15

2.3K 118 0
                                    

Back to Tokyo

Natsuki dan Vanessa sedang menuju Tokyo dengan kereta api, padatnya penumpang membuat mereka harus rela untuk berdiri. Untungnya mereka berdua tidak membawa barang yang banyak sehingga itu tidak terlalu mengganggu.

Tapi selama di jalan suasana benar-benar beku karena tidak ada satu orangpun di antara mereka yang berani bicara.

Saat tanpa sengaja keduanya beradu pandang, Vanessa akan membuang wajah lebih dulu sehingga Natsuki merasa tidak ada hal lain yang harus di lakukan selain melakuan hal yang sama. Kekakuan itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya senggolan misterius dari penumpang lain yang berpindah tempat hampir membuat Vanessa jatuh dan Natsuki beraksi cepat meraih pinggangnya.

"Keep Your Hand!" Bisik Vanessa geram.

Reaksi yang membangkitkan semangat Natsuki kembali.

"Sebaiknya biarkan aku terus seperti ini karena sangat banyak orang yang berniat menyentuhmu dan bertindak seolah-olah mereka tidak sengaja melakukanya!"

"Lalu apa bedanya denganmu?"

"Venusku sayang, Aku memang sangat suka menyentuhmu tapi aku tidak pernah berpura-pura kan? Aku akan menyentuhmu kapanpun aku suka!" Kali ini Natsuki merapatkan tubuh Vanessa kepadanya, melingkarkan kedua tanganya dan membelai perut Vanessa yang datar, semuanya benar-benar membuat Vanessa merinding.

"Selama kau memakai cincin itu, Kau adalah milikku. Jadi hanya aku yang boleh menyentuhmu!"
Vanessa menggenggam kedua tangan Natsuki yang terus menjelajahi perutnya agar berhenti bergerak.

"Baiklah, tapi tetap seperti ini karena aku tidak suka dengan aksimu meraba tubuhku di depan orang banyak seperti sekarang!"

Natsuki tersenyum senang. Kali ini Vanessa mengizinkanya melakukan hal seperti ini meskipun dengan sebuah syarat. Panas tubuh Vanessa benar-benar sudah merasukinya, ia bisa mencium aroma parfum yang sangat manis merebak dari tubuhnya dan rambut coklat yang selembut sutra itu memiliki aroma yang lain lagi tapi sangat serasi.

Kedua lenganya yang melingkari tubuh Vanessa dapat merasakan kalau gadis itu gugup dengan hal ini, gugup karena mereka begitu dekat, karena dada Natsuki menempel di punggunya sehingga bisa merasakan detak jantungnya dan karena pandangan banyak orang yang selalu tertuju pada mereka berdua. Natsuki mempererat rangkulanya dan Vanessa menggeliat dia masih berusaha mengamankan diri dengan berbagai cara. Dengan posisi yang seperti ini, tidak saling bicara bukanlah masalah lagi . Detak jantung mereka yang saling berbicara, berusaha saling menyamai ritme kerjanya di dalam tubuh.

Kereta berhenti dengan tidak terasa, para penumpang yang sejak tadi melirik kearah mereka berdua pada akhirnya menghentikan pandangan irinya dan keluar dengan segera. Vanessa Gershon berusaha melepaskan diri dari Natsuki dan keluar lebih dulu dengan membawa tasnya. Natsuki masih berusaha menyusul gadis yang beberapa menit lalu berada dalam pelukannya dan mengiringi langkahnya.

Vanessa cukup lama mengungguli egonya dan berusaha mendahului Natsuki, tapi kemudian menyerah harus menjadi pilihan karena ia tetap tidak tau harus pergi kemana mereka setelah ini.

"Apa tidak bisa aku pulang ke London lebih dulu?" Tanya Vanessa setelah langkahnya semakin memelan dan mereka berdua bisa berjalan bersisian dengan lebih santai.

"Sekarang? Aku takut tidak akan bisa. Kita harus menghadiri pernikahan Sachi Fujisawa karena kakakku pasti ada disana. Meskipun aku tidak memberi tahu kepadanya tentangmu, Ibu pasti sudah memberi tau."

"Lalu setelah ini kita harus kemana?"

"Apartement Sachi Fujisawa. Kita akan kerumah mempelai wanita, tapi ku rasa calon pengantin pria juga ada disana. Ada hubungan yang rumit yang membuat mereka semua harus berada dalam satu rumah Malam ini juga," Dan semuanya mengalir. Natsuki menceritakan semuanya, Menceritakan hubungan persahabatanya dengan Sachi dan calon suaminya Kenji Hidaka, tentang keduanya yang memiliki satu orang kakak bernama Yoshi, juga tentang sebab mengapa kakak perempuan Natsuki bisa berada disana.

Sepanjang perjalanan benar-benar di penuhi cerita-cerita yang menarik, Natsuki terus berbicara dan Vanessa mendengarkan dengan baik, sesekali gadis itu bertanya tentang hal-hal yang membuatnya merasa heran lalu Natsuki akan menjawabnya dengan tepat dan baik. Kali ini tanpa sadar keduanya sudah berbicara dengan nyaman dan untuk pertama kali tidak berisi cacian Vanessa atau kata-kata penuh gairah dari mulut Natsuki. Semuanya kenyamanan itu terus bertahan bahkan saat mereka sudah sampai di tempat tujuan. Natsuki dan Vanessa memasuki lift dan dalam waktu yang singkat keduanya akan sampai di apartement dimana semua orang berkumpul.

"Jadi Kakak iparmu, adalah orang Prancis?" "Sachi Fujisawa, Ayah dan Yoshi jelas-jelas berdarah Jepang, tapi Ibu tiri Sachi, adalah orang Prancis dan Kay adalah campuran dari keduanya."

"Bagaimana mereka bertemu, Maksudku kakakmu dan Kay!" Natsuki angakat bahu.

"Aku rasa semuanya dimulai saat Sachi sakit dan harus di jemput di sekolah, Saat itu ku kira yang menjemputnya adalah Yoshi, tapi ternyata Kay lebih dulu tau dan memberi tahu Yoshi begitu dia sampai di sekolah!"

Vanessa mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali dalam gerakan yang samar. Bunyi dentingan halus membuat perhatian mereka segera beralih ke pintu yang terbuka. Beberapa orang masuk setelah Vanessa dan Natsuki keluar dari dalam lift.

Tidak perlu berjalan jauh lagi, keduanya sudah sampai di depan pintu dan Matsuri menyambut adiknya dengan gembira. Keberadaan Vanessa juga sangat menarik hatinya, dalam waktu singkat ia memandangi Vanessa dari unjung kaki hingga kepala lalu tersenyum di iringi pandangan dengan kilatan yang misterius.

"Kau, Vanessa? Astaga! Kau sangat sempurna, benar-benar masuk kedalam kriteria idaman semua orang, dan Natsuki juga tentunya!" Matsuri kemudian tersenyum lalu menoleh kepada adiknya.
"Aku benarkan?"

"Biarkan kami masuk dulu, baru kita bicara di dalam!"

"Jawab dulu pertanyaanku, Calon istri yang kau pilih adalah wanita idamanmu?"

Natsuki melirik Vanessa sesaat. "Kau gila? Untuk apa bertanya lagi. Lihat dadanya yang besar, pinggulnya yang bulat, perut yang rata, bukan hanya menarik untuk di lihat! Ciumanya juga sangat luar biasa!"
Vanessa mengerang dalam hati. Natsuki sedang memujinya? Dia hanya menyebutkan bagian-bagian tubuh Vanessa yang sudah disentuh olehnya.

Bagaimana mungkin Natsuki bisa mengatakan hal-sevulgar itu di depan saudara perempuannya?
"Kalau dia menikah denganku, dia harus berhenti jadi pengacara!" Natsuki melanjutkan ucapanya sambil memandang Vanessa dengan pandangan serius, beberapa saat kemudian laki-laki itu tersenyum kepada calon istrinya yang sedang jadi topic pembicaraan.

"Karena dia tidak akan ku biarkan turun dari ranjangku!"

Matsuri melotot mendengar pernyataan adiknya, ia lalu menoleh kepada Vanessa yang menggigit bibir dan agak menundukkan wajah, sebelah tanganya menggosok-gosok tengkuknya perlahan. Vanessa sedang merasa tidak enak karena ucapan Natsuki yang seharusnya hanya menjadi konsumsi mereka berdua secara pribadi.

"Vanessa, apa Ayahku sudah mengatakan padamu untuk bersabar terhadapnya? Aku mengerti kau pasti merasa sangat sial sekali karena harus menikah dengan orang ini!"

Vanessa berusaha tersenyum. Menikah dengan orang itu? Entahlah. Natsuki masuk kedalam apartement tanpa di suruh lagi, ia membawa tas Vanessa juga meskipun meninggalkan pemiliknya di pintu bersama kakaknya. Sedangkan Matsuri masih berusaha berbicara kepada Vanessa mengenai sesuatu.

"Vanessa, Natsuki memang seorang laki-laki yang penuh dengan gairah, tapi membicarakanmu dengan cara seperti itu sedikit banyak dia sudah menunjukkan kalau dia sedang memujamu. Sekarang masuklah, kau akan tidur di kamar perempuan malam ini!"

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang