Part 9

108K 6.3K 169
                                    

Two years later...

Erica melangkah memasuki rumahnya. Ia baru saja pulang dari kantor ayahnya yang membicarakan tentang kepulangan Agel seminggu lagi. Tentu saja Erica senang.

Ia berlari menaiki tangga dengan perasaan yang luar biasa senangnya dan setelah sampai di lantai dua, Erica tertegun melihat kamar Erina yang terbuka sedikit.

Erica mendorong pintu itu dan terbelalak melihat Erina yang tergelatak pingsan di lantai dengan posisi tengkurap.

Ia mendekat, di tariknya kuat tubuh Erina agar ia bisa melihat kondisi saudaranya kembarnya itu.

"Aaaaaaaaa....." jerit Erica kuat. Ia mengguncang tubuh yang tak berdaya itu.

Erica berdiri lalu keluar dari kamar Erina.

"Mom! Farel! Siapa saja tolong...!" jeritnya kuat. Air matanya bercucuran di wajahnya.

"Mommy...." jeritan itu bergema di penjuru ruangan membuat seisi rumah berlarian menuju lantai dua.

Erica kembali menghampiri Erina.
Ia meraih tisu untuk mengganjal hidung Erina yang terus mengeluarkan darah.

Erica mendongak saat suara derap langkah kaki itu mulai mendekat.

Ia berdiri lagi dan berlari menuju pintu. Ada Lery dengan wajah panik dan penuh tanya.

"Mom, Erin pingsan...!" katanya pelan sambil terisak. Lery langsung berlari dan matanya terbelalak saat melihat Erina.

"Apa yang terjadi?" tanya Lery pelan sambil menitikkan air matanya. Ia memangku kepala Erina.

"Aku tidak tahu, Mom...." jawab Erica tapi Lery menggeleng pelan. Sementara Farel, ia hanya berdiri mematung.

"Farel, jangan diam saja! Cepat gendong Erin!" jerit Lery histeris.

Farel mengangguk, ia mendekat dan menggendong tubuh Erina.

Lery dan Erica bangkit berdiri dan saat Erica ingin melangkah mengikuti Farel, Lery menahan tangannya.

Ia menatap Erica tajam, "kau tetap di sini!" ketus Lery dingin lalu menghempaskan tangannya membuat Erica tersentak.

Erica terdiam dan menatap punggung Lery yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Apa ini juga salahku? Apa Erin seperti itu karenaku?" tanya Erica membuat beberapa maid pribadinya menatap Erica dengan iba.

"Tidak, mari kita ke rumah sakit bersama," ajak salah satu maid, Erica hanya mengangguk dan mengikuti langkah para maid. Erica terus menangis hingga mereka tiba di rumah sakit.

•°°°•

Devward menghela napasnya pelan. Ia menatap istrinya dengan sendu dengan wajah lelahnya. Tadi, setelah Lery menghubunginya, Devward langsung bergegas menuju rumah sakit.

Namun setelah sampai di rumah sakit, ia sama sekali tidak melihat Erica. Ia mencari keberadaan Erica sebelum masuk ke ruang rawat Erina.

Dan Devward menemukan Erica yang bersembunyi menatap diam-diam ke dalam ruang rawat Erina dari balik jendela. Tentu saja Devward tahu apa yang terjadi. Ia mencoba menenangkan Erica dulu dan mengantarnya pulang, lalu kembali lagi ke rumah sakit.

Devward menghela napasnya jengah, "kenapa kau selalu menyalahkan Rica, hmm?" tanya Devward berusaha menahan emosinya yang ingin meledak sejak tadi.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang