27. Let The Game Begin

3.6K 352 4
                                    

Setelah berdiskusi sebentar kami langsung pergi mengamati dari jarak yang lumayan dekat rumah keluarga White. Kami berpencar dan berjaga selama satu malam tapi anehnya, aman aman saja. Ini seolah mereka sudah tau bahwa kami akan berjaga. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke AHS

***

Aku tidak sedang senang tapi muak. Baik jadi sebenarnya semua orang tau aku sangat menyayangi panahku yang sekarang sudah ada namanya, Achilles. Setelah kejadian 'Berikan-Panahku-Itu' para Leader lain sering meminjam Achilles. Itu ide buruk. Bukan berarti aku ini pelit tapi aku tak bisa latihan.

Apa lagi saat Achilles dibawa oleh Aiden. Aku tak mempercayai Aiden. Suratku yang sepertinya dikirim Ariella saja dibakar aku punya perasaan bahwa Achilles akan dia musnahkan juga.

"Sudahlah Ar" kata Alyssa setiap aku berkata tentang aku khawatir soal Achilles ada pada Aiden "Aiden adalah orang yang handal soal ini dan dia tak mungkin merusak Achilles. Achilles ini berharga dan dia mengerti itu"

Dan sekarang aku ada di lapangan markas The Red yang sudah diperbaharui melihat Achilles ada pada Aiden dan Emily.

"Wow keren sekali panah ini" kikik Emily "Bolehkah aku memegangnya?"

"Tentu" kata Aiden menyerahkan panahku pada Emily "Hati hati"

Entah mengapa tapi aku memiliki perasaan buruk tentang ini. Aku mengamati Emily yang sedang mengayunkan Achilles. Beberapa menit kemudian aku melihat Emily melepaskan pegangannya pada Achilles dan perlahan Achilles jatuh ke tanah.

Aku berlari ke arah mereka dan berhenti mengambil Achilles dari Aiden--yang saat jatuh tadi menangkapnya terlebih dulu--secara kasar. "Sudah kubilang aku tak pernah bisa mempercayakan panahku padamu Archer!"

Ekspresi Aiden berubah dari tenang menjadi kaget. Oh ya aku sedang marah sekali pada anak ini. "Dengar Arlene dia tak sengaja"

"Astaga Archer apakah kau sudah buta apa bagaimana?!" Tanyaku marah "Dan kau Frederick maaf jika aku kasar tapi aku memintamu untuk tidak lagi memegang Achilles, mengerti?!"

"Arlene kau tak harus keras seperti itu padanya!" Bentak Aiden dan merangkul Emily yang terlihat sedang menangis tapi aku tau dia hanya berpura pura "Kau tak mengerti Ar! Dia itu Healer! Wajar saja jika dia tak tau bagaimana cara memegang panah!"

"Oh serius? Kau membelanya? Jadi aku yang salah?" Bentakku balik

"YA" Bentaknya

"Wow Archer aku tak mengira kau lebih membela kenalanmu yang jelas jelas kau lihat sengaja menjatuhkan panahku" bentakku "Dari pada aku sendiri, Temanmu"

"Bukan begitu, Arlene..."

"Oh tapi tunggu aku kan BUKAN Temanmu. Aku hanya rekan kerjamu dan panah ini bisa patah dan kau gantikan begitu?" Bentakku lagi "Aku. Membencimu. Aiden. Archer. Aku seharusnya tau aku tak pernah memercayaimu. Aku bahkan tak tau dirimu"

Setelah itu aku berbalik dan pergi menuju kamarku di maraks The Red. Aku tidak tau kenapa aku sangat marah, terutama saat Aiden membela perempuan itu. Aku tidak cemburu sungguh. Aku...

Aku pun merebahkan diri di kasurku setelah menyimpan Achilles dan mendaratkan mantra perlindungan. Kepalaku terasa pusing mengingat semua yang terjadi. Aku pun memilih tidur.

***

Sudah 1 minggu lebih aku mengabaikan Aiden. Aku terus berlatih Element ku sendiri karena aku mulai bisa. Terkadang Alyssa,Jane dan Charlotte menemaniku tapi Charlotte lebih sering karena dia bukan Leader. Sekarang Charlotte dan Alyssa lah yang menemaniku. Jane sedang keluar dengan Axel dan Ariane untuk mencari informasi lebih tentang Ariella dan Brandon. Aku sedang melawan manekin yang dimantrai agar bisa melawan sampai aku mendengar

"Seharusnya kau melawan Hunter lagi bukan manekin" ujar suara Aiden di belakangku

Aku menoleh dan mencabut mantra dari manekin itu. Aku pun baru menyadari bahwa Alyssa dan Charlotte sudah lama pergi. Sial. "Silahkan aku sudah selesai berlatih"

"Lawan aku" kata Aiden "Aku tau kau marah padaku. Itu membuatnya lebih menyenangkan"

Aku berdiri mengambil posisi di depannya "Ayo maju"

Dia maju mengarahkan tinju nya ke arah rahangku tapi aku menepisnya. Aku berbalik dan mencoba menendang perutnya, dia berhasil mengelak. Dengan satu gerakan cepat dia mengunci pergelangan tanganku tapi aku berhasil mengelak. Dengan satu gerakan cepat pula aku berbali ke belakangnya dan menendang bagian belakang kakinya, yang membuatnya berlutut.

"Ayolah Aiden jangan berakting kau lemah"

"Kau benar benar marah padaku" katanya berdiri sambil menahan sakitnya

"Kau sudah tau" kataku dingin "Dari pada aku membunuhmu lebih baik aku pergi saja"

Dan dengan seperti itu, aku pergi dari sana. Aku tidak mencoba memperbaiki situasi karena aku tau itu tak akan berguna.

***

"Mereka harus berhenti meminta panahku" kataku "Sungguh aku susah sekali mendapatkan panah ini"

Kami para Leader sedang ada di padang rumput Allegra. Kami berniat mengetes kekuatan panahku. Apakah ada yang aneh dengan panahku atau tidak.

"Kita tak akan memberikannya Arlene" kata Jane

"Baiklah sekarang coba kau bidikkan panah mu kearah pohon itu. Kami sudah memanggil demon dan memasukannya ke dalam pohon itu. Jika pohon itu langsung meledak, berarti panah ini memang ada sesuatu yang dibuat Marco Space khusus" kata Matt "Dan jika tidak ini hanya panah biasa. Oh dan pastikan kau memakai anak panah yang diberikan oleh Marco Space"

Aku mengangguk dan mulai membidik panah ku ke arah yang ditunjuk Matt tadi. Setelah itu aku menembakan anak panahku ke pohon itu. Dan pohon itu pun meledak. Aku tersentak dan mengambil beberapa langkah mundur.

"Woah, ini benar benar dari Marco Space" gumam Axel

"Itu senjata yang ampuh digunakan untuk membunuh para supranatural" kata Ariane

"Ya memang. Ini seperti ada bubuk perak yang dimantrai oleh mantra khusus" ujar Alyssa

"Ini langka, tentu mantra yang kau maksud adalah mantra yang dibuat khusus oleh keluarga Space dalam kasus ini adalah Marco Space" kata Matt

"Pertanyaannya kenapa dia mau memberikan panah ini secara gratis padamu" tanya Aiden pelan "Dia pasti sudah tau akan ada sesuatu yang bakal terjadi kan"

Aku menggelengkan kepala "Jikalau begitu, memang keluarga Space terkenal akan kehebatannya meramal? Aku belum pernah dengar"

"Tapi memang ada beberapa anggota keluarga Space yang dapat meramal" kata Ariane "Marco Space juga setahuku bisa"

Kami terdiam dan mulai membereskan barang barang kami yang tadi kami bawa dari markas. Aku sedang duduk di padang rumput sedang membereskan panahku. Aku menoleh untuk melihat ke arah Allysa dan melihat ada anak panah yang ditembakkan ke arahnya.

"Allysa menunduk!" Teriakku

Allysa yang mendengarku tiba tiba merunduk dan aku menangkap anak panah itu. Di anak panah itu tertempel secarik kertas. Aku pun membukanya dan membacanya.

"LET THE GAME BEGIN"

Aku tersentak kaget dan memberitahu teman temanku tentang surat ini.

"Ayo semuanya lebih baik kita pergi. Disini sudah tidak aman. Kita belum terlalu siap menghadapi mereka" ajak Axel yang tumben berfikir rasional.

Kami semua pergi, kembali ke markas The Red. Selama perjalanan aku tak bisa berfikir hal lain kecuali tentang surat tadi.

Let The Game Begin.

The Supranatural HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang