Part 3 (Kenakalan Remaja)

15.5K 865 18
                                    

No edited!

Lagi-lagi pulpen itu berhenti berputar tepat didepan Dela, ia memutar bola matanya malas sementara Dila, Fellyn, Arin, dan Alika memikirkan tantangan untungnya.

Mereka berempat berdiskusi membelakangi Dela yang sedang melipat tangannya di dada. Setelah berunding selama 3 menit akhirnya mereka berbalik kembali dengan Airin memegang sebuah benda.

"Buat apaan nih?" tanya Dela curiga, pasti dia akan disuruh melakukan hal-hal aneh oleh sahabat dan saudaranya itu.

"Olesin di kursi guru, bentar lagi Bu Beti masuk." ucap Fellyn santai diiringi senyum setan yang lainnya.

Dela mendengus kesal, dia tidak masalah disuruh melakukan apapun. Mungkin jika disuruh melompat dari lantai 3 sekolah ini pun dia dengan senang hati melakukannya. Dela seorang gadis pemberani dan suka tantangan berkebalikan dengan Dila, walaupun mereka berdua terkenal sebagai anak badung tapi sifatnya sangat berbeda.

Tapi masalahnya disini adalah sebentar dia akan berhadapan dengan Bu Beti, guru terkiller di Harapan dan Dela tidak ingin mendapatkan memar dipinggangnya akibat cubitan dari Bu Beti. Intinya, Dela sangat membenci Bu Beti!

Dela memperhatikan lem ditangannya, menimbang-nimbang apa yang akan dia lakukan.

"Lama banget sih Del, bentar lagi masuk." celetuk Alika tak sabaran.

Akhirnya Dela berdiri dari kursinya dan berjalan menuju meja guru, dia melirik ke atas dinding, melihat jam yang menunjukkan pukul 06.45 yang artinya 15 menit lagi dia akan masuk.

Dela dengan cepat mengoleskan lem tersebut ke kursi yang akan ditempati Bu Beti setelah rata ia tersenyum puas lalu berbalik menuju kursinya tapi ketika ia berbalik dia malah berhadapan dengan orang yang dari kemarin membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Dylan..

Lelaki itu menatap Dela dengan tatapan mengintimidasi membuat Dela menelan salivanya. Entah kenapa tiba-tiba dia gugup. Dela meremas kuat botol lem yang digenggamnya.

"Abis ngapain lo?" tanya Dylan masih menatap Dela tajam.

"Minggir gue mau lewat." ucap Dela tak mengindahkan pertanyaan dari Dylan. Dia ingin berada sejauh mungkin dari cowok ini.

Cowok ini membawa dampak buruk bagi jantungnya..

"Gue tanya lo abis ngapain disini?" ucapnya lagi dengan tegas.

"Dyl temenin gue ambil absen dong." ucap seseorang dibelakang Dylan membuatnya membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan Dila yang tersenyum manis kepadanya. Sesaat Dylan lupa akan kekesalannya terhadap Dela,

Dila sungguh mampu untuk melelehkan gunung es yang dibangun Dylan.

Dylan mengangguk lalu jalan mendahului Dila, Dila langsung mengkode Dela agar kembali ketempat duduknya. Dela mengucapkan makasih kepada kakaknya itu tanpa suara kemudian Dila menyusul Dylan yang sudah berjalan jauh didepan.

"Dylan jalannya jangan cepet-cepet apa." Dila berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Dylan yang lebar.

Dylan berhenti mendadak membuat Dila yang berada dibelakangnya menabrak punggung Dylan yang lebar, "Sakit ih." Dila mengusap dahinya.

"Ikut aku." Dylan menarik tangan Dila menuju tempat 'biasa' mereka menghabiskan waktu berdua.

"Bentar lagi masuk Dylan!" protes Dila tapi Dylan tetap menariknya.

.

"Ngapain kesini sih? Biasanya juga jam istirahat." gerutu Dila sambil sesekali melihat jam tangannya. Sebentar lagi bel masuk!

Duo TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang