"Aku berkencan dengan Jeon Jungkook!"
Kyungsoo terdiam. Satu kalimat dari Tiffany itu memberi sejuta efek baginya. Tubuhnya lemas, napasnya tak beraturan, dan yang terpenting adalah ulu hatinya yang entah mengapa terasa sangat sakit mendengarnya.
Ini memalukan baginya, sebagai seorang pria yang memiliki harga diri tinggi seharusnya Kyungsoo mengatakan dengan tegas perasaannya sejak dulu. Atau kalau ingin lebih mudah, menjauhi adalah cara yang ampuh 'kan?
Kyungsoo tersenyum tipis menanggapi Tiffany. Setelah ini, mungkin hubungan persahabatan diantara mereka akan merenggang dan terasa berbeda.
"Bagaimana menurutmu?"
"Apa?" Kyungsoo linglung. Ia bahkan tak mengerti apa yang Tiffany bicarakan setelah kalimat yang menohoknya barusan.
"Tentang aku yang berkencan dengan Jungkook! Kau tak mendengarku ya?" Kyungsoo tersenyum miris. Pertanyaan Tiffany ini begitu sulit untuk ia jawab.
"Bagaimana apanya? Kalau kau suka yaa tinggal jalani saja Tiff! Memang harus bagaimana lagi?"
Gadis itu tersenyum mendengar tanggapan Kyungsoo. Setidaknya, teman semenjak sekolah dasarnya itu melontarkan pendapat yang ingin ia dengar. Ia senang karena Kyungsoo tak mengatakan hal-hal buruk tentang Jungkook. Karena bagaimanapun, Tiffany mengencani adik kelasnya kali ini. Dan biasanya, Kyungsoo akan menanggapi sinis jika seperti itu.
"Kau benar, seharusnya aku tinggal menjalaninya saja!"
...
Kyungsoo menata kamus bahasa Koreanya dan meletakkannya pada loker. Hari ini ia sangat malas untuk masuk kelas lagi, semenjak pelajaran jam pertama, Tiffany terus-menerus mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Kyungsoo tak tau ingin menjawab apa, karena ia tak dalam posisi berkencan, jadi ia tidak akan mengerti jika diajukan pertanyaan semacam 'apa yang pria suka ketika berkencan?' atau sesuatu seperti 'apa yang sebaiknya dikenakan pada kencan pertama?'
Demi Tuhan! Kyungsoo tak tau lagi. Pertanyaan seperti itu harusnya diajukan pada sesama wanita, atau jika ingin mendapat saran yang lebih, tanyakan saja pada seseorang yang sama-sama memiliki kekasih. Apa Tiffany tak peka terhadapa hal seperti itu?
Kyungsoo menutup lokernya keras, tubuhnya dengan cepat beranjak dari sana. Suasana hatinya benar-benar buruk, dan kantin menjadi tujuan yang pas baginya. Mood yang buruk membuatnya gampang lapar.
Kyungsoo menghela napas berat sesampainya di kantin. Bukan karena suasana yang begitu ramai, tapi karena lambaian tangan seorang Tiffany Hwang di pojok sana. Tak masalah sebenarnya bagi Kyungsoo, tapi jika ada Jungkook disana, itu akan masalah baginya. Dan entah kenapa, nafsu makan yang sedari tadi menguasai, meluap entah kemana.
"Kau mau pesan apa?" baru saja Kyungsoo merasakan kursi kantin, Tiffany sudah melayangkan pertanyaan.
"Samakan saja denganmu!" Kyungsoo menjawab malas. Di depannya, Jungkook menatap penuh arti pada pria yang menjadi sahabat kekasihnya tersebut.
"Ck! Selalu saja begitu! Kalau kau Kook? Mau pesan apa?" Kyungsoo hampir muntah mendengarnya. Intonasi Tiffany melembut ketika bertanya pada Jungkook.
"Samakan juga denganmu!" Jungkook masih menatap Kyungsoo dalam, dan pria itu risih dengannya.
"Kalian itu kenapa sih? Ya sudah, jangan protes dengan apa yang kupesan!"
![](https://img.wattpad.com/cover/69865426-288-k36893.jpg)