Must be Sexiest Woman
Sebuah rumah sederhana di pedesaan Districk Lake, bagi Natsuki pemandangan kali ini cukup menarik. Meskipun wanita di pedesaan Eropa tidak semanis wanita-wanita desa di Asia, tapi rata-rata mereka semua masih memiliki keindahan fisik yang luar biasa.
Memikirkan kalau dirinya akan menikah dengan seorang gadis desa, Natsuki menjadi sangat berbinar-binar dan juga sangat antusias.
Tapi sejak kapan dirinya memiliki perasaan yang seperti ini? Bukankah dia tidak ingin menikah jika bukan karena di desak oleh keluarganya. Natsuki tidak akan merencanakan lamaranya untuk Nana Shiki tempo hari jika menuruti kata hatinya.
Sekarang desakanya juga bertambah dan sepertinya pilihan untuk segera menikah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi walau bagaimanapun mustahil bagi Natsuki untuk berhenti, dia tidak akan berhenti menjalankan hobinya. seorang istri dari desa seharusnya tidak akan bisa banyak membantah tentang hal ini.
"Paman, bagaimana orangnya?" Natsuki berbisik kepada pamanya sambil membawa tas yang berisi pakaian mereka.
"Dia cantik tidak?"
"Tentu saja!"
"Tapi tidak terlalu gemuk kan? Tidak terlalu kurus juga kan?" Pamanya berdehem."Berhentilah, apa yang sedang kau fikirkan sekarang? Ayo masuk!"
Natsuki mengulum senyum penasaranya. Seorang wanita tua berwajah oriental bersama anak laki-lakinya yang kelihatanya tidak asing menyambut mereka dengan bahagia.Nyonya Ohara adalah seorang wanita keturunan Jepang dan putranya, Rick meskipun berwajah sangat Eropa memiliki rambut dan bola mata yang berwarna gelap seperti Ibunya.
Anak itu terlihat seperti seorang laki-laki Meksiko yang berkulit putih bersih, melihat wajahnya mengingatkan Natsuki pada seseorang. Tapi entahlah, dia sama sekali tidak ingin mengingat- ingat, yang jelas siapa yang akan menjadi tunanganya lebih menarik perhatian di bandingkan apapun sekarang.
Jarak yang jauh membuat Natsuki dan pamanya harus menginap disini paling tidak untuk semalam. Nyonya Ohara sudah menyiapkan sebuah kamar sederhana yang hangat untuk menentang angin musim gugur yang berhembus di luar. Setelah mengemasi barang-barangnya, Natsuki dan pamanya turun memenuhi undangan makan siang.
Hanya ada tiga orang anggota keluarga, tapi rumah ini memiliki banyak kamar. Ketiganya sekarang sedang berkumpul di ruang makan dan seorang gadis yang sedang membantu Ibunya dengan ceria itu membuat Natsuki terperangah.
Vanessa Gershon? Natsuki mematung tak menyangka, Vanessa Gershon untuk pertama kalinya terlihat lebih menarik. Ia menggunakan sebuah jeans ketat dan kamisol tanpa lengan dengan bahan yang kelihatanya tebal berwarna violet. Dua pakaian yang membalut tubuhnya secara serasi, berbeda dengan sikap maskulin yang di tampilkanya selama ini.
"Kalian sudah datang? Silahkan duduk!"
Natsuki tersenyum kepada nyonya Ohara, ia dan pamanya kemudian duduk di meja makan dengan sangat bersahaja dan Vanessa duduk di hadapanya.Tidak sekalipun Natsuki memalingkan pandanganya dari Vanessa Gershon dan dirinya dapat melihat kalau Vanessa mengalami keterkejutan yang sama.
Wajahnya yang ceria tadi tiba-tiba saja berubah menjadi wajah kaku seperti yang sering Natsuki lihat. Seandainya bukan dirinya yang duduk disini, seandainya Kent yang datang, Natsuki yakin kalau gadis itu akan terus berusaha untuk terlihat manis sepanjang hari.
Sepanjang waktu-waktu di meja makan Natsuki tidak bisa menghindar untuk memperhatikan tubuh Vanessa, Kamisol itu benar-benar membuatnya tampak menggairahkan. 34DD, Natsuki menebak unkuran branya, Menakjubkan.
Penglihatanya sama sekali tidak salah saat melihat Vanessa untuk pertama kalinya meskipun pada saat itu Natsuki tidak bisa memperhatikan gadis itu berlama-lama. Natsuki tiba-tiba menyentuh pipinya, Semua tamparan Vanessa masih bisa di rasakan dengan sangat jelas.
"Steve dan Danny dimana? Mereka tidak
ikut makan?" Paman Tokeino bertanya kepada siapa-saja yang bersedia menjawabnya. Perhatian Natsuki sempat beralih sementara."Mereka tidak bisa datang, Steve dan Danny tidak bisa meninggalkan kedainya karena sekarang sedang sangat ramai." Jawab nyonya Ohara.
Paman Tokeino menyenggol Natsuki yang masih memandangi Vanessa tanpa henti sambil terus melahap makananya."Lihat, Anak ini! Nyonya, sepertinya dia terus memperhatikan putrimu! Dia pasti sedang sangat tertarik."
"Benarkah?" Nyonya Ohara terlihat sangat antusias.
"Kalau begitu syukurlah. Vanessa selalu di tolak setiap kali melakukan perjodohan. Entah apa yang terjadi dengan semua laki-laki itu!"
Natsuki mendehem setelah menelan
makanan yang di kunyahnya.
"Di tolak? Ku rasa aku tau sebabnya, dia terlihat sangat kaku!"
"Oh, tidak. Mungkin karena dia sedang tegang sekarang! Dia berjanji akan menikah melalui perjodohan kali ini bila kau tidak menolaknya. Tidak, dia mengatakan janji yang sama setiap kali miai di adakan. Sayangnya seperti yang ku katakan kalau pada akhirnya semua laki-laki menjauhinya. Kau menyukai putriku?"
"Ibu!" Vanessa mendesah.
Melihat itu, Natsuki menyunggingkan sebuah senyum tipis di sudut bibirnya. Hanya sesaat karena berikutnya Natsuki berakting kebingungan."Apakah aku harus memberi jawaban sekarang?"
"Tidak, tentu saja tidak! Kau bisa menjawabnya nanti setelah kau pulang ke London. Kalau kau memutuskan untuk menerima atau menolak, katakan saja pada pamanmu. Kalau kau menerimanya tentu aku akan sangat bersyukur sekali dan semuanya tetap akan aku serahkan kepada kalian berdua.""Ibu, hentikan!" Vanessa mendesah lagi. Ia mungkin merasa malu dengan ucapan Ibunya. Setelah nyonya Ohara diam gadis itu dan adiknya Rick saling pandang penuh makna. Mungkin Vanessa sudah menginjak kaki adiknya di bawah meja karena pemuda itu ikut menertawainya.
