Erica membuka matanya dengan perlahan saat seseorang menepuk wajahnya. Ia mengucek kedua matanya sambil menguap kecil.
Erica diam melihat kesebelahnya lalu ia tersenyum."Agel...." ucap Erica dengan lirih saat melihat wajah itu tanpa ekspresi lalu Agel meninggalkan Erica begitu saja.
"Dia kenapa? Apa aku melakukan sesuatu hal yang menyinggung perasaannya? Apa aku benar-benar akan kehilangan dia?" tanya Erica dengan tangan yang mengepal kuat. Ia menetap punggung yang mulai menghilang itu beriringan dengan air matanya yang terjatuh.
"Aku lupa, sekarang aku sudah tidak istrinya lagi, eh?" Erica tertawa sumbang, ia menghapus air matanya dengan pelan.
"Istrinya kan ada di rumah. Aku hanya orang asing untuknya. Aku jadi tidak percaya diri mengatakan padanya nanti kalau aku ini Erica yang sesungguhnya. Pasti dia tidak percaya, bahkan dia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun untukku," Erica menatap kosong ke depannya, ia menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak keluar.
Erica mengumpulkan tenaganya lalu ia bangkit berdiri. Menghapus sisa air matanya dan melangkah gontai memasuki rumah sakit. Bahkan ia meninggalkan majalahnya di sana.
"Kenapa kebahagiaan itu hanya sesaat? Apa perasaan Agel sudah berpindah kepada Erin? Pasti mereka sudah tidur bersama," ucap Erica dengan pelan sembari memejamkan matanya sejenak.
Ia tidak bisa membayangkan kalau Agel dan Erina benar-benar tidur bersama dan bukan hanya sekedar tidur.
"Tidak! Agel tidak seperti itu. Aku harus percaya padanya. Aku ingin ke apartemen saja sekarang...." ujarnya lalu ia mempercepat langkahnya. Ia harus kembali ke kamarnya dan meminta Devward mengantarnya ke apartemen.
Setelah sampai di kamar rawat, Erica mendapati sang ayah dan ibu sedang tidur di sofa.
"Pasti mereka lelah karena menjagaku. Aku jadi tidak tega membangunkan daddy...." Erica mengerang pelan, ia mendekati kedua orang tuanya lalu menatap lekat pada benda di atas meja.
Erica terkekeh pelan sembari meraih benda itu lalu ia membukanya dan mengambil isinya beberapa lembar. Lalu Erica meletakkannya lagi.
Ia melangkah menuju meja di samping ranjang, meraih pulpen dan secarik kertas yang memang selalu ada disediakan di sana. Lalu ia menuliskan sesuatu di sana.
Setelah selesai, Erica membaca ulang apa yang ia tulis, "Dad, aku ambil uangnya beberapa lembar. Aku ingin ke apartemen kami, jadi aku ambil untuk membayar transportasi dan membeli makanan," Erica tertawa pelan, ia meletakkan secarik kertas itu di atas dompet ayahnya lalu bergegas pergi meninggalkan kamar rawatnya.
Merasa kasihan juga kepada Devward karena dirinya selalu meminta Devward ini-itu. Apa lagi beberapa waktu, ia memaksa Devward untuk membawa Erina pulang karena ia ingin menanyakan alasan Erina melakukan semua ini padanya.
Devward juga sudah mencari tahu seluk-beluk Erina bertindak kejam pada Erica, tapi usahanya belum membuahkan hasil. Erina begitu misterius.
Erica meremas uang di tangannya kuat-kuat sembari menggigit bibir bawahnya pelan.
Setelah sudah ada di luar rumah sakit, Erica menghentikan sebuah taksi lalu setelah sudah ada di dalam taksi tersebut, ia menyebutkan alamat apartemen mereka.
"Terima kasih...." kata Erica setelah turun dari taksi lalu ia melangkah cepat memasuki gedung yang menjulang tinggi ke langit itu dengan senyum yang terukir di bibirnya.
Ia melangkah memasuki sebuah lift dan menekan beberapa digit angka untuk menuju apartemen.
Setelah sampai dan pintu lift terbuka, Erica langsung keluar dan melangkah pelan menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Vrai
Romance[Sudah Terbit dan Tersedia di Gramedia] Seri ke-II My Protective Husband [CERITA DI PRIVATE Dan MASIH UTUH!] Kehidupan Erica Arianna Clinton awalnya baik-baik saja. Bahagia bersama orang yang ia cintai. Tapi siapa sangka, kebahagiaan yang di rasakan...