03. Alex, Ariane dan Maven

7.1K 553 2
                                    

Aku telah memberitahu teman temanku tentang bagaimana bisa aku mendapatkan visi itu dan sekarang kami sedang berjalan menuju kelas Science. Jam segini pasti masih kosong tapi tujuanku adalah untuk menemukan Ariane Summers.

"Aku tak mengerti kenapa kau sangat serius mencari tau tentang visi mu itu kukira kau tak percaya pada ramalan," kata Alyssa menyeimbangkan langkah kakiku.

"Aku memang tak percaya pada ramalan tapi kan ini visi bukan ramalan," Gertakku kesal. "Visi itu adalah sesuatu yang pasti terjadi karena menampilkan masa lampau juga kalau ramalan hanya mengada ngada."

"Untuk apa sih kau mencari Ariane? Lagi pula Ariane di angkatan kita mana tau dia dengan kakakmu. Kalau kau mau bertanya dengan kakakmu coba saja ke angkatan yang sudah keluar." saran Jane.

"Tidak Jane, Ariane adalah perempuan yang dulu menyukai Alex. Aku tau itu karena setiap kami bermain di Area 71 dia akan datang duduk di salah satu bangku dan menatap Alex dari jauh." kataku pada Jane.

Area 71 adalah tempat bermain anak anak Hunter. Kami menamai daerah daerah kami dengan kode. Sebenarnya, Area 71 adalah Central Park tapi para Supranatural Hunter lebih sering menyebutnya Area 71 karena itu kode tempat yang akan diberitahukan pada Hunter yang berjaga kalau kalau para Supranatural memasuki wilayah kami. Alex meninggal disana di Area 71. Dia menyelinap malam hari pada saat lonceng berbunyi 3 kali tanda bahwa Supranatural spesifiknya Werewolf memasuki wilayah kami. Alex tidak mengetahui bahwa Area 71 lah yang dimasuki oleh Werewolf sehingga dia meninggal disana.

Aku mendorong pintu kelas terbuka dan masuk ke kelas lalu mencari Ariane yang ternyata sedang duduk di kursi paling depan.

"Kau Ariane Summers kan?" tanyaku.

Dia mengangguk, "Ya, ada apa?"

"Dimana Alex?" Tanyaku langsung.

"Alex siapa? Aku tidak kenal siswa bernama Alex kecuali kalau nama dia Axel." katanya mengalihkan tatapannya ke bukunya. Aku tau dia berbohong.

"Oh tentu Alex Catastrophe. Kakak ku. Dimana dia?" tanyaku.
"Dia sudah tiada kau tau itu Arlene." kata Ariane.

"Aku mendapatkan visi bahwa kau tau dimana Alex. Alex masih hidup kan?" tanyaku lagi.

"A-Apa yang membuatmu mengira aku tau dimana Alex?" tanyanya gugup. "Aku tidak pernah mengobrol dengannya Arlene."

"Aku mengira kau tau karena kau menyukainya semenjak kita kecil dan aku tau Alex akan meminta pertolongamu." kataku.

"Baiklah, aku tau dia hidup. Aku tau dimana dia bersembunyi tapi aku sudah berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tentang ini." Katanya padaku. "Lagi pula apa kenapa kau menanyakan ini? Toh kau tak menyesal kan dia mati?"

Begitu kata kata itu keluar dari Ariane aku membeku. Apa maksudnya?

Lagi pula apa kenapa kau menanyakan ini? Toh kau tak menyesal kan dia mati?

"Kau berkata begitu tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi!" bentakku. "Kau pikir aku tidak menangis saat mengetahui bahwa kakakku sendiri mati dibunuh Werewolf? Kau pikir aku tidak peduli padanya karena aku tidak melihat jasad nya? Aku tidak melihat jasadnya karena aku tidak mau melihat kulitnya yang terkoyak oleh taring Werewolf! Mungkin kau juga berfikir bahwa Arlene tidak menghadiri pemakamannya karena tidak peduli kan? Jawabannya adalah aku menghadirinya Ariane, hanya saja aku tak berdiri cukup dekat dengan barisan terdepan karena rasanya sakit melihat kakak yang selalu ada untukmu akan dikubur dan tak akan kembali lagi."

Ariane tampak shock saat aku mengatakannya. Sementara aku, aku tau aku tak bisa terus disini karena jika beberapa menit lagi aku disini aku benar benar akan menangis. Akhirnya aku pergi ke toilet perempuan, duduk di lantainya yang kering dan terdiam. Apakah semua orang berfikir aku tidak peduli pada Alex?

***

Aku melewatkan pelajaran Science pagi tadi. Aku menghabiskan waktuku di ruang kesehatan. Aku meminta Healer disana Miss Jesse untuk memberiku surat izin untuk tidak mengikuti kelas Science. Sekarang aku berjalan menuju kelas Rune. Aku duduk di meja paling ujung tetapi tidak begitu di belakang. Jane bertanya padaku kenapa aku tidak mengikuti kelas Science lalu kubilang bahwa aku sakit dan dia tak bertanya lebih lanjut tentang itu lagi.

Hari ini Mr. Dean menerangkan tentang rune apa saja yang terdapat pada Patron kami. Patron adalah senjata yang kami miliki semenjak kami memulai tingkat pertama kami sebagai Supranatural Hunter. Aku mendapatkan Panah. Bukan berarti itu menguntungkan. Yang dibahas dalam pelajaran ini kebanyakan Pedang atau Tombak. Jarang sekali Mr. Dean membahas tentang Panah. Aku duduk di sebelah Jane mendengarkan apa yang akan Mr. Dean sampaikan.

"Baiklah siapa diantara kalian di sini yang memegang Panah?" Tanya Mr. Dean.

Itu adalah pertanyaan yang mengejutkan karena mayoritas Hunter memegang Pedang dan Tombak atau Belati sebagai Patron mereka. Aku mengangkat tangan sembari melihat ke sekeliling. Oh. Aku baru teringat hanya aku di angkatanku ini yang memegang Patron Panah.

"Baiklah terima kasih Arlene," kata Mr. Dean saat aku menurunkan tanganku. "Hari ini kita akan membahas tentang Panah. Pemegang Panah atau Archer sangat langka dikalangan kita. Pemanah juga tak bisa diremehkan. Karena Hunter yang terakhir kali membunuh Werewolf dan Vampire terkuat adalah seorang Pemanah."

Wow aku tak pernah mendengar tentang ini.

"Tapi sejak kejadian itu Panah bisa menjadi kutukan bagi orang yang memegang Patron itu," kata Mr. Dean aku pun tersenyum kecut "Karena para Supranatural ingin membunuh para Pemanah. Mengapa? Karena mereka berfikir pemanah bisa membunuh mereka dengan sangat mudah. Dan itu pun benar. Hunter yang berhasil membunuh Werewolf dan Vampire itu adalah Rosemary Catastrophe."

Tentu Panah pembawa sial bagi sang Hunter yang memegangnya. Contohnya saja di angkatanku. Dulu, ada sekitar 10 orang yang memegang Panah. Tapi perlahan lahan setiap bulan ketika lonceng 3 kali dibunyikan para orang tua yang anaknya memegang Panah mengeluh pada Hunter yang berjaga bahwa anaknya hilang. Tapi keesokan paginya, anak mereka ditemukan namun dalam keadaan sudah tidak bernyawa dengan luka taring atau apapun. Mereka perlahan lahan berkurang menyisakan 2 orang. Aku dan Serena Hathaway. Tapi Serena sudah diubah jadi Vampire dan dia tak membutuhkan Panah lagi yang ada dia bakal mati jika bersentuhan langsung dengan Panah jadi hanya akulah satu satunya Pemanah di angkatanku.

Mr. Dean menerangkan rune apa saja yang ada dalam Busur dan Anak Panah sampai ada yang mengetuk pintu ruangan dan Mr. Dean membukanya. Masuklah lelaki berambut pirang dan bermata biru kedalam kelas. Anehnya saat aku melihatnya, aku melihat matanya berubah menjadi berwarna coklat pucat. Aku ini memang mempunyai kemampuan langka mengenali Supranatural meskipun mereka memakai Hidder yang tak bisa dilihat oleh Hunter biasa. Mr. Dean memperkenalkan kami kepadanya yang ternyata murid baru bernama Maven Mason.

Bel berdentang menandakan pelajaran telah habis. Kami langsung keluar kelas menuju Aula karena kepala sekolah meminta kami untuk makan siang disana. Aku berjalan beriringan dengan Jane dan berbelok ke kelas Alyssa dan Charlotte, Matematika. Setelah dari sana kami langsung ke Aula. Mereka mengobrol tapi aku memutuskan tak ikut pembicaraannya. Aku masih curiga pada Maven Mason karena warna matanya yang berubah ubah di penglihatanku.





The Supranatural HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang