Part 16

91.8K 4.9K 53
                                    

Sinar matahari masuk ke dalam kamar Agel dan Erica melalui ventilasi jendela. Erica membuka matanya dengan perlahan. Mengucek matanya secara bergatian dan saat mata itu terbuka lebar, Agel adalah orang pertama yang ia lihat.

Erica tersenyum bahagia, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Agel, kemudian mengecup kening suaminya itu.

Lalu Erica melepaskan tangan Agel dari perutnya, setelah itu ia mengambil posisi duduk.

Erica melirik Agel yang masih tidur dengan nyenyak. Lalu dengan perlahan, Erica menurunkan kedua kakinya ke lantai yang dingin.

Ia mencoba berdiri dengan berpegangan pada meja di samping tempat tidur mereka.

"Pasti bisa!" gumam Erica dengan pelan. Ia mengumpulkan tenaganya lalu ia mencoba berdiri dengan tegak. Seulas senyum terukir indah di wajahnya.

Erica melepaskan sebelah tangannya dari meja lalu ia mencoba berjalan sendiri.

Dengan perlahan, ia melepaskan tangannya dari meja dan melangkah tanpa berpegangan. Awalnya Erica senang, namun ia meringis pelan saat ia terjatuh yang mengakibatkan lutut dan pergelangan kakinya memar.

Ia melirik Agel sejenak, lalu ia berusaha berdiri lagi. Dan lagi-lagi Erica terjatuh.

"Sial!" umpatnya kesal. Seakan tidak mau menyerah, Erica mencoba berdiri lagi, masih setengah berdiri namun ia jatuh dan lututnya yang memar kini mengeluarkan darah.

Dengan kesal, Erica menjerit kuat sambil mengacak rambutnya membuat Agel langsung bangun dan mengambil posisi duduk.

"Arghhhh...." jerit Erica.

Agel melihat ke lantai dan dengan cepat, ia langsung turun.

"An...." pekiknya saat sudah di depan Erica. Erica mengepalkan tangannya dan menepis tangan Agel saat lelaki itu hendak menggendongnya.

"Kenapa susah sekali, hah?!" jerit Erica di depan wajah Agel sambil menangis.

"An, kakimu berdarah-darah. Kita obati, ya, Sayang?" bujuk Agel dengan lembut.

Erica menggelengkan kepalanya, "aku tidak mau ... pokoknya aku mau berdiri lagi!" pekiknya kuat dan masih saja keras kepala meski kakinya sudah terluka.

Agel mengerang frustrasi lalu dengan gerakan cepat, ia menggendong Erica dan mendudukkan istrinya itu di tengah ranjang mereka.

Kemudian ia mengambil kotak obat yang ada di laci meja di samping tempat tidur lalu membersihkan luka Erica, mengobatinya dan membalut luka itu dengan telaten dan rapi.

Erica hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Sebelah tangannya masih saja mengepal mebuat Agel menghela napasnya pelan.

"An, aku tahu kau sangat ingin cepat berjalan lagi. Tapi tidak seperti ini caranya. Bagaimana nanti kalau kakinya infeksi? Kau bisa membangunkanku, An!" desah Agel sembari meraih tangan Erica yang mengepal. Erica menggenggam tangan Agel kemudian meremasnya kuat.

"Tapi aku tidak ingin menyusahkanmu, El. Aku tidak ingin merepotkan siapa pun dengan kondisiku yang seperti ini!" Erica kembali terisak pelan, Agel mendekat lalu memeluk Erica.

"Hei, apa kau lupa kalau aku ini sekarang suamimu? Tentu saja kau tidak merepotkan sama sekali, An. Aku kesal karena kau melakukannya sendiri dan akhirnya kakimu luka. Jangan membuatku cemas lagi. Mengerti?" Erica mendongak kemudian ia mengangguk pelan.

"El, aku lapar. Tapi aku juga ingin mandi, kemarin selesai pesta aku belum mandi...." ucap Erica malu-malu. Agel tersenyum kemudian ia melepas pelukannya, lalu menggendong Erica dan membawa Erica ke kamar mandi.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang