Preparing All
Jika akhir minggu ini Vanessa memang harus menemui calon mertua semu-nya di Tokyo, maka yang harus di lakukanya adalah bekerja lebih keras lagi agar semua pekerjaanya selesai sebelum waktu itu.
Menikah dengan Natsuki Tokeino? Bahkan terlintas di otaknyapun tidak pernah.
Vanessa hampir gila dengan semua ini sehingga beberapa perkerjaan membuatnya berteriak histeris.Belum lagi masalah bertukar ponsel, Bagaimana bila Ibunya menelpon? Seharusnya Vanessa tidak perlu khawatir dengan hal itu karena Ibunya pasti senang dengan ide calon menantu impianya.
Tapi Vanessa merasa sangat terganggu karena ponsel Natsuki selalu berdering dan selalu telpon dari perempuan.Vanessa hampir muntah membaca pesan-pesan romantis dan vulgar yang masuk ke ponsel itu setiap hari.
Yang jelas Vanessa selalu melakukan hal yang sama untuk wanita-wanita itu; mencaci maki mereka dan memintanya menjauhi Natsuki karena laki-laki itu sudah bertunangan dengannya.Cukup sering Natsuki menemuinya atau menelponya karena beberapa orang dari sekian banyak perempuan itu mendatanginya ke kantor bahkan ke flat untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Meskipun Natsuki akan marah-marah pada Vanessa, tapi dia selalu mengatakan "Ya, aku sudah bertunangan setidaknya untuk sementara ini!" kepada semua perempuan yang bertanya.
Beberapa perempuan kemudian pergi menjauh, tapi tidak sedikit juga yang bertahan untuk tetap berada di sisi Natsuki dengan alasan tunangan bukanlah pernikahan, Natsuki Tokeino masih memiliki kemungkinan untuk membatalkan pertunanganya.
Vanessa mengerang, seandainya hal itu terjadi ia akan sangat bersyukur karena akan terhindar dari laki-laki itu selamanya.
Setelah dua hari, telpon-telpon itu berhenti. Vanessa merasa bisa lebih tenang dan bisa mengerjakan tugasnya secara maksimal dan ia optimis semuanya akan beres sore ini juga, setelah semuanya selesai, Vanessa akan menemui Tuan Tatou, laki-laki Paris yang tidak lain adalah Bosnya untuk minta izin beberapa hari. Ia harap ia tidak akan menghabiskan seminggu penuh di Tokyo.
"Kau tidak lapar?" Kent yang sejak tadi duduk di hadapanya sambil memainkan game ponsel.
Belakangan ini laki-laki ini selalu berkunjung ke ruangan Vanessa bila dia sedang tidak ada pekerjaan."Jam makan siang sudah lama lewat!"
"Aku akan makan setelah semuanya selesai!"
"Ada yang perlu dibantu?"
Vanessa menggeleng.
"Tidak perlu. Sedikit lagi selesai!""Kenapa kau kerjakan semua pekerjaan itu sekarang? Seharusnya kau bisa lebih santai kalau melihat tanggal deadline kasus!"
"Aku harus bertemu dengan calon mertuaku di Tokyo!"
Kent berhenti memainkan ponselnya dan termenung sesaat. Natsuki sudah cukup lama tidak menghubunginya semenjak minggu lalu saat ia mengatakan kalau Ibunya meminta Natsuki membawa calon istrinya pulang. Dan semenjak itu Natsuki sepertinya sibuk menyelesaikan semua pekerjaanya untuk rencana yang sama. Calon Mertua? Vanessa serius? Baru saja ia ingin menanyakanya langsung, Kent sudah tidak sanggup bersuara. Terlebih saat mendengar dering yang di kenalnya dan Vanessa mengeluarkan sumber bunyi itu dari dalam tasnya, ponsel Natsuki. Ia terperangah, mereka berdua bahkan sampai bertukar ponsel?
"Ada apa?" Vanessa agak membentak. Hari ini ia sedang tidak ingin mendengar suara Natsuki.
"Aku jemput sekarang!" Hanya itu. Natsuki segera menutup telponnya. Dengan kesal Vanessa meletakkan ponsel itu kembali keatas meja. Lalu kembali mengerjakan pekerjaanya.
Dalam waktu singkat semua pekerjaanya sudah selesai dan ia menghela nafas lega sambil bersandar di kursinya.
Kedua alisnya bertaut saat memandang Kent yang masih menatapnya bingung."Ada apa?" Tanya Vanessa heran.
"Kau serius mau pergi ke Jepang?"
"Aku terpaksa melakukanya!"
"Terpaksa?""Sepupumu suka bertindak seenaknya, aku sudah berusaha menolak dengan berbagai cara dan dia juga memaksa dengan berbagai cara."
"Hubungan kalian sekarang seperti apa?" Kent menyadari kalau ekspresinya mungkin terlalu serius, ia berusaha memperbaikinya dan berusaha terlihat biasa.
"Aku sudah berusaha untuk melupakanya tapi hal ini menggangguku terus. Malam itu saat aku melihatmu di flat Natsuki, kalian sedang apa? Dia bilang kau mengusir kekasihnya dan dia memberi pelajaran padamu!"
"Kalau dia mengatakan itu sebagai pelajaran, demi Tuhan itu sangat keterlaluan!"
"Dia melakukan apa?"
"Dia..." Vanessa segera menutup mulutnya. Apa mungkin ia bisa menceritakan kepada Kent kalau malam itu Natsuki memaksanya melakukan sesuatu? Tidak, Natsuki tidak bisa di salahkan seratus persen karena Vanessa tidak bisa memungkiri kalau ia juga sangat menikmatinya.
"Dia menggigit jariku!" Vanessa menyentuh tanganya dan dia baru menyadari kalau cincin pertunangan itu masih di kenakanya. Vanessa belum melepaskanya lagi semenjak malam itu.
"Kenapa? Maksudku hukuman yang aneh, Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan? Tidak sedang berbohongkan?"
Vanessa menggeleng. Ia memang tidak menceritakan semuanya, tapi malam itu Natsuki benar-benar menggigit jarinya bahkan rasa nyilu masih terasa sampai sekarang.
"Aku tidak berbohong. Dia memang melakukanya karena aku menggunakan cincin pertunangan untuk kepentinganku sendiri.
" Vanessa memperlihatkan jarinya yang memakai cincin kepada Kent.
Dan Kent menyentuhnya.
Cincin tunangan? Selama ini, Kent mengira kalau itu hanya cincin biasa, Natsuki juga tidak pernah mengatakan apa-apa tentang hal ini. Tiba-tiba saja Kent merasa kalau ia sudah banyak melewatkan cerita tentang Natsuki dan Venus-nya. Ia merasa kecewa."Dilarang menyentuh milikku, Aku tidak suka berbagi hal-hal yang menjadi milikku!" Natsuki merampas tangan Vanessa dari Kent, lalu memandang Vanessa sambil menyunggingkan sebuah senyum menggoda. Ia senang saat melihat Vanessa melengos, Natsuki sudah berhasil meniru kata-kata yang selalu di ucapkanya.
"Kau sudah siap- siap? Kita kerumah Ibumu sekarang aku sudah menyiapkan pakaianmu juga, mungkin kita akan menginap semalam!"
Vanessa menarik tanganya dan berkemas-kemas.
"Aku harus menemui Bos dulu! Kau tunggu di mobil saja!" Vanessa kemudian memeluk Mapnya erat-erat. Lalu tersenyum kepada Kent sebagai tanda perpisahan.
