Suasana di ruangan itu berubah menjadi panas dan mencekam, darah segar mengalir dari sudut bibir Farel karena kuatnya pukulan yang diberikan Deril.
"Deril, kumohon ... berhenti!" pekik Greya sambil meraba-raba sekitarnya.
Deril menghentikan pukulannya lalu ia menggeret Greya keluar dari panti asuhan itu.
"Grey, kuharap kau tidak lagi bertemu dengan lelaki bajingan itu!" geram Deril, napasnya memburu dan dadanya naik turun. Rahangnya juga masih mengeras.
"Kau dengar tidak?!" Greya mengangguk saja.
"Bawa pulang mobilnya, Greya pulang denganku saja," desis Deril pada sopir Greya. Sang sopir hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Deril mendudukkan Greya di kursi penumpang, lalu ia memutari mobilnya lalu duduk di kursi kemudi.
Ia mendekat pada Greya, mengusap air mata adiknya itu dengan lembut.
"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu. Hanya saja, aku tidak suka kau berhubungan lagi dengan dia. Daddy dan Mommy juga sama halnya denganku," Greya menganggukkan kepalanya lagi.
Meskipun Greya berbeda ibu dengan Deril, tapi lelaki itu sangat menyayangi adiknya itu. Selalu melindungi Greya bahkan terkesan posesif pada gadis itu.
"Sekarang kita pulang, oke?" Deril memasangkan sabuk pengaman untuk Greya, lalu ia melajukan mobilnya, di ikuti mobil Greya di belakang.
Sementara itu, Loren membantu Farel berdiri. Lalu ia mengambil kotak obat dan juga air di baskom.
"Apa kau tahu kenapa Greya bisa buta?" tanya Farel saat Loren mulai mengobati luka di wajahnya.
"Aku tidak tahu, Nak. Greya dan keluarganya sama sekali tidak ada menyinggung hal itu. Mungkin itu privasi keluarga mereka," jawab Loren dengan jujur.
Farel menghela napas lelahnya, ia meringis dalam hati karena sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Greya.
Selesai mengobati lukanya, Farel langsung pamit untuk pulang.
"Apa aku minta bantuan Rica saja? Tapi dia sedang hamil besar, Agel juga tidak akan membiarkan Rica begitu saja. Lalu aku harus bagaimana?" tanya Farel kebingungan. Sekarang ia sudah ada di dalam mobilnya.
"Kalau aku datang ke rumah Greya, pasti aku langsung di usir. Sial...!" Farel mengacak-acak rambutnya semakin frustrasi. Ia melajukan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu.
★•••★
Farel memasuki rumah kediaman keluarga Clinton dengan langkah besarnya. Sejak beberapa bulan terakhir ia tidak menginjak rumah itu, ternyata rasa rindu itu ada juga.
"Ya Tuhan ... Farel? Wajahmu kenapa, Nak?" tanya Lery panik saat Farel masuk ke ruang keluarga.
"Jatuh di tangga, Mom...." jawab Farel asal. Ia menyalam dan mencium punggung tangan Devward dan Lery bergantian. Lalu menyentil telinga Erina yang sedang membaca buku cerita anak-anak. Kemudian ia duduk di sebelah Devward.
"Jatuh dari tangga? Serius?" tanya Erina membuat Farel mendengus dalam hatinya.
"Anak kecil diam saja!" ketus Farel membuat Erina menatap sang ibu dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Farel...." tegur Lery, ia mengusap kepala Erina dengan lembut agar putrinya itu tidak menangis.
"Iya ... iya ... dasar anak kecil!" ejek Farel lagi lalu ia meninggalkan ruang keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Vrai
Romance[Sudah Terbit dan Tersedia di Gramedia] Seri ke-II My Protective Husband [CERITA DI PRIVATE Dan MASIH UTUH!] Kehidupan Erica Arianna Clinton awalnya baik-baik saja. Bahagia bersama orang yang ia cintai. Tapi siapa sangka, kebahagiaan yang di rasakan...