Suasana kelas yang di tempati Gavin saat ini cukup tenang, tepatnya pada saat jam pelajaran pertama hari ini Bu Anggia-guru Geografi sekaligus wali kelas mereka memberi tahukan kepada seluruh murid kelas, bahwa salah satu teman mereka sudah pindah ke luar negri. tepatnya pindah ke New York City dan anak yang pindah itu bernama Rose Courtney.
Tentu saat di beritahukan kabar itu, para murid tidak terkejut sama sekali. Terlambat,
Hanya itulah yang berada di pikiran teman-teman sekelas Gavin. terlambat bagi Bu Anggia memberitahukan kepada para murid kalau Rose memutuskan untuk pindah ke New York, karena mereka sudah menonton konferensi pers yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta tadi malam.
Dan terlambat bagi teman-teman sekelas Gavin untuk mengucapkan salam perpisahan untuk Rose. atau sekedar membuat pesta perpisahan kecil?
Itu semua menjadi khayalan bagi mereka. Suasana kelas tidak jauh beda sejak satu jam yang lalu. Saat bu Anggia menerangkan pelajaran, beberapa murid ada yang berbisik-bisik, sibuk mencatat, atau para murid cowo yang memperhatikan bu Anggia dengan cermat karena kecantikan dan kemolekan Bu Anggia sebagai guru muda.
Tentang Gavin, lelaki itu tetap duduk di bangku paling depan dengan mulut di manyunkan memangku bolpoin yang terletak diantara hidung dan bibirnya. Membuatnya terlihat imut dan beberapa siswi sekelas harus menahan nafas saat melihat Gavin sedang seperti itu. Diam, sambil memperhatikan bu Anggia yang menerengkan tentang upaya pelestarian lingkungan perairan.
Dan tentang masalah Gavin dengan bu Anggia, saat Gavin berjalan santai melewati koridor ruang guru, Bu Anggia mencegat Gavin dan menasehatinya seperti ini; "Walaupun Rose sudah pindah dari sekolah ini, kamu harus lebih rajin lagi. Lebih rajin dari pada waktu diajarin private sama Rose. sering-sering kabarin dia di New York kalau nilai kamu semakin meningkat. Bukannya semakin merosot ke bawah. Pasti dia bangga sama kamu. Dan soal waktu bu Anggia tidak menerima kamu di pelajaran saya lagi, sekarang kamu bu Anggia maafkan. Tapi jangan coba-coba ulangi lagi." Begitu katanya.
Setelah itu, begitu Gavin masuk ke dalam kelas, para murid langsung menyerbu nya dengan info; "Vin lo udah tau? Rose Courtney pindah ke New York hari ini!"
Dan Gavin hanya tersenyum sambil mengatakan, "Gue udah tau sebelum dia konferensi pers." Ucapnya sambil melangkah duduk di bangku paling depan. Bangku yang di tempati Gavin dan Rose selama kelas XI ini.
Tet... Tet...
Bel pelajaran ketiga berbunyi, menandakan jam pelajaran Bu Anggia sudah selesai.
"Baik anak-anak, jangan lupa kerjakan pr makalah yang saya berikan tadi. Saya beri waktu seminggu untuk membuat makalah ini." Bu Anggia mengedarkan pandangannya menatap anak-anak kelas ini. kemudian matanya berhenti menatap Gavin yang masih dengan posisi memanyunkan bibirnya sambil memangku bolpoin. "Gavin,"
"Iya bu?" Gavin tersentak kemudian bolpoin itu terjatuh begitu saja dari bibirnya.
"Jangan malas mengerjakan tugasnya." Pesan Bu Anggia sebelum keluar kelas dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Gavin.
Setelah itu, suasana kelas kembali riuh. Gavin menyumpal earphone di kedua telinganya untuk meredam suara bising dari teman-teman sekelasnya. Diliriknya bangku di sebelahnya yang kosong, kemudian Gavin mendengus sambil menarik senyum hanya di ujung bibir kanannya.
"Bodohnya, gue masih berharap kalau lo gak jadi pindah dari sekolah ini. dan nemenin gue sampai lulus bareng nanti," Gumam Gavin di tengah kebisingan. Kemudian memutuskan menelungupkan kepalanya di kedua tangannya yang terlipat, sambil memejamka matanya berusaha untuk tidur sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSES
Teen FictionNamanya Rose Courtney, yap! nama bule selalu terkenal ribet dan melilit lidah orang indonesia, tapi sifat Rose tidak seribet namanya. Orangnya simple, tidak banyak bicara, many lot's of secret, beauty like her name, beauty like a rose flowers, dan s...