Part 14

100K 4.9K 53
                                    

Erica masih menyandarkan kepalanya di dada Agel sejak tadi. Sesekali ia meringis dan memejamkan matanya saat sakit di sekujur tubuhnya menyerang.

"Jadi kita akan menikah?" tanya Erica pada Agel untuk kesekian kalinya. Agel mengangguk-anggukan kepalanya dan ia tersenyum lebar kepada kekasihnya itu.

"Tapi aku masih belum bisa berdiri," gumam Erica sedih. Ia mendongak dan menatap Agel sendu. Agel mengecup kening Erica dengan sayang. Lalu ia mengelus kening itu.

"Tidak apa-apa. Kau bisa menggunakan kursi roda, An...." Erica menunduk mendengar ucapan Agel. Ia memang ingin menikah dengan Agel secepatnya, tapi ia juga ingin bisa berdiri dan berjalan saat hari pentingnya nanti.

Seperti mengerti apa yang di pikirkan Erica, Agel menarik dagu Erica agar kekasihnya itu kembali menatapnya.

"Kalau memang kau belum siap, bisa kita tunda sampai kakimu sembuh...." Erica menggeleng dengan cepat.

"Bukan, aku hanya merasa ada yang kurang dan tidak lengkap kalau aku tidak bisa berjalan," Agel menghela napasnya lagi.

"Maka dari itu kita tunda saja. Daripada nanti kau tertekan," kata Agel dengan berat hati dan Erica tahu bahwa itu bukan keinginan Agel yang sesungguhnya.

"Aku tidak apa-apa, El. Lagi pula kau mengatakan kalau resepsinya di adakan saat aku sudah sembuh dan bisa berjalan lagi," Erica tersenyum pada Agel.

Pintu ruang rawat Erica terbuka dan muncullah Farel, Greya dan juga Deril.

Erica tersenyum saat mereka sudah ada di dekatnya. Greya meletakkan buah segar yang ia belikan untuk Erica di atas nakas di samping ranjang.

"Maaf Rica, kami baru bisa menjenguk sekarang...." ucap Greya sembari duduk di tepi ranjang rumah sakit.

Erica tersenyum lagi, "tidak masalah, Grey. Lagi pula, aku tahu kalau kau sedang sibuk di sekolah," Greya mengangguk lalu ia mencubit perut Farel dengan pelan karena lelaki itu berubah menjadi tidak banyak bicara belakangan ini.

"Apa Grey?" tanya Farel dengan pelan. Greya mendekatkan wajahnya ke telinga Farel, "kenapa diam saja?" bisik Greya, Farel hanya mengangkat bahunya pelan.

"Ah, iya. Aku keluar sebentar, sepertinya aku melupakan sesuatu," Setelah mengucapkan itu, Greya berlari keluar dari kamar rawat Erica, ia juga berlari menuju lorong-lorong rumah sakit dengan napas yang memburu.

"Adikmu kenapa?" tanya Agel pada Deril. Deril mengangkat bahunya acuh, "aku rasa dia akan bertemu kekasihnya," ucap Deril asal membuat Farel menatapnya tajam.

"Greya tidak mempunyai kekasih, Deril...!" Deril balas menatap Farel tajam dan saat ia ingin menyela, Agel angkat bicara.

"Apa kau tidak menjemput adikku kemari?" tanya Agel pada Deril. Lelaki itu tersenyum penuh arti.

"Sudah aku jemput tadi, dia menolaknya. Adikmu sangat menyebalkan, Agel...." Agel menahan tawanya mendengar penuturan Deril. Adiknya -Lexia- itu memang menyebalkan, ia saja kadang kewalahan menghadapi sifat adiknya yang keras kepala.

"Menyerah begitu saja, eh?" Deril mendengus kesal melihat tatapan mengejek dari Agel.

"Tentu saja tidak. Aku bukan pengecut seperti orang yang duduk di sebelahku ini," ia menyenggol Farel yang sedari tadi seperti enggan untuk berbicara.

"Farel kenapa diam saja?" tanya Erica akhirnya. Farel menatapnya sekilas lalu membuang wajahnya ke sembarang arah.

"Tidak apa-apa, Rica. Aku hanya sedang tidak ingin banyak bicara," Erica mengangguk pelan, namun ia belum merasa puas dengan alasan dan jawaban Farel.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang