Good Bye Days
Vanessa bersandar di dinding yang berada di antar pintu flatnya dan flat Natsuki.
Tangannya menenteng sebuah tas kertas ukuran kecil berwarna biru langit. Ia sedang menunggu Natsuki pulang dan seharusnya sekarang laki-laki itu sudah berada di flatnya bila besok pagi dirinya benar-benar akan pergi.
Suara langkah demi langkah menaiki anak tangga membuat jantung Vanessa berdetak dalam ritme yang sangat cepat.
Ia tau itu adalah Natsuki, Vanessa bisa melihat kepalanya dan perlahan-lahan semakin menjelas, wajah, leher, dada, pinggang, dan Kaki, Natsuki Tokeino sudah berada di hadapannya sekarang.Wajahnya yang semula terlihat lesu menjadi bersemangat saat melihat Vanessa berada di hadapannya.
"Kau sedang apa disini?" Tanya Natsuki antusias.
"Besok jadi berangkat?"
"Kau mau ikut? Apakah kau berubah fikiran?" Vanessa menggeleng.Dia telihat manis dengan gaun tidurnya, dan dia memakainya untuk Natsuki karena Natsuki tidak akan pernah melihatnya seperti ini lagi.
Begitu Natsuki pulang setelah tahun baru, maka waktu mereka bertemu hanya tersisa beberapa minggu.
Setelah trimester pertama kehamilannya berlalu, ia akan ikut keluarga dokter Mark ke Dalas, setidaknya sampai bayinya lahir.
Semuanya sudah di fikirkannya masak-masak. Dan disisa-sisa pertemuan mereka, Vanessa akan sangat Sibuk meskipun hanya untuk menggunakan gaun tidur.
Vanessa memang tidak mungkin menggunakannya lagi karena perutnya akan membesar. gadis itu menyentuh perutnya, untuk sekarang penampilannya belum banyak berubah tapi dia tidak akan menjamin ini akan terus bertahan sampai tahun baru.
"Aku minta maaf, tidak bisa memberi jawaban yang positif! Aku mau menitipkan ini untuk Ayah dan Ibumu" Vanessa memberikan tas kertas yang berada di genggamannya kepada Natsuki.
Natsuki meraihnya dan melihat isinya. "Biskuit. Kau buat sendiri?"
Vanessa mengangguk.
"Sore ini aku berusaha membuatnya. Sampaikan salamku kepada mereka, katakan kepada orang tuamu aku sudah menganggap mereka sebagai orang tuaku sendiri. Aku juga minta maaf tidak bisa mengunjungi mereka lagi!""Tidak, Jangan begitu. Mereka pasti bisa mengerti. Lalu apakah kau
membuatkannya juga untukku?""Tentu saja, juga ada disana!" Vanessa tersenyum.
"Aku masuk dulu!"
"Kau tidak ingin mengobrol lebih lama? Masuklah ke flatku!" Vanessa menggeleng sambil mengucapkan maaf.
Sejurus kemudian dia berbalik dan meninggalkan Natsuki seorang diri.Natsuki nyaris saja terjatuh lemas. Kenapa interaksi mereka menjadi sekaku ini? Vanessa tadi sangat cantik, dan alangkah indahnya bila dengan kecantikanya Vanessa bisa menemaninya semalaman ini, bila Vanessa bisa ikut dengannya ke Tokyo.
Natsuki membuka pintu dan masuk ke flatnya dengan perasaan kecewa.
Sedangkan Vanessa, perlahan-lahan ia membuka pintu lagi dan memastikan bahwa Natsuki benar-benar masuk ke flatnya. Setelah memastikannya, ia kembali masuk kedalam flatnya dan bersandar di balik pintu sambil memegangi perutnya.Dia sangat merindukan Natsuki dan itu nyaris saja tidak bisa di bendung. Perasaan yang bisa saja semakin kuat karena Natsuki akan benar-benar jauh dari pandangan matanya selama dua minggu atau lebih. Seandainya bisa, ia sangat ingin berada didalam flat Natsuki dan memeluknya, meciumnya...
"Mau sampai kapan kau disana?" Sarah berteriak dari ruang tengah sambil memandangnya. Gadis itu meletakkan segelas susu di atas meja.
Vanessa berjalan perlahan mendekati Sarah yang kembali sibuk dengan televisi. Untuk seorang dokter, Sarah terlalu santai dan dia selalu menghabiskan waktu senggangnya untuk menghibur diri, sangat berbanding terbalik dengan Vanessa yang selalu membawa pekerjaan kerumah.