Die or Like Me?
"Aku tidak menyangka kalau kau bisa seperti ini. Sekarang kau jadi korban Natsuki Tokeino sepertiku padahal selama ini kau berusaha untuk terus memeranginya!" Yashuharu Ayami menggoda Vanessa sambil menahan tawa dari udara.
Entah mengapa Vanessa sangat ingin menelpon Ayami dan menceritakan semua ini. Dan sekarang Ayami sedang mentertawakannya? Vanessa jadi ingin segera menutup telponnya segera.
"Sekarang bagaimana kandunganmu?" Ayami melanjutkan ucapannya. "Kenapa kau tidak melakukan hal yang sama sepertiku?"
"Mengugurkannya? Kau fikir aku tidak pernah berusaha untuk itu?" Vanessa mengehela Nafas. "Aku tidak mampu, Aku tidak bisa melakukannya kepada darah dagingku!"
"Meskipun dia adalah anak dari orang yang kau benci?"
Benci? Aku sangat mencintainya! Vanessa membatin. "Lalu kau? Bukankah dulu sangat mencintainya? Kenapa kau bisa melakukan itu padahal saat itu dia bilang akan bertanggung jawab kan?"
"Aku hanya tidak ingin kehilangan masa bahagiaku karena kehadiran seorang anak dan karena harus menikah di usia muda!"
Sekarang Vanessa yang hampir tertawa. Saat itu Ayami dan Natsuki menjalani Tahun terakhir mereka di kampus, Ayami pada saat itu hanya lebih muda beberapa tahun dari usia Vanessa sekarang. Kehilangan usia muda karena anak dan pernikahan? Vanessa bahkan tidak pernah berfikir akan kehilangan semuanya meskipun pada kenyataannya sekarang ia sudah kehilangan semuanya, pekerjaan, Keluarga, teman, Bahkan juga Natsuki. Ia hanya befikir kalau anak yang di kandungnya akan menderita bila terus hidup karena itu Vanessa ingin menyingkirkannya. Ternyata cintamu tidak sebesar cintaku padanya!
"Vanessa, kau masih disana?"
Vanessa mengerjapkan matanya. Ia kembali kerumah yang di sewanya setidaknya untuk setahun kedepan. Ia sudah meninggalkan dunia khayalnya dan kembali ke dunia nyata. "Ya, Aku masih mendengarmu. Bisa kita akhiri pembicaraan hari ini sekarang? Aku sangat lelah dan harus beristirahat."
"Baiklah, sampai jumpa kalau begitu!"
"Ya, kita akan berjumpa kalau aku menyusulmu ke Korea!"
Ayami tertawa dan membiarkan Vanessa menutup telponnya. Vanessa berdiri dari tempat duduknya dengan hati-hati sambil memegaingi perutnya. Beberapa hari lagi kandungannya akan berusia tiga bulan dan ia harus berhati-hati karena walau bagaimanapun menjalani hidup sendirian dengan kandungan yang semakin membesar bukanlah hal yang mudah. Tapi ia harus melakukannya sebaik mungkin karena ia tidak bisa merepotkan siapa-siapa. Ia bahkan membatalkan rencananya ke Dalas karena Vanessa tidak ingin membebani banyak orang.
Vanessa mengambil botol susu sapi segar dari dalam kulkas lalu menuangkannya kedalam gelas, ia membawa gelas itu kekamarnya dan duduk di ranjang dengan hati hati. Sebelah tangannya meraih buku tabungan yang ada di dekatnya dan memperhatikannya sambil meneguk susunya beberapa kali. Ia sudah menghabiskan seperempat tabungannya untuk sewa rumah dan membeli beberapa keperluan pribadi. Dan untuk kehidupannya setahun kedepan di tambah biaya melahirkan, Vanessa akan kehilangan banyak diri uang yang disimpannya dengan cermat. Uang itu sebenarnya sudah di kumpulkannya untuk melanjutkan kuliah ke Belanda dan sekarang ia harus merelakannya, Vanessa bahkan sudah tidak bisa mengingat Belanda lagi, yang bisa di ingatnya hanya bagaimana agar kandungannya bisa tetap sehat dan dia tetap punya uang yang cukup sampai anaknya lahir dan ia cukup kuat untuk mencari pekerjaan lagi.
Musim semi mungkin sudah menumbuhkan banyak tunas baru, Vanessa menghabiskan susu di dalam gelasnya dan kembali berdiri dari ranjang. Ia mengambil sebuah cardigan putih untuk melengkapi gaun bunga-bunga berwarna baby pink yang di kenakannya. Sore ini Vanessa akan keluar rumah lagi, ia akan berjalan-jalan untuk menghirup udara segar dan mudah-mudahan ia bisa berkenalan dengan beberapa penduduk Costwold yang menjadi tetangganya. Sepatu ballet berwarna putih dengan hak datar menjadi pilihannya untuk membungkus kakinya menyusuri jalanan nanti. Dengan semangat Vanessa membuka pintu rumanya, menguncinya rapat lalu berjalan perlahan. Langkah demi langkah di lakukannya dengan sangat hati-hati dan beberapa kali ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari mulut. Udara musim semi benar-benar sangat menyenangkan, dan ia sangat suka pada musim semi.
Seekor kupu-kupu berwarna kuning dengan garis-garis hitam mengelilingi Vanessa dengan ceria, gadis itu mengulurkan tangannya dan kupu-kupu itu hinggap disana. Sebuah senyum mengembang di wajah Vanessa, tapi tidak lama. Senyum itu segera berganti dengan ekspresi terkejut saat ia menyadari kalau seseorang sudah menarik tangannya. Natsuki Tokeino memandang Vanessa dengan ekspresi yang tidak bisa di mengerti.
"Sedang apa kau disini?" Tanya Vanessa.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Sedang apa kau disini? Pergi meninggalkanku tanpa mengatakan apa-apa, menitipkan cincin pertunangan kepada Sarah, dan akan pergi ke Dalas?" Sebelah alis Natsuki terangkat. "Kau mau memutuskan pertunangan secara sepihak? Aku tidak akan menerimanya!"
"Apa kau datang kemari untuk mengganggu liburanku?" "liburan?" Suara Natsuki terdengar lebih Intents.
"Kau sedang melarikan diri sayang! Dan karena aksi bodohmu ini aku harus mencarimu seperti orang gila, mengelilingi Botany Bay dan Costwold tanpa arah. Dan untungnya hari ini kau keluar dari rumah dan aku bisa menemukanmu setelah berkeliling di tempat ini berkali-kali. Aku bahkan menunda kepindahanku ke Tokyo!"
Vanessa mematung. Natsuki akan pindah ke Tokyo? Entah mengapa ia merasa sangat sedih, sangat sedih dan Vanessa hampir kehilangan kendali untuk menahan air matanya jika saja Natsuki tidak kembali menarik tangannya.
"Ikut aku!"
Vanessa berusaha berontak dan melepaskan tangannya dai genggaman Natsuki, tapi Natsuki menolak, Ia bahkan melakukan hal yang lebih untuk menunjukkan betapa berkuasanya dia atas diri Vanessa. Natsuki memanggul tubuh Vanessa seperti yang pernah di lakukannya dulu, memaksa Vanessa masuk kemobil dengan cara yang sama dan pergi meninggalkan tempat itu. Vanessa memakinya bekali- kali tapi Natsuki tidak mengatakan apa-apa sampai akhirnya cacian Vanessa berhenti saat ia melihat sebuah menara gereja menjulang tinggi dihadapan mereka. Natsuki membukakan pintu mobil dan menjulurkan tangannya, Vanessa menyambutnya dengan keadaan bingung.
"Untuk apa kita kesini?" Desis Vanessa.
"Sekarang juga, Kau tidak boleh menolak. Karena kalau kau menolak aku akan membunuhmu lalu bunuh diri.
"Natsuki menggenggam tangan Vanessa semakin erat.
"Nona Gershon, Menikahlah denganku atau kau akan mati!"