Part 10 (Truth or Dare)

11.4K 704 14
                                    

No edited!

"Halo.. sahabat lama." ucapnya dengan nada mengejek.

Dylan menggertakkan giginya, tangannya terkepal kuat hingga telapak tangannya terasa sakit karena kuku jarinya menusuknya.

"Ngapain lo balik lagi?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Dylan, entah kenapa sejak kedatangan 'sahabat lama' nya ini hidupnya mulai tidak tenang. Bayangan tentang masa lalunya kembali hadir padahal ia sudah menguburnya dalam-dalam.

"Untung ngehancurin lo. Apalagi?" jawabnya enteng, seakan kedatangan-nya itu tidak menjadi masalah.

"Lo!!" Tangan Dylan yang tadi terkepal kini sudah berada di kerah bajunya, siap memberikan bogeman mentah kapan saja dia mau. Tapi, lawannya hanya tersenyum miring.

"Lo ngga akan pernah bisa mukul gue." dan tinju Dylan mendarat dengan mulus dirahangnya, membuat sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.

"Gue bukan pengecut kaya lo jadi jangan bilang kalo gue ngga bakal berani buat nonjok muka lo itu!!"

Dylan kembali meraih kerah baju lawannya namun dengan segera ditepis dengan kasar.

"Lo selalu ngerebut apa yang jadi milik gue Dyl, dan sekarang gue yang akan ngerebut milik lo!" ucapnya dengan penekanan di kata terakhir.

Dylan diam, lawannya kembali bersuara.

"Seandainya lo ngga dateng dihidup gue."

Hening.

"Seandainya lo ngga ngerebut perhatian Dania dari gue."

Hening.

"Seandainya lo ngga nyuruh Dania nyamperin gue sampe dia yang kena lemparan batu itu dan ninggalin gue selama-lamanya."

Masih hening.

"Dan seandainya perempuan jalang itu ngga ngerebut bokap gue dari nyokap, gu--" cukup sudah! Kesabaran Dylan habis.

Dengan gerakan tanpa diduga sebelumnya Dylan kembali melayangkan tinjunya diwajah orang itu, membuat kacamata terlempar dan dia jatuh tersungkur.

Dylan kembali menarik kerah bajunya melayangkan tinjunya lagi, "Itu karena gue ngga pernah ngerebut perhatian Dania dari lo Van!"

Dylan kembali memukulnya, "Nyokap gue bukan jalang!"

Dylan memukulnya sekali lagi, dan..

Krek!

Suara sesuatu yang patah yang Dylan yakini itu adalah bagian dari wajah 'sahabat lamanya' ini.

"Dan itu karena lo udah berani ngedeketin Dila!"

"Kalo lo ngga berhenti sampe disini buat gangguin hubungan gue dengan Dila, gue pastiin tujuan akhir lo cuman ada dua. Masuk dalam rumah sakit atau masuk dalam tanah!"

Setelah itu Dylan meninggalkannya yang sudah terduduk lemas tak berdaya di bangku Tribun penonton.

*****

Dila menggigit jarinya, kebiasaan ketika ia sedang gugup.

Bagaimana tidak?

Sekarang Dela, Airin, Fellyn, dan Alika menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.

"Dil, kok lo bisa di sini sih?" Dela mulai bersuara.

"Eng-- itu gue ..." ucapnya terbata.

"Gue ketemu di Cafe tadi waktu bareng Azka jadi sekalian gue ajak ngumpul." Alika menjawab, Dila langsung menghembuskan nafasnya.

Duo TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang