34. "History of Hunters by Cassidy Cartesy"

3.8K 345 11
                                    

Keesokan paginya aku terbangun. Aku memutuskan untuk tidak memikirkan perkataan kakakku dan Aiden tadi malam. Aku berjalan menjauhi tenda kami dan berjalan menuju peralatan kebutuhan. Aku melewati beberapa Supranatural-Hunter yang sedang berlatih. Aku melihat Axel, Matt, Sam, Alex dan Zach--salah satu teman di kelas mantraku--sedang berlatih juga.

Healer-Hunter juga terlihat sedang membuat ramuan dan obat untuk persiapan nanti. Akhirnya setelah beberapa menit berjalan, aku memasuki sebuah tenda yang bertuliskan 'Alat-Alat Kebutuhan (Tidak Terlalu Penting)'. Kejam sebenarnya mereka menempatkan buku yang adalah benda yang kucari di barang tidak terlalu penting. Aku menggeledah semua buku yang ada disana sampai menemukan buku bersampul biru tua. Buku itu tampak kusam dan aku pun membaca tulisannya.

'History of Hunters
By: Cassidy Cartesy'

Aku pun membawa buku itu ke meja yang tersedia didalam tenda itu. Aku mulai membuka dan menelusuri setiap kalimat yang ada di daftar isi. Akhirnya aku menemukan apa yang kucari dan mulai membacanya.

Perang Hunter dan Supranatural
Era Christopher Gosling(1901)

Pada tahun 1901 terjadi lagi perang diantara para Hunter dan Supranatural dengan pimpinan seorang Vampire dari kubu Supranatural yaitu Donevan Sterling dan dari kubu Hunter, Christopher Gosling.

Peperangan pecah dipertengahan musim semi di Avalon, Inggris. Dari kubu Hunter yang memang masih belum siap dengan perang mengalami kekalahan. Christopher Gosling mulai pesimis dengan perang ini, melihat angka kematian yang selalu meningkat tiap harinya.

Pada suatu malam, Tatiana Gosling, putri dari Christopher mengunjungi ayahnya dan melihat kesedihan dimata ayahnya. Tatiana pun mencari cari di berbagai referensi, di berbagai cerita yang didapatnya agar bisa mengalahkan para Supranatural.

Tatiana pun menemukan caranya yaitu dengan melakukan ritual bernama The Falling Hunter. Dia melakukannya dan Hunter pun memenangi perang melawan Supranatural.

Aku langsung menguap setelah membaca topik ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa aku sangat membenci pelajaran Sejarah. Mister Hantu saja tau tentang ini namun syukur saja dia tidak peduli. Omong-omong, aku tidak bisa menangkap apa sebenarnya yang Cassidy ingin kami tau dari sejarah ini. Aku bukan ahli sejarah.

Aku pun terduduk diam dan memutar otak mencari siapa yang terlihat seperti ahli sejarah. Aku memilah teman teman yang telah kukenal selama 9 tingkat dan aku memutuskan akan bertanya pada Jane. Tidak masuk akal memang, namun dia sangat maniak dalam hal Sejarah. Dia adalah anak kesayangan Mister Hantu.

Aku cepat cepat membereskan buku buku yang tadi tergeletak berantakan dan mengambil buku History of Hunters. Aku keluar dari tenda ini dan cepat cepat kembali ke tenda kami. Aku melihat Jane, Alyssa dan Ariane sedang berbincang di depan tenda dan aku langsung duduk di depan mereka.

"Hey Arlene," sapa Ariane. "Kau terlihat sangat kebingungan dan... terburu buru ada apa?"

"Jane kau kan maniak Sejarah," kataku diikuti tawa Alyssa dan Ariane juga dengusan Jane. "Aku ingin kau menjelaskan padaku apa artinya ini."

Aku menyodorkan buku History of Hunters dengan halaman yang tadi kubaca. Jane membacanya dengan sangat serius sementara Alyssa bertanya

"Memangnya kenapa Ar? Tumben kau tidak mengerti tentang pelajaran."

"Ini subjek nya Sejarah, Lyss. Soal sejarah aku sangat payah. Kau tau sendiri aku tidak pernah berniat mempelajari sejarah." Gerutuku sambil melempar batu kerikil.

"Oh, ah gini doang. Begini, Cassidy disini ingin menceritakan--"

Namun perkataan Jane terpotong karena kami mendengar bunyi ledakkan keras. Sontak kami berempat berlari ke sumber ledakkan itu dan melihat itu berada di tenda persenjataan 4. Aku cepat cepat berlari kesana dan melihat para Supranatural sedang meledakkan tenda persenjataan 4.

Ariane berlari ingin bertarung dengan penyihir hitam tapi aku mencegahnya.

"Apa lagi Arlene? Kita harus melawan. Dia melanggar perjanjian 3 hari itu! Sekarang tidak ada lagi kata menahan perang," kata Ariane. "Karena mereka sudah menyulut api peperangan duluan!"

Dia berlari untuk melawan penyihir hitam itu sementara aku berlari ke arah seorang Warlock yang akan melemparkan bom ke tenda persenjataan 3. Aku mengayunkan tanganku dan panahku sudah ada digenggamanku. Aku menembakkan anak panahku tepat kepada tangan Warlock itu.

Dia menoleh. Ternyata dia Warlock yang pernah kutemui saat misi tingkat 6 ku. Felix Crowe. Dia mulai menggerakkan tangannya dan aku menendang perutnya. "Tak ada sihir diperbolehkan. Aku memegang senjata bukan mengeluarkan sihir."

Dia berdiri. "Well, aku tidak memiliki senjata. Aku bisa menggunakan sihirku. Hidup itu tidak adil, Catastrophe. Belajarlah tentang hal itu."

Dia menggunakan sihirnya. Aku mengelak dari sihirnya dan memutarinya hingga aku berada di belakangnya. Dengan cepat aku memukul tengkuk nya dengan busurku lalu mendorongnya hingga terjatuh.

Aku berusaha untuk membaca masa lalunya, apa kelemahannya. Itu sekarang sangat membantuku. Aku menatap matanya dan berkonsentrasi. Aku melihat sekelebat memori dan aku langsung menembakkan panahku ke arah kakinya. Dia mengerang, kesakitan. Aku pun menembakkan panahku ke arah jantungnya, dan Felix pun berubah menjadi abu.

Aku berbalik dan menemukan Charlotte berlari ke arahku. "Diam disitu, Carter."

Dia terlihat kaget aku memanggilnya dengan nama keluarganya. "Ar, maafkan aku."

"Aku tau alasanmu dan aku tidak kecewa padamu." Kataku. "Tapi kau sekarang adalah salah satu dari pasukan Aislin. Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja. Kau lebih baik pergi jika tidak ingin terbunuh."

"Tapi Ar--"

"Pergi, Carter! Jika kau masih ingin hidup jauhi wilayah para Hunter." Kataku.

Dia menunduk dan mengangguk lemah. Lalu dia berbalik dan berlari. Aku pun kembali berjalan ke tenda persenjataan 4. Aku melihat para Supranatural banyak yang tergeletak sudah tak bernyawa. Lalu para Hunter mencari apa saja yang bisa mereka selamatkan dari tenda persenjataan 4.

Aku berjalan melewati mereka dan menuju tendaku. Aku memikirkan semua yang telah kukatakan pada Charlotte. Aku menyuruhnya pergi bukan karena aku membencinya. Aku menyuruhnya pergi karena aku peduli padanya.

Para Hunter yang sudah tau tentang penghianatan Charlotte sangat marah dan berkata bahwa Charlotte tak ada bedanya dengan Supranatural sekarang dan akan membunuhnya.

Aku sampai di tendaku dan duduk di depan kayu kayu bekas api unggun. Aku sedang duduk terdiam sendiri, menekuk lututku ke dadaku sampai seseorang duduk disampingku.

"Uncle Martin." Kataku tersenyum. "Alyssa belum datang. Mungkin dia sedang membantu para Hunter."

Martin Ashton adalah ayah Alyssa dan Matt juga sahabat ayahku. "Aku ingin mengunjungimu, Arlene. Apa kabar?"

"Baik." Gumamku.

"Arlene aku selalu teringat pesan ayahmu sebelum dia... pergi." Katanya. "Dia bilang tolong jaga anakku. Dia menitipkanmu padaku. Aku menyanggupinya saja aku tak tau akan berakhir seperti itu."

Aku mengangguk.

"Aku tau kau sedih karena semua yang kau alami Arlene. Tapi kau sekarang harus berjuang demi para Hunter." Katanya. "Ayahmu sangat bangga padamu, Arlene."

Aku mengangguk lagi. Tak bisa berkata kata. Semenjak kepergian ayahku, topik apapun tentang ayahku merupakan sensitive topic bagiku.

"Arlene kau sadar tidak bahwa kau memiliki sedikit Shades hijau di mata birumu?" Tanyanya.

"Tidak." Kataku tersenyum.

"Kau memilikinya. Itu mata ayahmu. Mata keluarga Catastrophe." Ujar Uncle Martin lalu dia berdiri dan pergi.

The Supranatural HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang