Part 15 (Memberi kesempatan)

11.1K 659 28
                                    

No edited!


"Kehilangan adalah satu kata yang paling aku takuti saat aku bersamamu"

-

Setelah percakapannya malam itu, Dila sama sekali tidak berbicara pada Dylan, setiap mata mereka tak sengaja saling bertemu Dila langsung memutuskannya dan ketika mereka berpapasan Dila langsung membalikkan badannya, mencari jalan pintas asal tidak bertemu dengannya.

Dylan yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa pasrah, ia juga tidak bisa terlalu mengumbar kedekatannya pada Dila karna takut yang lain akan curiga, tapi yang ia tak habis pikir adalah Dela. Saudara kembar Dila itu makin sering mendekatinya, berusaha mengajak Dylan mengobrol padahal Dylan selalu mengabaikannya.

Apa Dylan harus berkata jujur agar Dela tidak mengganggunya lagi? Tapi Dylan juga tidak ingin menyakiti Dela.

Lama berdebat dengan otak dan hatinya Dylan tidak sadar bahwa Devan sudah ikut duduk disampingnya, hari ini mereka semua akan kembali ke Jakarta. Dan selama itu pula Dylan belum berbicara dengan Dila.

"Kalo lo masih terus melamun, lo bisa ditinggal." ucapnya yang berhasil membuat Dylan kembali ke bumi.

Dylan langsung menoleh dan melihat Devan tersenyum tapi pandangan cowok itu lurus kedepan.

"Gue cuma mau ngomong sesuatu." ucapnya tapi masih menatap ke depan, Dylan pun menunggu dengan sabar.

"Perhatikan di depanmu, perkirakan di belakangmu. Pikirkan baik-baik sebelum bertindak." Setelah itu Devan meninggalkan Dylan dengan sejuta tanda tanya di kepalanya.


•°°•

Dila merebahkan tubuhnya ke kasur, sudah 3 malam ia tidak merasakan empuknya kasur dan bantal kesayangannya. Ia memejamkan matanya teringat lagi akan perkataan Alika.

"Apa lo ngga tau kalo selama ini Dela suka sama Dylan?"

Dan memang Dila sama sekali tidak dan tidak juga ingin mengetahui hal itu, dia tidak ingin ikut campur urusan Dela dan dia tidak ingin Dela mencampuri urusannya. Mereka memang saudara kembar namun mereka pun punya batas privasi.

"Dil, gue boleh masuk ngga?" Suara Dela dari luar membuyarkan lamunannya, Dila mengelap pipinya yang basah, entah sejak kapan ia mengeluarkan air mata.

"Masuk aja.." Dela pun masuk dan langsung duduk berhadapan dengan Dila.

"Kenapa?"

"Gue mau nanya sesuatu." Dela menyelipkan helaian rambut kebelakang telinganya.

Dila berdehem pelan, "Ya tanya aja, lo kaya orang lain aja deh." ucapnya sambil terkekeh.

"Lo ngga ada hubungan apapun kan sama Dylan?" tanya Dela pelan namun berhasil membuat tubuh Dila menegang.

"Y-ya enggaklah! Lo tau kan kita terutama gue paling sering buat onar disekolah. Mau ada hubungan apa?" Dila tertawa -agak sedikit memaksakan tawanya- dia belum benar-benar bisa jujur soal hubungannya dengan Dylan sama siapapun.

"Jadi gue bisa kan deketin dia?" Cicit Dela yang sekali lagi membuat tubuh Dila menegang.

"Lo bener-bener mau deketin dia? Cuma karna tiket ke Eropa, Del?"

"Ngga!" sanggah Dela cepat, "Gue bukan mau deketin dia karna tiket itu Dil. Tapi karna gue mau! Mau sama Dylan."

"Gue suka sama dia Dil, dia cowok pertama yang ngga pernah ngeliat gue dan itu buat gue penasaran sama dia." tambahnya lagi dengan wajah berseri dan itu makin membuat hati Dila perih.

Duo TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang