Best Advisor is Mark!
Vanessa berjalan di sepanjang koridor rumah sakit lalu masuk kesebuah ruangan dokter.
Ternyata semuanya sama sekali bukan mimpi belaka, sebuah janin sedang berusaha untuk terus tumbuh dalam rahimnya dan itu sangat mengejutkan sekali. Dua bulan terlalu cepat untuk USG, tapi ia sudah mencobanya.
Dokter Mark menyarankannya untuk melihat janinnya saat Vanessa mengatakan keinginannya untuk menggugurkan kandungannya.
Satu minggu yang lalu setelah USG itu, Vanessa terus memikirkan ulang niatnya untuk menggugurkan kandungannya dan akhirnya pilihannya jatuh kepada niat untuk melahirkannya.
"Walau bagaimanapun, pilihanmu untuk melahirkannya adalah pilihan yang bijaksana. Walaupun dirimu belum siap, tapi tidak ada alasan yang tepat untukmu menggugurkannya.
Jujur sekali aku sangat kecewa saat kau mengatakan kalau kau memiliki keinginan untuk menggugurkannya.
Usiamu memang masih muda, tapi percayalah usiamu itu adalah usia yang tepat untuk melahirkan bayi yang sehat." Dokter Mark kembali menceramahinya.
Laki-laki ini adalah dokter yang di sarankan oleh Sarah untuk memeriksanya dan selama di rumah sakit ini, Sarah selalu bertindak sebagai asistennya.
"Aku menanyakan masalahmu kepada Sarah tapi dia tidak mau mengatakannya, Apakah kau mau bercerita tentang alasanmu untuk menghilangkan calon bayimu minggu lalu?"
"Mungkin alasannya terlalu sepele, tidak ada yang akan bertanggung jawab terhadap anak ini!" Vanessa tertawa getir.
Dokter Mark terkekeh. Pria itu membuat Vanessa merasakan kembali kehadiran seorang Ayah meskipun dokter Mark mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dibandingkan dengan Steve kakak sulungnya.
"Memang sangat sepele untuk seorang wanita brilian sepertimu." Katanya.
"Kau sudah bukan anak kecil lagi untuk melakukan perbuatan yang sangat di sayangkan seperti menggugurkan kandungan. Sedangkan di luar sana, tidak sedikit orang yang siap melakukan berbagai cara dengan harapan dirinya bisa memiliki buah hati."
"Aku sangat khawatir. Aku sangat meragukan Ayahnya, orang tuaku juga pasti tidak bisa menerima begitu saja jika tau kalau ayahnya tidak akan mau bertanggung jawab. Jadi ku fikir, aku harus memilih antara anak ini dan keluargaku, makanya aku memilih menyingkirkannya selagi belum terlambat. Tapi melihatnya kemarin tiba-tiba saja aku merasa sangat jahat."
Vanessa menunduk. Memilih untuk melahirkan janin yang di kandungnya adalah hal yang sangat sulit untuknya. Semalaman Vanessa bahkan memandangi buku tabunganya dan berfikir akan di bawa kemana calon anaknya ini.
"Aku akan terus berusaha menyembunyikannya karena akan sangat banyak yang menentangnya. Tapi aku akan tetap berusaha untuk melahirkannya."
Kali ini sebuah senyum penuh kasih terulas di bibir dokter Mark, ia memandang Vanessa dengan iba.
"Kelak, kalau kau sudah sangat kesulitan untuk menyembunyikannya, kau bisa ikut aku ke Dalas, istriku pasti senang kalau kau ikut dengan kami."
"Tentu saja, pada akhirnya aku akan mencarimu untuk membantu!" Vanessa tersenyum nakal membuat seluruh rasa kasihan yang di rasakan dokter Mark sirna begitu saja. Vanessa memang bukan seseorang yang suka menyimpan beban di hatinya berlama-lama.
"Kapan kau akan pindah, ku dengar dari Sarah..."
"Secepatnya, Sarah akan di promosikan untuk menggantikanku. Tapi aku pastikan sebelum aku berangkat, kau harus sudah melewati trimester pertamamu dengan baik! Kapan-kapan berkunjunglah ke flatku, istriku sangat antusias mendengar cerita tentang dirimu!"
