasaan dah!" Ardhana yang baru masuk kelas pagi ini, langsung mengganggu Jazmin. Ia langsung menarik majalah yang sedang Jazmin baca.
"Ardhan!!! Balikin!" Teriakan Jazmin pagi – pagi sudah membuat kepala pening bagi orang yang ada di sektiarnya.
Ardhana mengangkat majalah nya tinggi-tinggi.
"Wlee.. dasar cebol lu! Mimin cebol.. ambil di tangan gue aja enggak bisa." Ardhana menjulurkan lidahnya mengejek.
"Ihhh mana njir! Nanti majalahnya lecek." Jazmin melompat-lompat mau meraih majalah di tangan Ardhana.
Stephen dan Gavin yang baru masuk kelas langsung tertawa terbahak-bahak melihat ulah Jazmin dan Ardhana.
"Heh Jazmin! Hahaha anjir, ngapain lu dempet-dempet ke Ardhana. Ardhana modus tuh, menang banyak dia. Di dempet-dempet sama lu." Ucapan Stephen membuat satu kelas tertawa.
Jazmin langsung diam begitu Stephen mengatakan hal itu. Wajahnya merah karena malu.
"Elah, Mimin blushing ya gara-gara deket gue." Ardhana menggoda lagi.
Jazmin menyodorkan jari tengah nya tepat di muka Ardhana. Setelah itu ia langsung diam.
Ardhana makin terbahak-bahak, "yah.. kok gitu aja ngambek sih Min. Nih, gue balikin nih. Nih wajahnya Gavin Alvaro nih, gaya-gaya'an sok model nih.." Ardhana mendorong-dorongkan majalah ke muka Jazmin.
"aelah, emang gue model bego." Gavin yang duduk dibarisan paling depan mendengar ucapan Ardhana.
Ardhana tertawa lagi mendengar ucapan Gavin.
"Dhan, lama-lama gue takut deh sahabatan sama lo." Ucap Stephen yang duduk di depannya.
"Kok bisa?" kali ini Ardhana terlihat heran.
"Yaiyalah! Orang lo ketawa mulu setiap saat. Ngelebihin orang gila tau gak sih lo. dasar orang ayan! Wajarlah kalau Stephen sama Gavin takut sahabatan sama lo." Jazmin ikut mengejek. Haha! Pemabalasan.
"Yang ada gue takut temenan sama lo Min, udah cerewet,sensi mulu bawaan nya, centil lagi. Kalau cantik terus centil sih gue maklumin. Lah lu? Cantik kaga. Tapi bawaannya centil mulu sama Gavin." Ardhana merangkul pundak Jazmin dengan santai.
"Talk to my hand.." Jazmin mengahadapkan telapak tangannya dimuka Ardhana.
"Tuhkan,tuh.. centil. Kok Rose bisa tahan ya sahabatan sama lo." Setelah mengatakan hal itu, Ardhana, Jazmin, dan Stephen merasakan sesuatu yang ganjil.
"Oh iya! Ayang bule gue mana nih?! Kok belum dateng ya." Ardhana menepuk jidatnya.
"Wait, gue Line dia dulu." Ucap Jazmin, lalu dia mulai mengetikkan pesan di ponselnya.
*****
Ulangan matematika sedang berlangsung, hanya suara detik jam dan suara AC yang terdengar jelas.
Mungkin, bila Gavin menghadap kebelakang, teman-temannya banyak yang diam-diam sedang saling bertukar jawaban.
Gavin melirik bangku kosong di sebelahnya, ia lalu menghembuskan nafasnya pelas. Rose tidak masuk hari ini. Ia pasti akan mengikuti ulangan susulan matematika.
Gavin kembali menatap jawaban matematika miliknya, sentuhan terakhir, Gavin memberikan nama di ujung atas kanan kertasnya. Lalu segera mengumpulkan jawaban matematika nya ke Pak Badri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...