Suara derai tawa terdengar begitu ramai malam hari yang cerah itu. Seakan suasana malam itu begitu mendukung acara besar-besaran yang diadakan di kediaman Clinton.
Malam itu adalah malam perayaan pernikahan Erica dan Agel yang sempat tertunda, juga pengangkatan Agel jadi direktur pengganti sang ayah dan juga syukuran atas kehamilan Erica.
Erica mengulurkan tangannya setelah Agel selesai berpidato di depan para tamu undangan. Agel meraih tangan Erica, memeluk istrinya itu dengan erat.
"Aku senang sekali...." ucap Erica dengan manja. Agel terkekeh pelan, lalu menarik Erica keluar dari keramaian.
"Kita di sini saja," ucap Agel sambil mendudukkan Erica di sebuah kursi yang tidak jauh dari pesta. Tempat itu adalah tempat dulu mereka sering bermain sewaktu masih kecil.
Erica tersenyum lagi, meski tubuhnya yang masih lemas karena setiap makan ia selalu muntah, tapi hal itu tak memadamkan semangatnya malam ini.
Agel mengangkat kedua kaki Erica dan membawanya ke pangkuannya lalu memijat kaki itu dengan pelan.
"Pasti kau sangat lelah, sedari tadi berdiri terus...." Erica hanya mengangguk.
"El, besok kau sudah mulai bekerja, aku pasti kesepian...." desah Erica pelan. Dia menatap Agel dengan sedih membuat lelaki itu terdiam sejenak.
"An, kau bisa ikut denganku ke kantor nantinya...," ucap Agel sembari menurunkan kaki Erica membuat Erica kembali berbinar-binar.
"Benarkah?" tanya Erica untuk meyakinkan dirinya. Agel mengangguk-anggukan kepalanya, ia tersenyum pada Erica lantas menarik Erica ke pelukannya. Ia juga tidak tega meninggalkan Erica sendiri di rumah.
Erica memeluk Erat tubuh Agel lalu oa mendongak, "El, tapi apa tidak apa-apa kalau aku ikut ke kantor? Aku juga tidak mau mengganggumu saat bekerja...." rajuk Erica sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tidak apa-apa, An. Itu bukan masalah. Yang jadi masalah itu kalau aku meninggalkan kau sendiri di rumah. Mengerti?" Erica mengangguk dengan cepat, ia menatap Agel dengan memelas membuat Agel terkekeh pelan.
"El, aku ingin nanti anak pertama kita laki-laki, anak kedua kita perempuan, agar nanti anak lelaki kita bisa menjaga dan melindungi adik perempuannya," ucap Erica sambil mengelus perutnya. Agel melepas sebelah tangannya yang memeluk Erica lantas ikut mengelus perut istrinya itu.
"Menurutmu, dia laki-laki atau perempuan?" tanya Erica kembali mendongak pada Agel.
Agel mengecup kening Erica lalu ia tersenyum, "aku tidak masalah dia laki-laki atau perempuan, tapi semoga laki-laki...." Erica mengangguk lalu ia memeluk Agel lagi. Lebih erat lagi.
"El, rasanya aku ingin menghentikan waktu saat ini, aku ingin kita selamanya bisa seperti ini, apa bisa?" tanya Erica sambil membenamkan wajahnya di dada suaminya itu.
"Bisa, An. Jangan khawatir!" Erica mengangguk meski ia tidak yakin. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak dan ia takut.
"El, aku ingin pulang ke rumah kita...." bisik Erica dengan lirih.
Agel mengerutkan keningnya karena mereka sudah berjanji menginap di rumah Devward dan Lery.
"Kenapa tiba-tiba, An? Kita sudah berjanji menginap di sini...." Erica mendengus kesal lalu mendorong Agel sehingga pelukan mereka terlepas
"Ya ... sudah, aku pulang sendiri! Kau menginap saja di sini!" pekiknya lalu ia bangkit berdiri dan meninggalkan Agel sendiri.
Agel berdiri lalu ia mengejar langkah Erica. Setelah sudah dekat, ia menarik tangan Erica lalu membalikkan tubuh Erica sehingga mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Vrai
Romance[Sudah Terbit dan Tersedia di Gramedia] Seri ke-II My Protective Husband [CERITA DI PRIVATE Dan MASIH UTUH!] Kehidupan Erica Arianna Clinton awalnya baik-baik saja. Bahagia bersama orang yang ia cintai. Tapi siapa sangka, kebahagiaan yang di rasakan...