Library

745 63 24
                                    

Aku mengetuk jari-jariku di atas meja. Mataku tertuju pada novel karya Agatha Christie ini. Sesekali dahiku mengerut menahan kekesalan. Bukan, bukan karena novel yang kubaca tak sesuai ekspektasiku, melainkan karena pria di ujung sana yang duduk di meja dekat rak buku bagian literatur terus memandangiku.


Hei! Kalian pasti risih kan ketika tengah serius membaca dan diam-diam ada yang memperhatikan dirimu dari jauh? Bukan bermaksud menjadi terlalu percaya diri, tapi jika dilihat situasi perpustakaan kota yang hanya terisi 4 orang-termasuk diriku-dan hanya aku dan pria itu yang berada di lorong pertama ini, pasti kalian akan berpikiran hal yang sama denganku.


Apalagi, akhir-akhir ini media massa sering memberitakan kasus pemerkosaan hingga pembunuhan. Aku mungkin terlihat berlebihan dengan itu, tapi sebagai manusia yang memiliki insting untuk melindungi diri, tidak salah kan aku berpikir seperti itu agar selalu waspada?


Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 9. Aku menghela napas, masih ada 30 menit lagi dan jam kerjaku akan segera berakhir.


Kulirik lagi pria yang di ujung sana. Wajahnya begitu familiar bagiku. Ia seperti pria yang datang bersama Jongin minggu lalu. Kugali lagi ingatanku, Jongin pernah mengenalkannya saat mencari buku antropologi. Aku menjentikkan jari berulang kali, Jo ... Jo ... Jongdae bukan sih namanya?


Seorang wanita keluar dari lorong sebelah kiri. Dengan segera ia keluar tanpa menoleh kearahku. Bagus! Sekarang hanya tersisa 3 orang di sini!


Aku menutup novel dan beralih menatap jendela kaca. Sudah dua jam semenjak hujan pertama turun tadi, dan sekarang semakin deras saja.



SREETT



Aku mengalihkan pandangan menuju sumber suara. Disana, pria yang kuingat bernama Jongdae itu menjatuhkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya.


Seorang pria tiba-tiba keluar dari perpustakaan kota tempat kerjaku ini. Hari semakin malam dan aku semakin gugup disini. Sialan! Aku terjebak bersama bocah yang kuperkirakan masih SMA itu.


Ia bahkan masih menatapku ketika terang-terangan aku memandangnya tak nyaman.


09:17 PM dari jam digital yang terpasang di atas pintu masuk menarik atensiku. Dan aku menggerutu setelahnya, kenapa waktu tak berjalan lebih cepat saja?


Buku yang menemaniku sedari tadi kumasukkan kedalam tas. Ponsel dan dompet juga tak luput dari perhatian. 7 menit lagi jam kerjaku berakhir. Kulirik lorong tempat Jongdae duduk sedari tadi dan tak menemukan siapa-siapa disana. Sialan! Kemana anak itu? Membuatku merinding saja!


Tap


Tap


Tap


Langkah kaki itu kian mendekat. Suaranya makin jelas ketika kutajamkan pendengaran. Apakah itu hantu? Hantu itu tak ada kan?!


Hingga aroma mint memenuhi indra penciumanku, suara hembusan napas pria juga mendominasi ruangan kali ini. Kudongakkan kepala dan menemukan ia disana. Dengan seragam sekolah yang terbalut jaket merah tua yang setengah terbuka, tas punggung hitam yang hanya tersampir di lengan kirinya, dan jangan lupakan tatapan tajam yang masih setia memandangku!


"A-ada yang bisa ku-bantu?" kalimat itu akhirnya keluar setelah kutelan ludah beberapa kali. Ia lalu membungkukkan kepalanya mendekat kearahku. Hingga suara beratnya yang mampu membuat merinding menyapu telingaku.


"Nona..."


Apa? Ia ingin mengatakan apa?!


Kulirik name tag di seragamnya dan benar saja, anak ini bernama Jongdae!
Ia makin mendekat hingga aku memundurkan kepala. Jongdae kemudian menoleh keluar lalu menengok kearah kanan-kiri. Aku yang melihatnya ikut melakukan hal yang sama. Dan, oh god! Jalanan sangat sepi sekarang!


Kudongakkan kembali memandangnya. Seulas senyum tipis tersungging dibibir Jongdae.


"Nona...





"Boleh pinjam payungmu tidak? Kau punya dua kan?"




Aku hampir menganga mendengarnya. Jadi dia bertingkah sok misterius hanya untuk meminjam payung? Sialan!


FIN



Iya tau ini receh, tapi karena ini satu-satunya buku yg bisa aku lanjutin /soalnya Path udah aku unpublish 😪/ jadii yah bikin cerita ecek-ecek deh, untung belum ditamatin ni buku 😌


Niatnya malah bikin fanfic baru 😌 tapi yahh gimana yaa, maklum sih kan diriku itu auto writer dimana susah bikin fanfic serius, yang bener2 terencana (?) dan dengan cerita yang lebih dari 1k words 😌 itu susah buatku T.T

Sekalinya dapet cerita serius, plotnya receh dan pasaran /cerita gw pasaran juga sih -,-/ dan yah, selalu stuck di tengah2 😭 mana akhir2 ini lebih sering pake prompt 😌 /keliatan gaada ide banget gw/ jadi yah tolong maklumi, apalagi yang minta ceritanya lebih panjang, pliss maklumi saya 🙏

Yaudah si, curhatan ga berbobot n gapenting dari gw gausah dibaca 😂🔫 unek2 gw doang sih ini 😌

Bye 👋👋

Exofany Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang