1. 어린 시절의 기억 (childhood's memory)

3.2K 87 7
                                    

"Sudah berapa kali ku katakan, noona. Aku tidak akan mungkin meninggalkanmu. Ataupun pergi dari sisimu." Ucap pria itu bersikukuh.

"Bahkan jika aku bilang, aku akan menikah?"

DEG.

Hatinya hancur. Bagaikan bilah besi yang dilemparkan bertubi - tubi padanya yang membuat kepingan itu menjadi beberapa bagian kecil. Seriuskah ucapan wanita yang tua 3 tahun darinya ini? Seingatnya, tidak ada pria lain yang mendekati wanita ini selain dirinya. Seingatnya wanita ini selalu bersamanya. Tapi kenapa,?

"Noona, kau pasti bercanda kan? Aku tidak percaya ini semua noona. Kau bohong,"

"Aku tidak bercanda sehun-ah. Jinjja, ayahku menjodohkanku dengan seorang koleganya yang berasal dari china dan, hey, aku rasa aku cukup tertarik dengan pria itu. Hahaha,"

Tertawalah noona. Kau tidak akan mungkin merasakan sakit di hatiku ini.

"Noona,aku rasa aku akan pergi dulu. Aku cukup sibuk akhir - akhir ini." Ucap pria itu menyeruput lattenya hingga setengah lalu berucap, "aku pergi dulu noona, annyeong. Terima kasih atas lattenya," dan kabar buruknya.

"Ne sehun-ah, jika kau tidak sibuk singgalah kemari. Eo? Cafe ini selalu terbuka untukmu!" Seru wanita yang dipanggil "noona" itu dengan semangat sembari menatap punggung lelaki yang sudah dia anggap adik itu menjauh.

Mian sehun-ah. Kita mungkin memang tidak bisa bersama. Dan kau tau itu.

-----

Angin sore menyapu rambut lelaki itu dengan pelan sembari teriknya matahari sore menyilaukan matanya. Disinilah lelaki itu, sungai han. Ditempat dimana biasanya dia berkeluh kesah dengan "noona"nya itu. Tempat dimana dia menyimpan semua kenangan manis mereka, tempat dimana dia bersumpah tidak akan melupakan kenangan itu disini. Ya, disini. Sehun yakin tempat ini masih memiliki kenangan - kenangan manisnya tatkala sungai inilah yang memang selalu menjadi saksi buta kenangan mereka berdua.

Noona, apakah kau ingat? Disini, tepat di bangku ini , kau mengatakan bahwa kau menyayangiku. Kau mengatakan bahwa kau akan selalu berjalan berdampingan denganku. Noona, kau ingat? Aah, mungkin kau tidak akan ingat lagi mengingat kau yang sudah tidak lama lagi akan menjadi milik seseorang, yang bahkan tidak kuketahui.

Miris memang jika dipikir - pikir. Bayangkan, sehun sudah bertemu dengan wanita ini sejak dia membuka matanya yang pertama kali sejak kehadirannya di dunia ini. Dia bahkan masih ingat hari- hari kecil yang dilaluinya bersama wanita ini, dia ingat bagaimana wanita ini akan mengurus dirinya bila sang ibu sedang sibuk atau sakit, dia ingat wanita ini pernah mengajarinya bermain piano, dan dia ingat tertidur dikamar wanita ini saat ia berkelahi dengan hyungnya. Dia ingat. Dia, Oh Sehun, mengingat semuanya.

Tapi mengapa kau harus diambil orang lain?

"AAARGH!!" pria itu berteriak frustasi sambil menendang kaleng soda yang baru saja diminumnya dengan asal kearah sungai yang bersih itu.

----

"Sehun, ya! Oh sehun, keluarlah dan makan malam. Mengapa kau mengunci diri terus di dalam eoh?" Teriak ibunya dari luar kamar sambil terus menggedor - gedor pintu kamar maknaenya itu

"Aku tidak lapar," sahutnya datar dari dalam kamar

"Yak! Setidaknya bukalah pintu kamarmu ini! Anak menyebalkan!" Seru ibunya kesal dan meninggalkan kamar anaknya itu. Toh jika lapar ia akan keluar dengan sendirinya.

Mengapa hal ini harus terjadi padaku? Mengapa hanya padaku? Mengapa kisah tragis ini terjadi disaat aku baru saja ingin memulai semuanya? Mengapa?

Oh sehun kembali berdecak frustasi. Entah mengapa sedari tadi ia tidak bisa fokus kembali ke pekerjaannya dan malah terus terngiang - ngiang pembicaraan tadi siang. Ia tau ia bukan lagi anak remaja yang labil, tapi tetap saja, hatinya sakit. Ia beranjak keluar dari kamar menuju ke balkon, hanya dengan maksud menenangkan diri dan siapa tau jika dia dapat mencari solusi dari semua ini.

Kau bodoh Oh Sehun. Mana mungkin masalah ini mempunyai jalan keluar. Satu - satunya jalan adalah, kau akan melihatnya tersenyum bahagia di altar, menggandeng tangan suaminya yang pasti akan lebih tampan darimu yang hanya dia anggap bocah, bodoh.

Oh tidak. Kepalanya malah semakin tidak memberikan respon yang baik malahan membalasnya dengan rasa nyeri yang luar biasa. Mungkinkah ini lagi - lagi peringatan baginya untuk berhenti berpikiran yang aneh - aneh? Dia tidak tahu dan segera memejamkan matanya, berbaring di atas tempat tidurnya dan berharap pagi akan menghampirinya dengan kabar yang lebih baik dari hari ini.

Tbc

Regret [COMPLETED✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang