Aku berhasil mengalahkan penyihir hitam yang menghadangku. Aku berbalik dan melihat Aislin sedang berlari mengejarku. Aku pun memutuskan mengambil langkah pertama yang ada di dalam kepalaku, berlari ke arah danau dekat padang rumput. Aku terus berlari dan saat aku sampai aku terdiam.
Aku berkonsentrasi memikirkan air yang akan keluar dari danau itu dan menyerang mereka. Aku belum benar benar mahir dalam mengendalikan element. Latihanku dengan Aiden tidak benar benar selesai mengingat kekacauan akhir akhir ini.
Tiba tiba, aku mendengar suara gemuruh dan tiba tiba Aislin berteriak. Perlahan aku membuka mataku. Dan aku melihat Aislin sudah basah kuyup dan pingsan. Aku menaikkan alisku. Aku benar benar tak tau apa yang baru saja kulakukan tadi.
Para supranatural yang tadi mengikutiku membawa Aislin ke tempat mereka. Pertempuran pun selesai pada waktu itu. Aku berjalan ke arah tenda kami dan menemukan banyak Hunter yang sedang diobati oleh Healer.
"Resiko kita menyetujui perang," kata Aiden disebelahku.
"Lalu apa lagi yang harus kita lakukan memangnya?" Tanyaku lelah.
"Kalau kita bisa kita harus menghentikan perang sebelum puncaknya terjadi." Gumam Aiden. "Karena ini bukan perang yang 'sebenarnya' Aislin hanya ingin mencoba kekuatan kita. Agar dia tau batasan kita. Bukan begitu?"
Aku pun terdiam. Aiden ada benarnya juga. Akhir akhir ini Aislin tidak benar benar mengeluarkan seluruh kekuatannya. Ini seperti dia hanya mengetes kami dan akan mengambil cincin itu juga panahku secara diam diam. Aku harus menghentikan peperangan ini sebelum peperangan yang sebenarnya terjadi.
"Beritahu Matt,Axel,Alyssa,Jane dan Ariane untuk pergi ke tenda pertemuan. Aku akan menemui kalian disana." Kataku.
Aiden mengangguk dan pergi untuk memanggil mereka.
***
Langit sudah gelap saat aku berjalan menuju tenda pertemuan. Sambil menuju kesana, sesekali aku mengibaskan tanganku untuk menyalakan api. Menjadi Elementor api dan air memiliki pro dan kontra nya masing masing.
Saat sudah sampai di dalam tenda, aku melihat mereka sedang mengobrol serius. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan tapi mereka terlihat serius.
"Hey," sapaku.
Mereka menggumamkan kata "Hey" dan "Halo" secara bersamaan.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Matt.
"Apakah ada salah satu dari kalian--kecuali Aiden--yang berpikiran sama sepertiku," kataku. "Kalau ini bukan perang yang 'sebenarnya'?"
Mereka mengangguk.
"Nah jadi aku berpikiran untuk mengakhiri perang ini, ada yang tau bagaimana?" Tanyaku.
"Bernegosiasi." Kata Jane.
"Ayolah Jane kita tak mungkin datang ke tenda Aislin dan berkata 'Hai Aislin bagaimana kalau kita mengakhiri saja perang ini?' Tidak mungkin kan." Kata Axel.
"Lagi pula jika bernegosiasi dia pasti akan meminta sesuatu dari kita," tambah Alyssa. "Dan pasti dia akan meminta Panah Achilles dan Cincin Ruby itu."
"Dan kita tak bisa mengambil resiko itu." Kata Ariane.
"Coret negosiasi." Gumamku. "Bagaimana dengan... cara Tatiana Gosling? Anak dari Christopher Gosling yang kita baca di buku History of Hunter."
"Kau yakin?" Tanya Aiden. "Itu sangat beresiko. Kita akan mengorbankan satu nyawa hanya untuk ritual yang kita saja tak tau itu bisa berguna apa tidak."
"Tentu saja berguna--"
"Maksud Aiden adalah bekerja atau tidak. Bagaimana jika ritual itu tidak bekerja? Kita akan membuat satu Hunter mati, Ar." Jelas Matt. "Jika ritual itu tak bekerja, kita akan membuat keluarganya menyesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Supranatural Hunter
Fantasy[SLOWLY UNDER EDITING] Arlene Catastrophe seorang Supranatural Hunter yang lebih menderita dari para Supranatural Hunter lainnya, menurutnya. Diburu oleh semua macam para Supranatural, melihat orang disekitarnya perlahan mati, orang yang dia sayang...