28

2.1K 93 2
                                    

Loving then loosing

"Haruskah aku pergi sekarang?"
"Kau tetap harus kembali ke Tokyo karena masa bertugasmu sudah habis. Kenapa kau kelihatannya sedih Tokeino? Bukankah naik Jabatan dan Kembali ke Tokyo adalah keinginanmu yang selalu kau impikan? Sekarang kau mendapatkannya lalu kenapa wajahmu seperti itu?"

Natsuki menghela Nafas.
Naik jabatan dan hidup di Tokyo adalah impiannya? Benar.
Tapi bila itu semua harus membuatnya jauh dari Vanessa, Natsuki merasa impiannya akan kehilangan arti.

Sekarang apa yang harus di lakukannya? Natsuki memandangi kedua telapak tangannya dengan khidmat.

Tangan ini yang menyentuh Vanessa di Lift waktu itu dan tangan itu juga yang merasakan ada sesuatu yang lain yang Vanessa sembunyikan darinya.

Natsuki seharusnya curiga, tapi mengapa ia tidak bisa? Tubuh Vanessa tidak sama dengan tubuhnya yang biasa, Natsuki memegangi kepalanya. Ia menekan tuts ponselnya dan itu sudah berkali-kali di lakukannya hari ini.
Mencoba menelpon Vanessa adalah satu-satunya cara yang bisa di lakukannya sekarang karena Vanessa sudah menghilang sama sekali dari pandangannya.
Sarah juga selalu menghindar setiap kali ia bertanya. Dan Kent, Anak itu bahkan tidak lagi menyapanya karena kemarahan yang tidak di mengerti.

Pintu ruangan kerja Natsuki terbuka sehingga mata Natsuki membesar saat melihat asistennya masuk ke ruangan Tanpa permisi.

"Maaf mengganggu anda!"Katanya pelan."Aku sudah berusaha mengetuk pintu tapi anda tidak mendengarkannya, Seseorang menitipkan ini dan dia bilang ini adalah sesuatu yang penting yang harus sampai di tangan anda saat ini juga!" laki-laki itu kemudian meletakkan sebuah kotak berwarna merah hati di hadapan Natsuki.

Natsuki menghela nafas berat lalu membuka kotak itu dengan lesu.
Sebuah ponsel dan cincin bermata ruby dalam sebuah kotak beludru berwarna merah. Semua ini hanya membuat ingatannya tertuju pada satu orang.

"Vanessa?" Desisnya.
Semangatnya tiba-tiba saja muncul, Natsuki Tokeino menegakkan kepalanya dan menatap pegawainya dengan serius.

"Yang mengantarkannya wanita? Kapan dia datang?"
"Ya, Wanita itu baru saja pergi Setelah memberikan benda itu!" Tidak ada satupun yang bisa menghalangi kehendaknya sekarang. Yang Ingin Natsuki lakukan adalah datang kepada Vanessa secepatnya.

Ia berlari sekuat tenaga berharap bisa menyusul Vanessa dan tidak kehilangannya lagi. Natsuki bahkan tidak bisa menunggu lift dan memilih untuk menuruni tangga darurat dengan terburu-buru.

Kepalanya berkeliling mencari-cari, kakinya bergerak kesana kemari. Vanessa menghilang dan ia benar-benar terlambat. Natsuki Tokeino berhenti bergerak dan merasa sangat bodoh karena sudah menyia- nyiakan waktu yang dimilikinya selama ini. Sekarang apa yang harus di lakukannya?

"Kau mencariku?"
Sebuah suara datang dari arah belakang, Natsuki berbalik dan memandangi seorang gadis yang sangat di kenalnya meskipun bukan seseorang yang sedang di harapkannya. Sarah.

"Kau?" Natsuki terkejut.
"Kau yang mengantarkan barang-barang itu kepadaku?"
"Kau berharap orang lain? Vanessa?"
"Tentu saja. Kau sendiri tau aku hampir gila karena wanita itu menghilang begitu saja. Selama ini meskipun dia selalu bersikap dingin, setidaknya setiap hari aku bisa melihat wajahnya. Sekarang dia dimana? Kau masih menolak untuk memberi tahuku?"
"Nichan," Sarah berdesis.
"Kau sudah membuatku mengingkari Janjiku kepadanya. Aku bertaruh dengan diriku sendiri, bila kau turun dan mengejarku aku akan mengatakan dimana dia sekarang. Tapi kau membuatku hampir putus asa karena aku harus menunggu lama disini!"
"Baiklah aku minta maaf, Sekarang Vanessa dimana?"
"Apa kau tidak ingin mendengar ceritaku dulu?"
"Nanti aku akan mendatangimu untuk itu. Aku harus segera pindah ke Tokyo akhir minggu ini dan aku harus menemukannya sebelum waktu kepergianku tiba."
"Nichan, Apakah kau benar-benar mengharapkannya untuk berada di sisimu? Kau mengharapkannya dengan hatimu atau..."
"Aku bahkan siap memberikan darahku kalau dia menginginkan itu!"
"Baiklah." Sarah menghela Nafas lega.
"Aku tidak tau apa yang akan Vanessa lakukan. Yang aku tau dia sekarang tinggal di sebuah apartement mewah di selatan. Dia pernah mengatakan kepadaku kalau ia akan berangkat ke Dalas dalam waktu dekat, tapi Vanessa tidak pernah memberi tahuku kapan rencana kepindahannya. Seharusnya dia sudah pindah beberapa hari lalu bersama keluarga itu, tapi aku tidak mengerti kenapa dia membatalkannya."
"Apartement itu punya siapa?"
"Punya keluarga dokter itu. Tapi keluarga itu sudah pergi ke Dalas lebih dulu dan Vanessa menempatinya beberapa hari belakangan ini."
"Baiklah terimakasih!"
Lagi-lagi Natsuki harus melakukan hal bodoh ini.

Ia datang ke Apartement dan menaiki lift yang sama dengan lift yang menjadi tempatnya melepas kerinduan bersama Vanessa beberapa hari yang lalu.
Tapi sekarang bukan saatnya untuk mengenang apa-apa, dengan gelisah kaki-kaki Natsuki mengetuk lantai lift dengan irama yang tidak teratur sehingga membuat orang-orang yang berada di dalam lift bersamanya memandanginya berkali-kali. Ini hal yang bodoh tapi Natsuki tidak akan perduli. Beberapa hari ini Vanessa berada di Apartemen ini? Lantai delapan. Ya, Saat itu Vanessa keluar di lantai delapan karena ingin menemui seseorang. Apakah itu hari kepindaannya ke tempat ini? Natsuki tidak yakin, ia bahkan masih bisa melihat Vanessa yang membuang wajahnya saat mereka bertemu pandang setelah Natsuki pulang kerja hari itu, Tapi pada pagi hari ia sadar kalau Vanessa sudah menghilang sama sekali.

Bunyi dentingan halus membuat Natsuki melangkahkan kaki selebar mungkin keluar dari lift dan berusaha mendekati pintu yang Sarah katakan kepadanya.

Tapi tidak ada seorangpun yang menjawab. Sangat hening.

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang