4 - A Secret Started

36.4K 1.5K 46
                                    


Jazmin menarik kursi dan duduk di samping Rose, "good morning Rose!" sapa-nya, seperti hari-hari sebelumnya. Jazmin adalah anak yang selalu ceria dan cenderung heboh. Berbeda dengan Rose yang kalem dan berbicara seperlunya.

"Gue tadi malem ngelembur tauk Rose. Ngerjain tugas presentasi bahasa inggris buat hari ini." keluhnya.

"Tadi malem waktu kamu Line aku, kan aku udah tawarin bantu. Kamu nya gamau." Jawab Rose.

Jazmin menghela nafasnya. "Elo udah sering banget ngerjain tugas presentasi. Lagian sial banget dah, kita sekelompok sama Ardhana. Dia enggak kerja sama sekali coba Rose. Peka buat bantu gue aja juga enggak."

"Duh pagi-pagi jangan ngomongin orang di belakang Neng, nanti sial terus loh seharian." Tiba-tiba Ardhana masuk kelas dan jalan dengan santai menuju tempat duduknya.

"Heh! Gausah nyumpah-nyumpahin gue! Dari bau-baunya nih, yang ada elo yang bawa sial!" Jazmin langsung naik pitam.

Ardhana malah tertawa, senang karena berhasil membuat Jazmin marah dengan mudahnya.

Melihat respon Ardhana yang malah tertawa, Jazmin membuka mulutnya hendak mengumpat lagi. Tetapi Rose menggenggam tangannya. Jazmin menatap Rose, yang balik menatapnya sambil tersenyum lembut sambil menggeleng. Mengisyaratkan untuk tidak usah menggubris Ardhana lagi.

Jazmin hanya mendengus. Lalu menghela nafas, "sabar..sabar.. ngadepin tuh anak idiot."

"Jangan sering menghina orang Min, gabaik." Saran Rose. Entah bagaimana, di saat seperti ini pasti Rose yang selalu bisa menenangkan Jazmin dengan sifat tenang yang dimiliki Rose.

"Kenapa lo Min? Berantem lagi sama Ardhan?" Gavin yang baru masuk ke kelas langsung bertanya kepada Jazmin yang sedang di beri nasehat oleh Rose.

"Apa lo Tanya-tanya?! Tanya sendiri sono sama sahabat lo itu! Emang ya, sama aja." Belum apa-apa, Jazmin menjawab nya ketus.

"Dih, gue kan nanya baik-baik kali Min. Lagi pms lo ya?"

"ih... Sana ke tempat duduk lo!" Jazmin memegang tempat pensilnya hendak di pukulkan ke Gavin. Gavin terbahak, buru-buru berjalan ke tempat duduknya.

Jam pelajaran kedua berakhir, sekarang masuk jam pelajaran ketiga. Satu jam lagi akan istirahat. Perut Gavin sudah keroncongan. Ghea-kakak perempuannya, bangun kesiangan tadi pagi. Sehingga tidak sempat membuat sarapan.

"heh Vin, cabut yuk." Bisikan Ardhana layaknya bisikan setan. Tapi menggembirakan.

Sebelum Gavin menjawab, ia melirik bu Anggia yang sedang menjelaskan pelajaran Geografi. Pandangan bu Anggia sedang tidak melihat ke arahnya. Segera Gavin menjawab bisikan Ardhan.

"lo cari mati." Jawabnya.

Ardhana terkekeh pelan. "Vin, liat deh bu Anggia. Cantik banget hari ini."

"gebet lah Dhan, gampang. Kan elo ganteng."

"buset, lo bilang gue ganteng. Jijik gue, lo gak normal lagi ya?"

"taik lo." Gavin menyikut perut Ardhana. Membuat Ardhana meringis pelan, dan membuat kedua nya dengan susah payah menahan tawa. Agar tidak ketahuan bu Anggia.

"sstt Vin," bisik Ardhana lagi. "liat kaki nya bu Anggia deh. Jenjang banget ya. Badannya seksi lagi. Cantik, beruntung SMA kita nerima guru Geo kaya dia."

"tapi galak." Bisik Gavin.

Mereka berdua saling ngobrol sambil berbisik. Tidak paham dari awal apa yang Bu Anggia terangkan.

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang