Semua orang perlahan pergi. Mereka pergi ke perkemahan yang kami buat di dalam hutan Allegra yang luas. Sebagian dari mereka ada yang bersiap siap untuk perang dengan cara berlatih. Aku masih berdiri diam di padang rumput yang hijau itu. Aku menatap ke arah Charlotte yang terlihat memelas pada Aiden yang mengangguk. Charlotte menatapku dengan tatapan terluka lalu pergi menyusul Aislin.
Pernahkah kalian merasa seperti ditusuk? Ya itulah rasanya saat Charlotte menghianati kami semua. Aku memutar memoriku tentang Charlotte dan ya, benar kata Alyssa. Kami semua tidak menyadarinya bahwa dia memang mencurigakan akhir akhir ini.
Aiden menghampiriku dan berdiri di depanku. "Aku tau sejak tadi kau ingin menangis. Menangislah, Ar."
Dan aku pun menumpahkan air mataku yang sedari tadi kutahan. Aku terduduk di padang rumput hijau ini sambil menatap ke tempat Charlotte berdiri tadi. Semua ini terasa mimpi bagiku. Aku ingin semua ini menjadi tidak nyata.
Karena ini terlalu sakit untuk menjadi nyata.
"Kau sebaiknya pergi, Aiden." Kataku dengan suara yang serak.
"Tadi Charlotte bilang padaku alasan mengapa dia menghianatimu." Kata Aiden mengabaikan ucapanku. "Orang tuanya ternyata memiliki hutang budi terhadap keluarga Aislin. Ayah Aislin, Andrew Hans pernah menyelamatkan ayah Charlotte dari hukuman mati yang aku tak tau kenapa. Aislin datang dan meminta balas budi. Dia akhirnya meminta Charlotte untuk menjadi mata matanya. Mereka tak punya pilihan kecuali menerimanya."
"Tapi, dia bisa saja menceritakan itu padaku. Aku yakin aku bisa membantunya." Kataku.
"Jika Charlotte tidak melakukan itu, Clark Carter kakak Charlotte akan dibunuh. Aislin sudah menahannya dengan penjagaan yang ketat. Nah apakah sekarang kita bisa membantunya ditengah keadaan yang seperti ini?" Tanya Aiden.
Kami terdiam untuk beberapa saat. Aku masih terus terisak. Aku lelah. Lelah akan semua kebohongan dalam hidupku. Aiden, yang tadinya sedang berdiri ikut duduk disampingku.
"Apakah kau pernah membaca suatu kalimat yang seperti ini?" Tanyaku. "Penjahat paling jahat dan menyedihkan adalah penjahat yang bisa kita mengerti alasannya memusuhi kita.""Aku tau." Kata Aiden pelan. "Itu menyakitkan."
Aku masih terisak. Aiden masih tetap duduk disampingku. Aku memikirkan kembali kata kata Aiden, tentang Charlotte. Tiba tiba saja aku tidak merasa terlalu kecewa dengan Charlotte.
Aku tau dia harus melakukan itu.
Dia tidak berdaya.
Aku pun kembali memutar memori semua yang terjadi belakangan ini. Betapa seringnya aku mengucapkan kata kata Selamat tinggal.
Selamat tinggal, King Brian.
Selamat tinggal, Diana.
Selamat tinggal, Daddy.
Dan... Selamat Tinggal, Charlotte.
***
Diantara aku, Jane dan Alyssa tak ada yang berbicara. Aku terdiam di depan api unggun tenda The Leader dan menatap ke arah api itu. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku tidak kecewa. Setelah mengerti kata kata Aiden. Aku melirik ke arah Jane yang sedang terisak dan Alyssa yang berbaring menatap langit dengan hampa.
Aku tau mereka tidak pernah mengucapkan perasaan mereka dengan kata kata, tapi aku tau mereka sangat kecewa.
"Aku mengingat dulu saat kita berumur 10 tahun.." suara Alyssa memecah keheningan diantara kami. "Kita akan bermain hide and seek dan aku, kau juga Charlotte akan bersembunyi sementara Jane mencari kita. Saat Jane menemukan kita..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Supranatural Hunter
Fantasy[SLOWLY UNDER EDITING] Arlene Catastrophe seorang Supranatural Hunter yang lebih menderita dari para Supranatural Hunter lainnya, menurutnya. Diburu oleh semua macam para Supranatural, melihat orang disekitarnya perlahan mati, orang yang dia sayang...