Part 34

77.3K 3.9K 111
                                    

Suasana di ballroom itu sangat ramai dan derai tawa terdengar dari beberapa tamu undangan. Farel merangkul gadis cantik di sebelahnya dengan erat, ia sering kali membisikkan kata-kata cinta yang membuat Greya merona.

Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya pasangan itu memutuskan untuk menikah. Meski Farel harus membujuk Deril mati-matian agar merestui mereka, akhirnya hati Deril meluluh. Tapi Deril masih akan menjalankan rencananya untuk memberi Farel pelajaran.

Dan tadi, Farel dan Greya sudah melangsungkan acara sakral itu dan mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Sekarang, pasangan suami istri itu sedang berdansa.

Wajah Greya sering kali merona karena godaan-godaan yang di bisikkan Farel padanya.

Apa lagi Farel terus mengatakan kalau dirinya sudah tak sabar lagi untuk melakukan malam pertama mereka.

"Mereka tampak bahagia sekali," kata Erina sembari memegang wajahnya yang terasa panas.

"Aku juga ingin seperti mereka," sambungnya dengan tatapan yang memelas.

Agel dan Erica terkekeh mendengar ucapan Erina. Erica yang menggendong sang buah hati itu menginjak kaki Erina dengan pelan.

"Ada apa, Rica? Jangan menggangguku!" pekik Erina tertahan. Erica tertawa lebih kuat.

"Erin, sebaiknya kau mencari kekasih," kata Erica membuat Erina ternganga.

"Tutup mulutmu, Erin!" Erina menutup mulutnya rapat-rapat, ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kau tahu, kalau Deril belum memiliki pasangan. Bagaimana kalau dengan Deril saja?" tanya Erica, Erina menggeleng cepat.

"Aku tidak tertarik padanya, aku ingin menikah dengan lelaki impianku," desis Erina menundukkan kepalanya.

"Lagi pula, Deril itu bukan tipeku. Dia kan pria yang pendiam dan irit berbicara. Aku rasa, aku harus mencari pria yang cocok denganku. Aku ingin menikah juga seperti mereka," lanjut Erina. Ia menunjuk Farel dan Greya.

"Ayo kita pulang, semakin melihat mereka bermesraan, aku semakin ingin memiliki pria yang mencintaiku. Padahal itu sangat mustahil," Erina mendorong Erica dan Agel, lalu mereka meninggalkan tempat itu.

"Kau pasti kesepian," desah Erica setelah mereka ada di dalam mobil.

"Benar. Aku sering merasakan kesepian, kadang rasa kesepian itu membunuhku. Tapi, apa kau tahu?" tanya Erina sembari mengelus pipi montok Miguel yang tertidur dengan pulas.

"Tahu apa?" tanya Erica mengerutkan keningnya.

"Apa kau tahu kalau setiap malam aku tidak pernah kesepian. Saat aku tidur, aku selalu merasa ada yang memelukku. Astaga, pelukannya hangat sekali...." ucap Erina dengan jujur.

"Mungkin kau sedang bermimpi?" tanya Erica.

"Tapi pelukan itu terasa nyata, bahkan aku merasa ada yang selalu mencium bibirku," kata Erina malu-malu.

"Astaga, kau mesum sekali, Erin! Mana mungkin ada yang menciummu sementara di kamarmu hanya ada kau seorang," ucap Erica mebuat Erina sedih.

"Tapi itu nyata! Aku tidak berbohong! Saat aku membuka mataku, aku melihat wajahnya!" pekik Erina tidak mau mengalah.

"Kau sudah tahu wajahnya?" tanya Erica. Erina menggeleng.

"Aku memang melihat wajahnya, tapi aku tidak bisa mengingatnya," Erina mengeluh dalam hati.

"Jadi, kau yakin ingin tetap tinggal sendiri?" tanya Agel, Erina mengangguk.

"Benar, besok aku sudah mulai berkemas," jawab Erina dengan singkat. Lalu hening, tidak ada yang berbicara lagi.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang