10

8.1K 726 12
                                    

Cuaca pagi ini tampak sangat bersahabat, tak mendung tak pula panas. Cuaca yang sekarang membuat (namakamu) menjadi lebih bersemangat datang kerumah sakit mengingat hanya ada 1 pasien yang kan dia kunjungi.

Berkas-berkas jawaban iqbaal sudah ada di tangan (namakamu), kini gadis itu melangkahkan kakinya untuk keruangan dr.alvaro.

"Permisi" ucap (namakamu) dan langsung mendapat tatapan lembut dari dr.alvaro sang pemilik RSJ CINTA KASIH

"Oh dokter (namakamu), silahkan duduk" ucap alvaro begitu manis

(Namakamu) sedikit tersenyum, ia membuka beberapa lembaran kertas hasil jawaban test iqbaal kemarin dan nilai yang telah pria itu peroleh.

"Bagaimana bisa anda memasukkan orang yang notabene nya tidak gila kedalam rumah sakit ini?" Tanya (namakamu) serius, alvaro terkejut dan memandang (namakamu) tak tinggal diam, (namakamu) ikut melihat bola mata alvaro. Karna (namakamu) seorang psikolog jadi ia tau bagaimana ciri-ciri pembohong

"Ah..itu..i.." belum sempat alvaro menjawab, (namakamu) terlebih dahulu sudah mencela omongannya

"Apa? Hanya karna rumah sakit ini dibayar mahal untuk memasukkan 1 orang yang tidak bersalah? Dimana hati nurani anda dokter alvaro? Bukankah anda seorang dokter ternama? Mengapa anda tega memasukkan iqbaal ke RSJ ini?" Tanya (namakamu).

Benar saja, gadis itu sudah benar-benar dibuat kesal oleh alvaro. Padahal alvaro seorang ahli jiwa tapi kenapa ia tak bisa memikirkan juga jiwa seseorang yang dengan secara paksa dimasukkan ke tempat ini?

"Jangan terkejut saya dapat informasi darimana, saya sudah mencari info dimana-mana. Dan mirisnya, iqbaal sudah mendekam di tempat ini selama 2 tahun. Ah bagaimana tersiksanya pria itu disini, dianggap gila dan kejam. Padahal yang sebenarnya gila dan kejam itu anda DOKTER ALVARO!" Lanjut (namakamu) dengan tatapan sinis sambil menggebrak meja alvaro.

Alvaro masih ketakutan, ia gugup dan tak bisa menjawab perkataan yang di lontarkan (namakamu). (Namakamu) juga bisa berbicara, menangkis hal-ha kebohongan. Jadi alvaro yakin bagaimana pun ia menjelaskan kronologi itu, (namakamu) tidak akan percata kecuali ia benar-benar jujur pada (namakamu).

"Saya akan membawa iqbaal pergi dari sini karna test ini membuktikan bahwa iqbaal tidak mengalami gangguan jiwa. Anda tidak bisa menyalahkan test ini karna saya sudah mendatangkannya langsung dari jerman, jadi test ini sangat akurat" jelas (namakamu), alvaro terkejut.

"Tidak bisa begitu dokter (namakamu) kau telah menyalahgunakan prosedur rumah sakit ini!" Ucap alvaro, pria ini juga dilanda emosi sebenarnya namun rasa ketakutan lebih banyak mencekam dirinya

"Aku? Haha" kekeh (namakamu) remeh, "bukankah kau yang dengan tega memasukkan orang yang tak bersalah kesini? Saya bisa saja melaporkan anda dan bastian dalam kasus ini jika anda menghalangi saya untuk mengeluarkan iqbaal" tambah (namakamu) lagi

Skak!

Penuturan (namakamu) barusan mampu membuat alvaro bungkam seribu bahasa.

"Dan saya resign dari tempat ini" tambah (namakamu) lalu melenggang keluar sambil membawa beberapa berkas yang sedari tadi pagi ia bawa

Mengapa ia keluar hanya demi iqbaal? Apa ia sudah jatuh cinta? Mungkin saja iya. Tapi yang jelas ia keluar karna di rumah sakit ini tak ia temui prikemanusiaan.

"Dokter (namakamu)? Apa memang terbukti bahwa iqbaal tidak gila?" Tanya steffi yang rupanya sedaritadi sibuk menguping pembicaraan (namakamu) dan alvaro

(Namakamu) mendengus nafasnya, mencoba mengatur emosi. "Ya, dia hanya depresi" jawab (namakamu) singkat. Steffi hanya mengangguk-ngangguk mengerti

JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang