11:11 (Make a Wish) - Hunfany

3.3K 154 21
                                    

Orang-orang mengatakan, jika membuat permintaan pada 11:11
Tuhan akan mengabulkannya!




"Kau tau tidak, jika membuat permintaan tepat pada pukul sebelas lewat sebelas, Tuhan akan mengabulkan permintaanmu!"


Konyol. Satu kata yang selalu kutanamkan dalam hatiku ketika pria di sampingku mengatakan takhayul itu. Bagaimana bisa Tuhan mengabulkan permintaan hambanya seperti itu saja? Lalu usaha kerja keras dan doa yang selama ini ia lakukan tak berhasil, begitu?


Aku menatap malas pria di sampingku. Dari semenit yang lalu ia belum menurunkan tangannya dari depan dadanya. Matanya pun masih terpejam seolah tengah berkomunikasi dengan Tuhan.


"Kau tak ingin mencobanya Tiff?" Oh Sehun, pria aneh seantero sekolah. Pria pendiam pecinta bubble tea yang hanya mau berbicara padaku. Ku akui, ia memang tampan-itu memang faktanya-tapi wajahnya itu berbanding terbalik dengan kepercayaannya. Pria yang sangat digilai wanita di kelasku itu sangat mempercayai takhayul konyol yang sering ia dengar semasa kecilnya.


"Jika itu benar, mungkin aku sudah menjadi Presiden Korea saat ini Hun!" aku menulis catatan di papan tulis, sementara ia menatapku kesal.


"Coba saja dulu!"



---



Keesokan harinya tetap sama. Oh Sehun membuat permintaan tepat pukul sebelas lewat sebelas. Aku menggelengkan kepala, kapan pria itu dewasa? Bahkan di tahun ketiganya di SMA kali ini ia tetap seperti bocah TK!


"Kau tak ingin mencobanya? Aku mendapat jam tangan ini lho kemarin!" ia menunjukkan apple watchnya padaku. Ohh ayolah Oh Sehun! Aku tau itu hanya imitasi!


"Kau mengharapkan jam itu kemarin?" aku berusaha menanggapinya meskipun aku tak mau. Biar bagaimanapun, hanya pria ini yang mau berbicara padaku di sekolah.


"Tidak! Ini harapanku seminggu yang lalu. Keren kan?" aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum mengejek.



---



Lagi-lagi seperti ini. Sehun melipat kedua tangannya di depan dada tepat ketika pelajaran geografi berakhir. Pria itu selalu menoleh kearah jamnya dan tak melewatkan barang sedetik pun untuk memulai permintaannya.


"Make a wish lagi?" pria itu hanya mengangguk bodoh. Diambilnya sebuah kotak berwarna merah dari laci mejanya.


"Kemarin aku berharap Ibu membuatkan cookies ini. Dan tadi pagi ia benar-benar membuatnya! Hebat kan?" aku menatapnya malas. Ibunya adalah pemilik toko roti, dan cookies yang ia bawa memang dijual di tokonya.


"Kau mau?" aku hanya menggeleng. Sejujurnya, aku tak terlalu suka makanan manis.


Exofany Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang