6 - Task

28.9K 1.3K 20
                                    

"satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan! Satu, dua.." Seru murid-murid kelas XI – Social 2 yang sedang pemanasan olahraga.

Termasuk Rose. Cuaca kota Jakarta yang panas, membuat kulit putihnya menjadi merah. Karena terlalu lama terpapar sinar matahari.

Suara derap langkah yang berlari dari arah belakang terdengar di telinga Rose. Yang berdiri di barisan paling belakang.

"Morning Rosey," Gavin tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Dengan dahi yang berkeringat serta nafas ngos-ngosan karena berlari dari kelas menuju lapangan.

Rose bukannya menjawab, malah melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 9 pagi. Gavin terlambat 2 jam.

"kamu terlambat." Rose menyipitkan matanya melihat Gavin.

Gavin hanya cengengesan, "ssstt.. jangan bilang-bilang pak Harno. Gue di belakang biar enggak keliatan."

Rose hanya menatap Gavin diam. Tidak menanggapi lagi ucapan Gavin.

"loh heh! Gavin! Elo berangkat? Kok jam segini sih!" teriakan Stephen membuat seluruh anak yang sedang berbaris pemanasan, menghadap ke belakang. Termasuk Pak Harno. Guru olahraga yang terkenal tegas dan disiplin.

"Goblok!" Gavin berbicara tanpa suara ke Stephen. Membuat Stephen menutup mulutnya dengan tangan.

"mentang-mentang artis tenar, terus seenaknya telat gitu!"

DUK!

Pak Harno memukul kepala Gavin menggunakan buku absen olahraga yang sedang ia pegang.

"Aduh pak! Sakit.. " Gavin mengelus kepalanya yang tadi di pukul oleh Pak Harno.

"udah sering telat!"

DUK!

Kali ini pak Harno memukul punggung Gavin.

"sering tidur di kelas!"

DUK!

Di pukulnya lagi punggung Gavin.

"Jarang ngerjain tugas lagi! Kamu tuh jadi obrolan terus tau gak di ruang guru!"

Tangan pak Harno sudah siap memukul punggung Gavin lagi. Tapi Gavin cepat-cepat menghindar.

"pak, sakit tauk. Iya-iya, saya minta maaf. Besok lagi saya enggak telat. Saya janji pak!" Gavin meringis sambil mengusap-usap punggungnya yang panas karena di pukul tadi.

"awas ya kamu Vin, kalau kamu ulangi lagi. Saya enggak segan-segan ngasih kamu skorsing. Saya kesiswaan disini!" ancam pak Harno.

'mampus gue!' Gavin melongo. Tidak percaya dengan apa ancaman pak Harno.

"pak, yah.. jangan Skorsing dong pak. Bapak kan tau sendiri, kalau saya sibuk banget pak."

"kamu milih sekolah apa entertaint hah?! Sekolah ya sekolah! Kamu harus bisa bagi waktu dong." Pak Harno malah menjadi memarahi Gavin. Pelajaran olahraga jadi tertunda.

"hadeh pak.. udah dong marahin Gavin nya. Kita jadi pelajaran enggak nih pak? Kalau enggak saya mau jajan aja pak!" Naufal. Cowo gendut di kelas XI – Social 2 angkat bicara.

"yaudah, yang cowo sana main basket. Yang cewe bulu tangkis. Ambil raket sana di ruang olahraga." Perintah pak Harno.

"yaudah, saya basket dulu ya pak!" Gavin sudah siap-siap kabur. Tetapi pak Harno memanggilnya lagi.

"Heh Gavin Alvaro! Saya belum selesai. Sini duduk, saya mau ngomong pribadi sama kamu." Pak Harno menyuruh Gavin duduk di kursi pinggir lapangan sekolah. Dan mulai memberikan ceramah pribadi.

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang