5

3.3K 156 0
                                    

First Temptation

"Aku hampir kena serangan jantung saat dia mengatakan kalau kau sangat kaku!" Nyonya Ohara mengomentari putrinya yang membantunya di bagian belakang rumah.

"Dia sangat tampan dan seorang diplomat, dia sangat cocok denganmu!"

"Bukankah seharusnya Kent Tokeino yang datang? Kenapa harus dirinya?"

"Kau ini bodoh? Kau masih menginginkan pengacara itu untuk datang? Ayahnya bahkan menganggap kau sangat berharga untuk di pasangkan dengan putranya. Dia menggantinya dengan laki-laki yang lebih baik. Seharusnya kau berterima kasih!"
Vanessa mendengus pelan. Lebih baik? Inilah akibatnya bila Ibunya tidak suka nonton TV dan terlibat dengan dunia luar, semua orang di inggris saat ini sedang berbisik-bisik tentang betapa bajinganya Natsuki Tokeino.

Dengan wajah tampan dan karir yang gemilang itu, dia sudah menjadi penggoda yang cukup sukses untuk menghabisi entah berapa orang perempuan di atas ranjangnya setiap malam. Sayang sekali hanya sedikit yang menuntut keadilan dari Natsuki. Vanessa sangat ingin membuka mulut tentang semua ini, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat. Ia tidak akan membuat Ibunya khawatir karena Natsuki Tokeino pasti menolak, atau Vanessa akan membuat Natsuki Tokeino menolak perjodohan ini.

"Dia cukup tampan, kan? Dan yang paling penting laki-laki itu menyukaimu!"

"Benarkah? Semua laki-laki yang datang juga bersikap seperti itu pada awalnya!"

"Itu karena kau sangat egois. Alasan mereka semua sama saat menolak, kau terlihat sangat kaku dan kata-katamu itu sangat kejam. Berusahalah menjadi wanita yang dia inginkan dan menikahlah!" Nyonya Ohara kemudian menyerahkan dua tumpukan selimut kepada Vanessa dengan hati-hati.

"Kau antarkan ke kamar mereka, sana!"
Vanessa lagi-lagi mendesah. Dengan malas dirinya mengantarkan kedua selimut itu kelantai dua, mungkin ia akan membawa selimut itu kekamarnya dulu untuk mengganti pakaian meskipun itu harus membuatnya bolak-balik.

Jadi wanita yang di inginkan Natsuki tokeino? Apa dirinya harus membuka pakaianya di depan laki-laki itu? Ibunya juga akan segera kena serangan Jantung kalau dia mengetahui seperti apa wanita yang di inginkan Natsuki.

Vanessa menggenggam selimut erat. Begitu menaiki tangga genggamanya mengendor saat melihat Natsuki keluar dari kamar tamu, ia sudah berganti pakaian dan mungkin akan menyusul pamanya kehalaman.

Yang bisa Vanessa lakukan sekarang hanya pura-pura tidak tau dan berjalan lurus menuju kamarnya, barulah ia akan kembali lagi untuk mengantarkan selimut.

Gadis itu memaki dirinya sendiri dalam hati karena merasa gugup, kenapa ia gugup seperti sekarang, karena Natsuki sedang memandanginya dan menghalangi jalanya sebisa mungkin. Vanessa menghela nafas lalu memandang Natsuki kesal.

"Tidak bisa minggir?" Vanessa berkata dengan nada sinis meskipun suaranya tidak selantang yang biasa di lakukanya terhadap Natsuki.

"Kebetulan sekali, Aku ingin menemuimu!"

"Untuk apa? Kau tidak boleh terlalu berharap! Aku tidak akan menikah denganmu apapun yang terjadi. Jadi lakukan apa yang ku katakan, Tolak perjodohan ini dan menyingkir dari hadapanku sekarang! Aku harus segera kekamarku!"

Natsuki memandang ke belakang sekilas, pintu yang berada di ujung itu ternyata milik Vanessa? Tapi melihat selimut yang Vanessa bawa, Natsuki menduga kalau seharusnya selimut itu di bawa ke kamar tamu. Vanessa hanya berusaha menghindar dan tidak ingin melihat wajahnya, Natsuki bisa merasakanya.

"Selimut itu, harusnya kau bawa ke kamarku kan?"

"Tidak, ini untukku sendiri!" Vanessa segera menutup mulutnya. Kenapa ia mengatakan hal seperti itu? Seharusnya ia memberikan selimut itu kepada Natsuki agar tidak perlu masuk kekamar tamu dan meletakkanya sendiri di tempat tidur laki-laki itu.

"Untukmu sendiri? Kau kekurangan selimut?"

"Tentu saja, musim dingin akan segera tiba dan aku sudah mulai merasa kedinginan. Aku butuh tambahan selimut!"
Lagi-lagi Vanessa berbohong. Bukan orang yang pandai berbohong karena kegugupanya sangat terlihat jelas. Vanessa menunduk saat melihat Natsuki tersenyum padanya, Senyuman yang sudah membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Sejak kapan ia menjadi bodoh saat berhadapan dengan orang ini?

"Kalau begitu biarkan aku menghangatkanmu!" Natsuki beraksi cepat. Karena sesaat kemudian Vanessa sudah di tarik kedalam kamar dan merasakan bunyi pintu tertutup di belakangnya. Gadis itu menggenggam selimut yang di bawanya semakin erat, tidak lama karena selimut itu segera terjatuh kelantai ketika menyadari Natsuki Tokeino sudah memandangi setiap inci tubuhnya. Ia bergerak selangkah demi selangkah mendekati Vanessa tapi gadis itu tidak bergerak sedikitpun, ia sedang berusaha mempertahankan diri dengan memasang wajah tergalaknya.

Vanessa mulai merasa terintimidasi meskipun ia terus berusaha menantang dan memandang wajah Natsuki dengan pandangan tidak suka. Perlahan-lahan ia mundur dan berusaha menjaga jarak.

"Kau sedang apa?"

"Lihat dirimu! Ternyata kau sangat cantik. Kau berdandan seperti ini untukku?"

"Kalau aku tau yang datang adalah kau, aku tidak akan memakai pakaian seperti ini!"

"Jadi, kau berdandan seperti ini demi Kent?" Natsuki tertawa, tawa yang terdengar sangat menyeramkan.

"Harusnya kau tidak menggunakan camisole dengan bahu selebar ini." Ia menyentuh pundak Vanessa dengan satu jarinya sehingga Vanessa mundur selangkah lagi dan membuatnya jatuh ke tempat tidur. Gadis itu terpekik kecil saat Natsuki sudah merangkak di atas tubuhnya dan menyentuh dadanya
"Tapi aku suka tali yang ini,"

"Kau mau memakai camisole? Aku punya banyak!"
Natsuki tertawa lagi. Vanessa masih berusaha mengejek dalam situasi segawat ini.

"Kau punya banyak? Menarik! Bagaimana kalau tali ini ku buka?" sebelah tangan Natsuki terangkat menarik ikatan camisole satu demi satu dan berhenti ketika Vanessa menepis tanganya.

"Kau mau bersikap kurang ajar padaku?"

"Lalu kenapa tidak teriak? Kau menyukainya kan? Katakan saja!" pandangan mata Natsuki semakin terlihat bergairah. Terlebih saat melihat leher Vanessa yang bergerak karena menelan ludah, pandanganya kemudian turun ke camisole yang sudah terbuka sebagian dan memamerkan payudara Vanessa lebih banyak lagi.

"Kau sangat pandai menuntut kan? Kalau di tempat tidur, sekuat apa tuntutanmu?" Natsuki menarik tangan Vanessa yang menghalangi pandanganya dan menekanya kuat keatas ranjang. Ia kemudian menarik tali camisole yang ketiga dan keempat dengan giginya. Menggairahkan sekali dan sekarang dirinya sangat terangsang.

Tapi bunyi pintu terbuka membuat Natsuki menarik dirinya dari ranjang dan berdiri menghadap pamanya dengan nafas tergengah-engah. Vanessa juga melakukan hal yang sama, ia berdiri dan menghadap dinding untuk mengikat kembali ikatan camisolenya yang di lepaskan oleh Natsuki.

"Kalian berdua sedang apa?" Paman Tokeino menatap Natsuki dan Vanessa bergantian dengan sangat heran. Tidak ada seorangpun yang menjawab hingga Vanessa berbalik dengan pakaianya yang sudah kembali utuh lalu mengambil selimut yang berserakan di lantai.

"Aku mengantarkan selimut, Paman!" Meskipun Vanessa berusaha untuk tampak biasa tapi dari suaranya barusan paman Tokeino bisa merasakan kegugupanya yang luar biasa.

"Tapi selimutnya terjatuh, aku akan menggantinya. Permisi!"
Paman Tokeino tersenyum kecil dan membiarkan Vanessa keluar dari kamar itu. Ia memandang Natsuki lagi dan menutup pintu.

"Kau mau melakukan apa? Bagaimana kalau aku tidak datang tadi?"

"Aku hanya bermain-main sedikit. Tenanglah paman, aku tidak akan melakukan apa-apa!"

"Tidak melakukan apa-apa? Kau nyaris menelanjanginya!"

"Paman, dia menyukainya! Dia tidak berteriak kan?" Paman Tokeino memukul kepala Natsuki keras sehingga laki-laki itu mengaduh.

"Dia wanita terhormat. Mana mungkin dia akan berteriak begitu saja di rumahnya sendiri. Ibunya bisa kena serangan Jantung kalau mengetahui kelakuanmu ini!"

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang