Don't Like to Share My Property
Bertemu dengan Natsuki setiap hari adalah beban yang penuh dengan penderitaan.
Pagi hari, Vanessa harus berusaha sebisa mungkin untuk bangun lebih pagi dan berangkat kerja lebih awal asalkan tidak bertemu dengan laki-laki itu.
Pada malam hari saat Sarah ada di rumah, Vanessa tidak bisa menolak untuk melihat Natsuki dan Sarah mengobrol dan dirinya hanya bisa diam agar Natsuki sadar bahwa Vanessa tidak suka dengan kehadiranya.
Belum lagi sikap-sikap tidak menyenangkan yang harus di terimanya. Natsuki selalu menggodanya meskipun dengan sesuatu yang kecil.
Menggenggam tangan misalnya, dan laki-laki itu selalu melakukanya setiap kali dia datang kerumah dengan membawa berkaleng-kaleng minuman dan tidak akan pulang sampai semuanya habis.
Selama itu, Vanessa harus merelakan tanganya untuk terus berada dalam genggaman Natsuki. Menolak adalah kata- kata yang paling kuat yang pernah terfikirkan tapi tidak pernah sanggup untuk Vanessa lakukan. Tapi selama semuanya itu tidak mengganggunya tidak akan pernah jadi masalah, Natsukipun tidak datang setiap hari kerumahnya dan terkadang seminggu penuh Natsuki tidak akan Vanessa lihat sepulang kerja.
Mengenai Natsuki dan banyak perempuan-perempuanya, Tidak pernah membuat Vanessa pusing seperti hari ini. Vanessa berusaha menutupi telinganya dengan bantal karena laki-laki itu mengeluarkan suara-suara aneh yang membuatnya tidak nyaman. Dia sedang bercinta, tentu saja begitu.
Vanessa mengambil i-pod di laci meja tulis dan berusaha mengalihkan pendengaranya ke beberapa jenis musik yang mungkin bisa membantu. Tidak berhasil, karena Vanessa tidak bisa berkonsentrasi bila ada keributan. Mengerjakan pekerjaanya sambil mendengarkan musik sepertinya bukan ide bagus.
Sarah membuka pintu kamar Vanessa dan mematikan I-pod yang membuat pekerjaan Vanessa malah semakin kacau. Bunyi musik berhenti dan desahan-demi desahan kembali mengganggu. "Aku tidak bisa tidur!" Sarah berbisik.
"Mereka keras sekali, membuatku iri!"
Mata Vanessa membesar mendengar pernyataan Sarah barusan.
"Iri?"
"Sikapmu seperti seseorang yang tidak pernah melakukanya saja!" Sarah berbisik polos.
Mendengar itu Vanessa mengerang. Bukan masalah itu yang mengganggu, ia sama sekali tidak iri! pekerjaan yang sedang di kerjakanya kali ini benar-benar sudah deadline dan ia bahkan belum mengerjakanya lebih dari enam puluh persennya. Vanessa bahkan tidak yakin akan selesai dalam tiga hari kedepan.Sekarang apa yang terjadi? Pekerjaanya di ganggu oleh suara-suara berisik tunanganya yang bercinta dengan wanita lain pada tengah malam seperti ini?
"Aku akan memberinya pelajaran!" Ia kemudian mengaduk-aduk meja tulisnya dan menemukan cincin bermata ruby, cincin tunanganya. Setelah mengenakanya, Vanessa beranjak pergi ke flat sebelah.Sarah terperangah tak menyangka saat melihat Vanessa menggedor-gedor pintu flat Natsuki dengan brutal, kelakuanya ini bisa membangunkan semua tetangga. Untungnya tidak perlu waktu yang lama bagi Sarah untuk merasa tidak enak karena Natsuki segera keluar hanya dengan menggunakan celana pendeknya. Laki-laki itu memandang mereka gusar.
"Untuk apa mengganggu malam-malam begini?"
Vanessa tidak menjawab, ia langsung masuk kedalam flat Natsuki tanpa permisi. Sarah hanya bisa angkat bahu saat Natsuki memandangnya penuh tanya dan secepat mungkin menyusul Vanessa masuk ke kamar pribadi Natsuki.Vanessa Gershon sedang menarik rambut seorang wanita yang hampir bugil di atas tempat tidur. Mulutnya dengan kejam mencaci maki, pemandangan yang langka. Vanessa sudah lama sekali tidak mengeluarkan kata-kata sadisnya. Wanita itu mencoba berontak tapi tidak begitu kuat, hasrat sudah membuatnya melemah.
"Jangan pernah kau mencoba datang lagi atau mendekati tunanganku!" Vanessa berteriak. Ia memperlihatkan cincin di tanganya yang mirip dengan cincin yang di kenakan Natsuki.
"Sekarang cepat kenakan pakaianmu atau kau, ku usir dalam keadaan setengah telanjang seperti sekarang!"
Wanita itu memandang Natsuki gugup, tapi melihat Natsuki tidak melakukan apa-apa dan kelihatanya ia kecewa. Secepat mungkin ia berusaha mengenakan pakaianya dan segera berlari keluar flat sambil menangis. Malam ini dia sudah di permalukan, mustahil bila dia tidak merasa kecewa kepada Natsuki Tokeino yang bahkan tidak membelanya. Vanessa Gershon tersenyum menang lalu mengangkat wajahnya di hadapan Natsuki.
"Aku sudah bilang kan? Aku tidak suka berbagi hal-hal yang menjadi milikku. Seharusnya kau menyesal karena menerima perjodohan itu!"
Natsuki memandangnya penuh dendam. Wanita ini sudah mengganggu privasinya dengan cara yang luar biasa, mungkin di luar pintu flatnya ada beberapa orang yang berkerumun untuk melihat keributan yang sudah di timbulkan Vanessa.
"Kenapa tiba-tiba kau merasa terganggu?"
"Karena suara kalian mengganggu pekerjaanku!" Vanessa membentak.
"Aku harap untuk tiga hari kedepan kau tidak mengganggu pekerjaanku dengan ini. Kalau hasratmu tidak bisa di tahan, kenapa tidak kau bawa saja wanita-wanita itu ke hotel?" Ia beranjak pergi kembali ke flatnya dan menyeruak kerumunan orang.
Natsuki mendesah kesal. Hari ini Vanessa sudah mempermalukanya dan dia tidak akan tinggal diam. Ia mengambil kimononya dan mengganjal pintu flat sebelum Vanessa menutupnya.
"Aku bersumpah kau tidak akan pernah bisa bekerja dengan tenang tanpa memikirkan aku!" desisnya.
Vanessa terdiam beberapa detik, lalu berusaha menutup pintu flatnya dengan kasar. Sesegera mungkin ia kembali kekamarnya dan tidur lebih cepat dari rencana. Ia harap besok bisa mengerjakan semuanya dengan lebih baik.
Sayangnya keributan itu tidak bisa membuat Vanessa tidur begitu saja sehingga ia harus bangun kesiangan dan memakan hamburger sebagai sarapan sambil berlarian mengejar taksi.
