Greya melenguh pelan, ia mendorong dan berusaha melepas tangan Farel yang memeluknya dengan erat.
"Farel, lepaskan! Aku lapar, Farel...." rengek Greya, tapi tidak ada jawaban dari lelaki itu.
Greya meraba wajah Farel dan saat ia menemukan hidung mancung lelaki itu, ia menariknya kuat membuat Farel memekik dan membuka matanya.
"Grey, sakit...." ringis Farel sembari memegang hidungnya yang memerah.
Greya tertawa pelan, ia menepis tangan Farel lalu melepaskan diri dari rengkuhan lelaki itu.
"Aku lapar," rengek Greya lagi. Farel duduk, ia juga membantu Greya duduk.
"Grey, tunggu sebentar, aku akan mengambilkan sarapan untukmu," ucap Farel, ia mengecup kening Greya lalu keluar dari kamar.
"Farel...." desis Greya dengan pelan.
Tidak berapa lama, Farel kembali dengan nampan di tangannya. Ia menutup pintu kamarnya lalu mendekat pada Greya.
"Farel, aku ingin ganti pakaian. Aku tidak nyaman seperti ini," ucap Greya dengan manja. Farel mengerang dalam hati.
"Iya, Grey. Nanti aku akan membelikan pakaian untukmu," lalu ia mulai menyuapi Greya. Hanya nasi dan lauk. Menyuapi gadis itu sampai selesai.
"Grey, apa kau mau menikah denganku?" Greya mengangguk lalu dengan cepat ia menggeleng lagi.
"Jangan menikahi orang yang salah, Farel. Aku kasihan padamu karena aku tidak akan bisa melakukan apa pun tanpa mataku," ucap Greya dengan sedih.
"Grey, matamu masih bisa di sembuhkan?" tanya Farel sembari meletakkan piring kosong di nampan.
"Seharusnya bisa, kata dokter begitu. Tapi aku mau tetap seperti ini," Farel mengerang dalam hatinya.
"Kenapa? Apa kau tidak mau melihatku lagi?" Greya mengangguk.
"Kenapa, Greya? Kenapa?" tanya Farel mengguncang-guncang bahu Greya.
"Farel, berhenti! Kepalaku pusing, Farel!" keluh Greya sembari meraih apa pun di sekitarnya.
Farel menahan tangan Greya, ia memeluk gadis itu agar tidak memberontak lagi.
"Grey, apa yang harus aku lakukan agar kau percaya padaku? Grey, tolong katakan padaku!" ucap Farel frustrasi.
"Tidak ada, Farel. Kenapa kau keras kepala sekali?" Greya mendengus, ia juga menggerutu.
"Nanti siang, aku akan melamarmu!" ucap Farel tidak terbantahkan, "tidak ada penolakan, Grey!" lanjutnya lagi saat Greya hendak menyela.
"Kita juga nanti ke rumah sakit. Matamu harus di periksa lagi, pasti masih bisa melihat lagi, kau pasti bisa sembuh, Grey...." Farel melepas pelukannya. Ia menatap Greya yang hanya menatap kosong padanya.
Greya menghela napasnya, "terserah, Tuan saja!" desis gadis itu membuat Farel menghela napasnya lega.
"Jadilah gadis penurut, jangan keras kepala lagi, mengerti?" Greya mengangguk pelan.
"Terima kasih," bisik Farel, lalu ia turun dari tempat tidur.
"Farel, kau mau ke mana?" Farel terkekeh pelan.
Ia mendekat lalu memgecup kening Greya, "mandi, Grey. Kau ingin ikut?" goda Farel membuat pipi Greya merona.
Ia mendorong Farel, "tidak, Farel. Aku malu...." ujar Greya dengan malu-malu membuat Farel gemas. Ia mencubit pipi Greya lalu berlari ke kamar mandi.
"Aku tidak yakin, Farel. Kau tahu aku mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan. Aku takut tidak bisa melakukan apa pun untukmu nanti," ucap Greya dengan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Vrai
Romance[Sudah Terbit dan Tersedia di Gramedia] Seri ke-II My Protective Husband [CERITA DI PRIVATE Dan MASIH UTUH!] Kehidupan Erica Arianna Clinton awalnya baik-baik saja. Bahagia bersama orang yang ia cintai. Tapi siapa sangka, kebahagiaan yang di rasakan...