9

2.6K 145 1
                                    

Settle With...

"Kau lembur lagi malam ini? Mau ku buatkan kopi?" Sarah meyapanya saat Vanessa baru saja memasuki pintu kamarnya.

Vanessa sudah berusaha mengerjakan semua pekerjaan yang tersisa di kantor hingga ia harus pulang malam hari ini. Setidaknya, pekerjaan hanya tersisa sedikit dan dirinya bisa tidur tepat jam sembilan malam ini. Vanessa membuka Blazer abu-abu dan roknya, lalu segera duduk di atas kursi meja tulis.

"Boleh, kalau tidak merepotkan!"

Sarah beranjak kedapur dan kembali beberapa menit kemudian dengan secangkir kopi. Ia kelihatanya akan menemani Vanessa seperti biasa sambil membaca novel. Tidak kurang dari setengah jam kemudian suara gaduh di ruangan sebelah terdengar lagi. Vanessa dan Sarah saling pandang, lalu menyeringai.

"Telpon saja! Minta dia mengecilkan suaranya!"
Vanessa mengambil tas Gucci-nya dan merogohnya beberapa saat. Tapi ia sama sekali tidak menemukan ponselnya. Ia berusaha mengingat-ingat dimana benda itu di letakkannya. Tapi Vanessa tidak bisa mengingat apa-apa.

"Dimana ya?"
"Apa?"
"Ponselku! Coba kau telpon, semoga saja deringnya bisa membantuku untuk menemukanya!"
Sarah merogoh sakunya dan memainkan ponselnya dengan segera. Ia mencoba menelpon ponsel Vanessa tapi tidak ada bunyi. Vanessa menggeleng,

"Tidak ada bunyinya kan? Tapi ponselmu masih aktif memangnya kau tinggalkan dimana?"
Vanessa kembali berusaha mengingat-ingat. Suara-suara di flat sebelah semakin Intents dan membuatnya tidak bisa berfikir jernih.

Ia mengerang, Vanessa tidak tahan lagi dan Natsuki harus siap bila kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi. Ia kembali merogoh laci mejanya dan berusaha menemukan cincin pertunanganya. Setelah memakainya Vanessa melangkah keluar kamar.

"Kau mau kemana?" tanya Sarah keras.
"Kemana lagi?"
"Dengan pakaian seperti itu?"
Vanessa memandang tubuhnya dengan cepat. Ia hanya menggunakan camisole sutra berwarna oranye dengan renda tebal yang meliputi bagian dadanya. Celana pendek skin-fit dengan warna senada menyelaraskan penampilanya. Meskipun ia terlihat cantik, Vanessa tidak akan mengenakan pakaian seperti ini bahkan untuk keluar kamar seperti yang sekarang di lakukanya tanpa sadar. Natsuki membuatnya kesal. Secepat mungkin ia meraih kimono sutra marun yang tergantung di belakang pintu lalu mengenakanya.

"Sarah, kau mau ikut?"
Sarah menggeleng.
"Aku akan mencari ponselmu saja!"
"Baiklah," Vanessa melangkah dan langkahnya terhenti lagi saat Sarah memanggil namanya.
"Vanessa! Cobalah untuk tidak membuat keributan kali ini. Jangan sampai tetangga-tetangga kita terganggu dan mengusir kita keluar malam ini juga!"

Mendengar itu setidaknya Vanessa masih bisa tersenyum. Ia berjalan cepat dan mengetuk pintu flat Natsuki lebih sopan. Tapi kesopanan membuatnya menunggu lebih dari semenit hingga akhirnya Natsuki membuka pintu dan menatap Vanessa dengan malas.

"Aku baru saja memulainya. Tidak bisakah kau menunggu sampai aku selesai?" Ujar Natsuki geram.

"Kau menggangguku! Jadi ini caramu membuatku mengerjakan pekerjaan yang menumpuk dengan mengingatmu? Tokeino, ini tidak akan berpengaruh apa-apa."

"Lalu kenapa kau kemari?"
"Karena kau menggangguku dengan cara yang sama, aku pastikan akan menyelesaikanya dengan cara yang sama juga!" Vanessa baru saja memutuskan untuk masuk kedalam kamar, tapi wanita baru yang berbeda lagi keluar dan menghampiri mereka. Pakaianya masih lengkap hanya terlihat sedikit lebih kusut saja.

"Ada apa ini?" tanyanya sopan.
"Apa kami mengganggu?"
"Nona, bisakah kau meninggalkan tempat ini?" Kali ini Vanessa lebih tenang. Lawan bicaranya sekarang kelihatanya bukan wanita murahan yang biasa Natsuki bawa ke flat seperti sebelumnya.

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang