"apakah kau Oh Sehun, bersedia menerima Wu Stephy sebagai istri sah-mu, menerima ia dalam keadaan senang maupun susah, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin?"
"Saya bersedia."
"Apakah kau Wu Stephy, bersedia menerima Oh Sehun sebagai suami sah-mu, menerima ia dalam keadaan senang maupun susah, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin?"
"Saya bersedia."
"baiklah. mempelai pria dipersilahkan untuk mencium mempelai wanita,"
sehun mengecup pelan dahi milik stephy. Tak ada tepukan tangan yang meriah ataupun sorakan gembira milik orang - orang yang ada di pernikahan seperti biasanya, yang ada hanya sorakan gembira dari hati mereka masing - masing, dan senyum simpul dari sang pastor, saksi hidup perjanjian sakral mereka di hadapan Tuhan. Mereka memang tidak mengundang siapapun ke pernikahan mereka, karena mereka hanya benar - benar ingin suasana yang damai dan sunyi, benar - benar hanya milik mereka berdua. mereka ingin Tuhan secara langsung mengasihi, dan menyatukan mereka didalam jalannya melalui perantara pastor. stephy tersenyum manis, menutup matanya, dan mengingat hari ini baik - baik. hari selasa, tanggal sebelas april dua ribu enam belas, pukul enam lebih dua puluh tiga menit. waktu dimana ia benar - benar telah menjadi milik seorang Oh Sehun sepenuhnya, dan ia menyerahkan hidupnya bergantung pada Sehun, kepala dari keluarganya sekarang. ia menutup matanya lekat - lekat, tak terasa sebulir air mata jatuh dari mata kanannya, membasahi pipinya.
"kenapa menangis, sayang?" sehun mengecup kedua mata stephy sayang, berusaha menghentikan air mata yang jatuh dari sana. Stephy tak menjawab, lebih memilih untuk memeluk badan kekar sehun erat - erat. Ia tidak akan pernah melupakan hari ini. Benar - benar tidak akan pernah. apalagi melepaskan raga seseorang yang berada di pelukannya sekarang ini. Sesulit apapun masalah mereka nanti, serumit apapun tantangan hidup mereka nanti, stephy berjanji. Akan berada disamping pria itu terus menerus, melengkapi janjinya pada Tuhan yang sudah ia ucapkan tadi.
"aku akan membawamu ke suatu tempat," sehun berbisik tepat di telinga stephy yang berada dipelukannya. keduanya beranjak meninggalkan gedung gereja tersebut, setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada pastor yang sudah mau menjadi saksi pernikahan kecil mereka. memang tidak mewah, memang tidak ramai, memang tidak sempurna. Tetapi bukan kemewahan, keramaian, kesempurnaan yang dicari dalam sebuah pernikahan. Yang dicari sebenarnya adalah siapa yang akan menjadi pendamping hidup dalam pernikahan. Tidak ada gunanya pernikahan yang diadakan di hotel berbintang lima yang harganya selangit jika tidak ada pihak yang berbahagia. Karena semua hal di dunia ini fana, kecuali cinta dan kasih sayang. Stephy kembali tersenyum kecil, dan mengeratkan pegangannya pada lengan sehun. ia menyukai ini. ia menyukai hal - hal sederhana yang menurut sebagian besar orang tidak ada artinya. faktanya, ia menyukai semua hal yang ada pada dirinya dan sehun sekarang ini.
--
"sayang, bangunlah," ucap sehun pelan melihat stephy yang tertidur disampingnya.
"kita sudah sampai," lanjut sehun.
stephy membuka matanya perlahan, mengusap - usapnya lalu mengerdipkan matanya kembali, berusaha mencari cara pandang yang terfokus. "kita benar - benar, disini?"
"ya. kita benar - benar disini."
stephy keluar dari mobil, sesekali mulutnya ternganga melihat pemandangan yang disuguhkan sekarang ini. sehun membawanya ke atas bukit, bukit kesukaannya dulu sewaktu sekolah, dimana disana ada danau kecil, pohon rindang dan juga dimana orang dapat melihat keindahan kota Seoul dari atas bukit. stephy berlari kecil menuju pohon rindang yang dulu sangat disukainya, mencari sesuatu disana. "ternyata masih ada. ini masih ada oppa!"
"apanya yang ada?" Sehun mendekat ke arah dimana Stephy berdiri, melihat tulisan yang sedang Stephy tunjukkan.
"940412 X 970721"
"ini benar - benar masih disini, tanggal lahir konyol yang kau tulis dulu?" Stephy mengangguk - angguk mengiyakan pertanyaan Sehun sambil tersenyum. ia lalu mengambil pecahan kaca yang terjatuh di sekitar pohon besar itu dan menuliskan sesuatu lagi dibawah tulisan mereka yang tadi.
"160411"
"apa itu?"
"tanggal pernikahan kita. hari ini." stephy kembali tersenyum, menatap sehun yang berdiri tak jauh darinya. sehun membalas senyuman stephy, lalu merangkul tubuh gadis itu menuju danau yang dulunya menjadi tempat favorit mereka.
"apa kau masih mengingat danau ini? dimana kita pernah menemukan seorang bayi disini?" tanya sehun. stephy menganggukkan kepalanya pelan, lalu menyenderkan kepalanya ke bahu milik sehun disampingnya.
"aku mengingatnya. masih mengingatnya. rasanya kejadian itu baru kemarin. ah ya, kira - kira kyunghae sudah umur berapa ya? aku merindukannya. pada awal kita bertemu dengannya ia menangis dengan sangat keras, tetapi waktu oppa menggendongnya ia menjadi sangat tenang. pada hari itu aku berpikir bahwa mungkin kau bisa menjadi ayah yang baik,"
sehun terkekeh. ia mengeratkan pelukannya ke gadis disampingnya, lalu mencium puncak kepala stephy berkali - kali. "apa maksudmu, kau ingin memiliki bayi sekarang, hm?"
"aku hanya berpikir saja oppa. kejadian itupun sudah 3 tahun yang lalu, tidak berlaku lagi untuk sekarang." Sehun mempoutkan bibirnya lucu lalu melihat ke arah Stephy. "Wae?"
"karena aku ingin menjadi arsitek dulu oppa,"
keduanya lalu terdiam menikmati angin sore yang menerpa kulit mereka sambil memandang keindahan kota Seoul yang sudah mulai berkelap - kelip dibawah sana. Sehun masih memeluk tubuh Stephy erat, seakan tidak ingin melepasnya. lalu seekor anjing liar tiba - tiba datang dan duduk disamping mereka dengan sangat setia. Sungguh terlihat seperti foto keluarga dari belakang. mengingat hari yang sudah mulai malam dan angin malam yang sudah mulai menembusi pakaian tipis mereka, sehun membawa stephy untuk kembali pulang.
--
"oppa, apakah kita akan menjadi baik - baik saja? kita sekarang tengah mempertaruhkan hidup kita,"
"hidup kita akan baik - baik saja selama disana ada kau, dan aku. kita akan baik - baik saja, asal kau sabar menunggu dan tetap percaya kepadaku. aku tidak akan pernah mengecewakanmu, sesulit apapun hidup kita nanti."
"apakah kau begitu yakin terhadap hidup kita, oppa?"
"aku seratus lima puluh persen yakin. kita pasti bisa menjalani ini semua, walau tanpa campur tangan dari sosok yang bernama uang. kita dapat bertahan hidup selama kita berpengangan tangan kepada satu sama lain, dan tetap percaya. aku akan mengusahakan segala sesuatu yang aku bisa, demi dirimu dan diriku, dan masa depan kita. Kau benar - benar yakin kan terhadapku?"
"ya aku yakin. sangat yakin terhadapmu. tetapi aku takut, kau tidak bisa menghadapi tantangan ini semua. aku takut bahwa kita akan gagal. aku takut, aku takut hidup akan menjadi kejam dan tidak berjalan sesuai rencana kita. aku takut suatu saat kita tidak dapat bersaing dalam hidup."
sehun merengkuh tubuh mungil gadis itu, lalu mencium keningnya berkali - kali. "kau tidak perlu takut kepada hidup sayang. kau menghidupi hidup, bukan hidup yang menghidupimu. kau tidak perlu takut terhadapnya, karena aku disini. dengar, segala hal yang harus kau khawatirkan hanyalah tentang studimu, dan aku harap kau tidak mengkhawatirkan tentang bagaimana nantinya kita akan hidup dengan dana yang pas - pasan. aku akan berusaha, bagaimanapun caranya. sekarang istirahatlah, hari ini adalah hari yang sangat panjang. besok kau akan kuliah bukan?" stephy mengangguk pelan dalam rengkuhan tangan sehun, mengeratkan selimutnya, lalu menutup matanya, setelahnya tersesat dalam alam mimpi.
kita akan baik - baik saja. Ya. kita baik. sangat baik. dan akan baik - baik saja.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [COMPLETED✔️]
Fanfictionorang bilang cinta itu buta. tapi apakah benar - benar buta? rasanya tidak. setidaknya cinta dapat membedakan materi yang dimiliki pasangan. tetapi apakah stephy sudah dibutakan oleh cinta? oh sehun, CEO yang harus turun pangkat karena cintanya. d...