33 - Keputusan

20.8K 984 39
                                    

Gavin menatap langit-langit ruang uks yang berwarna putih ini, belum berniat untuk tidur. Mulai empat hari kemarin Gavin termasuk anak yang rajin. Rajin cabut!

Bagi Gavin, sekolah hanya memberinya perasaan jengah. Bahkan sudah empat hari Rose tidak masuk sekolah. Gavin yang sudah berjanji dengan Leon akan menghindari Rose, akhirnya harus benar-benar menahan diri untuk tidak menghubungi Rose. tapi, waktu Gavin kepo-kepo tentang Rose ke Jazmine, malah kata Jazmine Rose enggak pernah bales Line, atau angkat call dari Jazmine.

Terus lo kemana dong? Pikiran itulah yang selalu hinggap di otak Gavin.

Bunyi langkah sepatu yang berbunyi membuat Gavin pura-pura tertidur. Buru-buru menutup matanya.

"Cabut lagi Vin?" Suara wanita itu terdengar lagi. Suara Bu Anna, penjaga uks yang baik hati bak malaikat yang enggak pernah ngelaporin Gavin ke guru bimbingan konseling.

"Heem," Gavin hanya menggumam.

"Tas nya kenapa enggak di taruh dulu ke kelas?" Bu Anna bertanya lagi. Begitu meihat tas Gavin yang berada di bawah kasur uks.

"Begitu sampe sekolah tadi langsung ke uks Bu. Gavin males ke kelas."

"Masih berantem sama bu Annggia?"

Gavin merubah posisinya yang dari terlentang menjadi memiringkan badannya. "Ya masih." Jawab Gavin pendek.

Ingatan itu kembali berputar di memori Gavin, saat hari pertama nya masuk ke sekolah setelah keluar dari rumah sakit dan hari pertama nya Gavin masuk sekolah adalah pelajaran Bu Anggia. Yang setelah itu, terjadilah pertengkaran diantara keduanya.

Flashback!

"Bu Anggia?" Gavin yang duduk di bangku paling depan tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Ya Gavin? kenapa?"

"Saya mau pindah tempat duduk bu."

"He?" Tidak Cuma Bu Anggia yang terkejut, tetapi semua teman sekelas Gavin bahkan terkejut. "Kenapa pindah segala? Rose juga setelah sembuh bakalan masuk sekolah kok. Jadi kamu nggak bakal duduk sendirian lagi. Duduk sendirian gitu aja kok langsung minta pindah." Ucapan Bu Anggia menjadikan murid-murid di kelas menertawai Gavin.

"Bukan gitu bu." Gavin tidak tertawa, bahkan ekspresi nya datar saat ini. "Saya gak mau duduk sama Rose lagi bu dan saya gak mau Rose jadi guru private saya lagi bu. Saya udah gak butuh."

Seluruh murid langsung terdiam mendengar perkataan Gavin yang begitu tajam dan berani berkata seperti itu kepada Bu Anggia.

Kemudian, Bu Anggia berdeham. "Gausah main-main kamu."

"Saya serius bu. Saya mau pindah juga karena alasan. Karena saya gak mau bikin gossip yang aneh-aneh yang menyangkut sama Rose. toh bu Anggia tau sendiri berita nya di infotaiment kaya gimana. Bukannya saya mau sombong bu, tapi emang gitu kan kenyataannya."

"Terus, kalau saya maunya kamu tetep duduk di depan gimana?"

"Ya gapapa bu. Saya sih gamasalah. Asal gak sama Rose lagi bu." Gavin tertawa, yang malah membuat bu Anggia bingung.

"Gausah main-main deh kamu." Bu Anggia yang duduk di meja guru menghiraukan Gavin, mulai fokus pada laptop di depannya.

"Saya serius bu!" Gavin menggebrak meja nya karena merasa tidak di perhatikan oleh Bu Anggia.

Bahkan murid-murid di kelas ini sampai menahan nafas nya terkejut karena melihat sifat Gavin yang tiba-tiba meledak dan sekarang Bu Anggia yang menatap Gavin dengan tajam dan tak suka.

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang