Extra Part 2

77.3K 3.2K 55
                                    

Deringan telepon genggam itu sangat nyaring terdengar di ruangan yang sepi dan gelap temaram itu.

Seorang lelaki yang masih menundukkan kepalanya memaksakan mendongak, ia lalu meraih ponselnya yang terletak di atas nakas.

Ia melihat nama si penelepon, mengerang dalam hati dengan pelan, lalu mematikan ponselnya.

Kembali merenung menatap selembar foto yang sudah kusam itu. Ia menarik rambutnya dengan frustrasi untuk kesekian kalinya.

"Lex...." desisnya dengan pelan. Ia bangkit berdiri, melangkah menuju jendela kamarnya. Ia menyibakkan gordennya dan melihat ke halaman rumahnya.

"Lexia...." gumamnya dengan lirih. Ia menutup gorden itu kembali lalu keluar dari kamarnya.

Ia melangkah dengan cepat menuju pintu keluar. Dan saat sudah di luar, ia melangkah dengan cepat menuju orang yang sedang duduk di kursi yang ada di halaman rumah itu.

"Lex? Kapan kau pulang ke sini?" tanya lelaki itu dengan antusias. Tatapan matanya memancarkan kebahagiaan dan kerinduan yang tidak bisa disembunyikan.

Gadis itu mendongak, lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Deril...." desisnya lalu bangkit berdiri. Ia menatap Deril yang tersenyum padanya, lalu melangkah pergi.

"Lex...." ucap Deril mencengkeram tangan gadis pujaan hatinya itu.

"Kenapa kau terus menghindari aku, hah?" tanya Deril.

"Aku tidak menghindar, Deril!" jawab Lexia dengan ketus dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Deril.

"Dari dulu kau selalu cuek padaku, mengabaikanku! Apa namanya itu kalau kau tidak menghindar dariku?" tanya Deril semakin menguatkan cengkeramannya.

"Deril, kau tahu kalau aku tidak tinggal bersama orangtuaku. Dan kau juga tahu kalau aku jarang pulang," desis Lexia.

"Aku juga tadi hanya ingin duduk di sini. Dan tidak berniat bertemu denganmu," lanjut Lexia yang menohok hati Deril.

Deril melepaskan cengkeramannya saat Lexia memberontak lagi. Membiarkan Lexia pergi meninggalkannya.

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu membenciku, Lex...." ucap Deril dengan lirih.

Ia menatap punggung Lexia yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Kau suka padanya?" suara lembut itu membuat Deril tersadar kembali. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Greya yang berdiri di belakangnya.

"Bagaimana keadaan si kecil?" tanya Deril mengalihkan pembicaraan.

"Baik, Deril...." jawab Greya tersenyum simpul. Deril hanya ber-oh saja.

"Lalu kenapa kau memasang wajah seperti itu?" tanya Greya lagi. Ia duduk di kursi bekas Lexia tadi.

"Tidak apa-apa, Grey...." jawab Deril berusaha mengelak.

"Oh, apa perlu aku berbicara pada Lexia?" tanya Greya, Deril bergeming.

"Deril, tidak ada salahnya kan aku mengajaknya berbicara?" tanya Greya tidak mau menyerah.

"Grey, Lexia sangat tidak suka padaku, dia selalu menghindar dariku, Grey. Aku tidak tahu salahku di mana, tapi sejak dulu dia sudah seperti ini padaku. Kau ingat saat dulu dia baru pulang ke rumahnya? Dia hanya berkunjung ke rumah Rica, dan saat aku datang ... Lexia langsung pamit pulang. Aku tidak mengerti," ucap Deril panjang lebar. Ia duduk di samping Greya, ia kembali termenung.

"Sebenarnya tadi aku sudah sempat berbicara padanya, dan dia tidak banyak bicara ternyata. Dan bahkan dia sama sekali tidak tersenyum padaku, Deril...," ucap Greya.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang