Rude Propose, Beauty Wedding, Passionate Love
Vanessa menyentuh perutnya dengan senyum tak menyangka. Malam ini, ia dan Natsuki Tokeino berada di ranjang yang sama dan laki-laki itu sedang tertidur pulas karena lelah setelah melampiaskan segala kerinduan yang tak tertahankan. Wajahnya dan wajah Natsuki begitu dekat, Natsuki terlihat sangat damai dan tetram. Semuanya begitu mendadak, begitu gila dan sangat tidak disangka-sangka. Ada pernikahan sore ini dan itu adalah pernikahannya. Semua orang ada disana, keluarganya, keluarga Natsuki, Sarah, Mark dan Elise, Kent, Bahkan Sachi Fujisawa dan suaminya, Matsuri kakak perempuan Natsuki juga datang bersama suaminya, Semuanya berkumpul untuknya dan Natsuki sudah mempersiapkannya. Ayahmu ada disini dan kita akan bahagia bersama Bisik Vanessa sambil memandangi perutnya yang terbungkus selimut. Vanessa bangkit dan duduk di ranjangnya sambil memandangi kamar ini, kamar yang selalu di tempatinya seorang diri semenjak ia pindah ke Costwold. Seandainya keluarganya ada disini juga, mungkin kebahagiaannya akan bertambah besar. Vanessa tidak puas hanya bertemu dengan mereka dalam waktu yang singkat tapi setelah pernikahan berakhir semuanya kembali ke London dengan kendaraan mereka masing-masing.
"Kau belum tidur?" Natsuki bertanya sambil membelai rambut istrinya yang lembut seperti sutra. Ia juga bangkit lalu duduk memandangi Vanessa yang sekarang sudah menjadi miliknya. Sebuah senyum kembali tergurat saat melihat tubuh Vanessa yang selama ini sangat di kagumi dan sangat di rindukan. Natsuki menarik selimut yang membungkus Vanessa agar bisa melihat semuanya dengan lebih jelas.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Vanessa sengit. Tapi ia sama sekali tidak berontak atas tindakan Natsuki kali ini.
"Memangnya kenapa? Bukannya aku sudah melihatnya berkali-kali, sudah menyentuhnya berkali-kali."
Vanessa menekuk kakinya dan memeluk lututnya sehingga payudaranya tersembunyi. "Kau tidak sedang merayuku untuk melakukannya lagi kan?"
"Lalu untuk apa lagi kau bangun?"
"Aku memikirkan semua orang. Kenapa mereka pulang begitu saja setelah pernikahan selesai?"
"Karena mereka juga punya pesta sendiri di London."
Natsuki mendekat kepada Vanessa lalu memeluknya erat-erat, gadis itu membalikkan tubuhnya menerima pelukan suaminya dengan tangan terbuka, ia membiarkan kepalanya berbaring di dada Natsuki dan mulai mendesah saat Natsuki kembali menyentuh tubuhnya.
"Kapan kau akan mengatakan kepadaku?" Tanya Natsuki.
Vanessa menengadah menatap wajah Natsuki heran.
"Mengatakan apa?""Tentang kehamilanmu!"
"Kau..." Mata Vanessa terbelalak lalu mengendorkan pelukannya. "Kau tau darimana? Sarah memberitaumu?"
"Sarah tidak pernah memberi tau apa-apa. Tidak ada seorangpun yang memberi tau tentang itu kepadaku!"
"Lalu dari mana kau tau?"
"Kau ingat saat kita bermesraan di dalam lift? Tubuhmu yang memberitauku. Kau sendiri tau betapa aku sangat memuja setiap jengkal tubuhmu jadi aku tau kalau dia berubah, Semula ku kira kau hamil dengan orang lain. Tapi mana mungkin, Aku selalu mengawasimu dan kau tidak pernah berlama-lama dengan laki-laki manapun!"Vanessa mengerutkan keningnya. "Kau mengawasiku?"
"Tentu saja. Kau bersikap acuh terhadapku. Apalagi yang bisa ku lakukan selain mengawasimu? Kau kerumah sakit, waktu itu. Ingat? Saat itu aku mengikutimu dan aku bertanya-tanya kenapa kau datang ke dokter kandungan. Kau sedang hamil? Tapi kau bilang padaku kalau tidak terjadi apa-apa setelah kita menghabiskan malam bersama saat itu. Waktu di rumah sakit kau mengatakan kalau kau baru saja mengantarkan barang untuk Sarah, maka kecurigaanku terhadap kehamilanmu hilang, Tapi di lift waktu itu kecurigaan itu timbul lagi dan malam ini aku kembali memastikannya. Kenapa kau menyembunyikannya?"
"Karena kau tidak menginginkanku karena hatimu menginginkanku, kau menginginkanku karena tubuhmu yang..."
Sisa ucapan Vanessa di rampas oleh Natsuki lewat sebuah ciuman mesra. Meskipun hanya sebentar, ciuman itu cukup untuk membuat Vanessa terkejut karena ia merasakan sesuatu yang berbeda disana.
"Sudah cukup menggambarkan perasaanku, tidak?" Natsuki memberikan senyum menggodanya. "Aku menginginkanmu bukan hanya dengan tubuh, Tapi juga dengan hati, Setiap sendi, bahkan setiap tetes darahku, semuanya memohon untuk selalu bersamamu. Aku mencintaimu dengan cara yang berbeda, dengan gairah. Tapi aku bersumpah kalau itu bukanlah gairah yang sama dengan yang selalu ku rasakan dengan wanita manapun sebelumnya. Cinta dengan gairah itu normal, kan?"
"Kau sudah membuatku mejadi tak normal karena gairahmu itu!"
"Aku juga sama. Aku bahkan tidak bisa memandang wanita lain semenjak kau membalas ciumanku malam itu. Gairahku mati dan hanya menyala untukmu! Sekarang diamlah, Kau hanya boleh bersuara bila kau mendesah!"
Vanessa menelan ludah, Natsuki memandangnya dengan sangat dalam, lalu kembali menciumnya. Ia merasakan sensasi yang luar biasa saat Natsuki menciumi sekujur tubuhnya dari kepala sampai kaki tanpa terlewatkan sedikitpun. Dan malam itu benar-benar tidak da suara lain yang keluar dari mulutnya kecuali desahan dan erangan. Kehamilannya bahkan membuat tubuhnya lebih sensitif sehingga dalam waktu singkat keduanya sudah mencapai klimaks yang membanggakan. Tapi Natsuki tidak berhenti begitu saja, tangannya masih terus menjelajahi tubuh Venus-nya dan menelusup ke bagian sensitif Vanessa yang basah dan panas. Vanessa benar-benar merasa hampir gila karena dengan jari Natsuki ia berhasil mencapai orgasme berkali-kali. Nafasnya nyaris melayang terbang saat mereka kembali menyatu. Ia benar-benar tersengal-sengal untuk semuanya.
"Kau sudah lelah?" Tanya Natsuki saat semuanya sudah berhasil membuat tubuhnya di basahi keringat. Vanessa berbaring membelakanginya dan ia memeluknya.
"Kau tidak sedang berencana memberiku obat perangsang lagi kan?"
Natsuki tertawa. "Tidak, tentu saja aku tidak akan menghabisimu malam ini juga seperti yang kulakukan waktu itu. Lagi pula kita masih punya banyak waktu. Aku akan tinggal disini bersamamu sampai sewa rumah ini habis!"
"lalu pekerjaanmu?"
"Aku menolak pekerjaan di Tokyo. Aku akan tetap disini bersamamu!"
Vanessa berbalik menghadap Natsuki. "Kau berhenti jadi Diplomat? Kalau begitu sekarang kau pengangguran? Aku menyesal menikah denganmu!"
Lagi-lagi Natsuki tertawa. "Tentu saja tidak. Aku tidak akan menghancurkan masa depanku hanya karena seorang wanita. Kau akan ikut denganku ke Tokyo tapi seminggu ini, aku mau beristirahat disini. Seharusnya tempat ini bisa menghilangkan stress."
Vanessa berdesis. "Sudah ku duga. Lalu aku akan hidup sebagai Ibu rumah tangga disana? Aku kehilangan reputasiku sebagai pengacara muda yang hebat karena dirimu."
"Kau mendapatkan reputasi sebagai pengacara muda yang hebat juga karena aku! Jadi jangan sombong!" Natsuki berkata dalam nada sinis yang di buat-buat. "Kita akan mulai kehidupan yang baru di Tokyo, aku tidak akan membiarkanmu di serang wanita-wanita yang tergila- gila padaku karena sudah membuatku menolak mereka mentah-mentah bila kita masih tinggal di London. Aku tidak menyangka akan datang hari yang seperti ini dalam hidupku, hari dimana aku merasa tertarik hanya pada satu orang dan orang itu akan segera berubah jadi gemuk karena sedang mengandung anakku!"
Kali ini Vanessa yang tertawa. Ia kembali menyentuh perutnya dan Natsuki juga melakukan hal yang sama. Janin itu seolah-olah bergerak karena merasakan kegembiraan yang sama. Vanessa tau itu tidak mungkin, Tapi ia bersumpah kalau dirinya sering merasakannya. Janinnnya bergerak bahkan di saat pertama kali Vanessa menyentuh perutnya, saat Vanessa mengetahui kehamilannya yang kini menjadi kebanggaannya.