No edited!
Sudah dua hari Dila dirawat di rumah sakit dan Dylan tidak pernah meninggalkannya, Dylan selalu berada disamping gadis itu, menggenggam tangan sesekali mengecup nya.
Dela yang melihat itu tersenyum kecut, bagaimana pun dia berusaha untuk membuat Dylan melihatnya itu akan sia-sia, karena sampai kapan pun, Dylan tidak pernah dan tidak akan pernah melihatnya.
Menutup pintu Dela berjalan menuju kantin rumah sakit, semenjak Dila dirawat dan sampai sekarang belum sadar Dela dan Dylan tidak pernah meninggalkan rumah sakit namun terkadang mereka pulang untuk mengambil baju lalu kembali lagi ke sini.
Ponsel Dela bergetar, gadis itu membaca Line yang masuk.
Dylan Giordani: Gue mau balik bentar, lo tolong kesini.
Dela hanya membaca pesan itu lalu bergegas menuju kamar Dila.
"Gue cuman bentar, anak-anak mau rapat tentang pensi setelah kita UTS." begitu ucapan Dylan ketika Dela membuka pintu.
Dela hanya mengangguk lalu duduk di kursi dekat tempat tidur Dila.
"Kabarin gue kalau ada apa-apa." Dela mengangguk lagi.
Sebelum Dylan benar-benar meninggalkan ruangan Dila, Dela memanggilnya.
"Apa?" Dylan menaikkan alisnya.
"Gue mau minta maaf." ucap Dela sambil menunduk.
"Seharusnya lo bilang gitu sama Dila, bukan gue." lalu Dylan benar-benar meninggalkan ruangan itu.
<<<<
"Wah wah.. dari mana aja lo hah, dua hari absen." Dylan mendengus kesal saat Azka merangkulnya ketika dia berjalan menuju ruang osis, sekarang sudah jam pulang jadi sekolah lumayan sepi, yang tersisa hanya anak osis atau siswa yang mempunyai kegiatan lain.
"Gue dirumah sakit nemenin Dila."
"APA?!" Azka setengah berteriak membuat Dylan menatapnya tajam.
"Terus keadaannya gimana?" tanya Azka tanpa memperdulikan Dylan.
"Belum sadar." ucap Dylan pelan.
"HAH?? KOK BISA SIH?"
"Ngga usah teriak bisa?" Dylan melenggang masuk ketika mereka sampai didepan pintu RO.
Azka memutar matanya lalu ikut masuk. Sesampainya mereka didalam, Dylan memperhatikan semua wajah-wajah anggotanya, dan mengernyit ketika melihat satu orang yang paling tidak ingin dilihatnya saat ini.
"Kenapa lo ada disini?" ucap Dylan dingin sambil menatapnya tajam.
Devan tersenyum, senyum bersahabat yang dulu dia berikan pada Dylan namun itu tidak berpengaruh apapun.
Azka yang menyadari situasi tidak enak ini berdiri di samping Dylan.
"Kita kekurangan anggota buat jadi panitia, sebenarnya gue mau masukin Dila tapi lo bilang dia sa--" Dylan menatapnya tajam, "Dia berhalangan dan Devan mau masuk jadi gue yang masukin dia jadi panitia." jelas Azka.
Dylan menghembuskan napas kasar lalu duduk di kursinya untuk memulai rapat.
*****
"Dil.. bangun dong, gue minta maaf." Dela memegang tangan Dila yang tidak di infus.
"Gue akan ngelupain Dylan, Dil. Gue ngga mau lo kaya gini lagi, gue cuma punya lo sama Mama, Dil." Dela terisak sambil terus menggenggam tangan Dila.
"Kalau ngelupain dia ngebuat lo ngga ngelakuin hal gila kaya gini. Gue lakuin, Dil."
Dela menatap Dila yang tertidur dengan tenang, tak sengaja dia melirik kertas notes dibawah bantalnya. Dela mengambil kertas itu lalu membacanya.
Dela, My lovely twin.
You once ask me, which is more sick? ‘You in love with someone who doesn't love you’ or ‘you in love with someone who loves someone else.’
I think everything is painful, because there isn't the happiest thing when your love requited. I feel my love requited but not with you. I'm sad Dela, when I know you like the one who loves me. but what can we do? We're only a human, can not determine who will we love and can not determine who love us.
Maybe you think I'm childish to do this, but I'm not strong Dela, could I ever told me I'll stop and let Dylan with you but I can't, just like when you say you were going to move on, I always saw you seeing Dylan with a love.
I hope I will not live so that you can be with him together. But if I survive, I hope that one of us will forget the good feelings about the same person.
And please don't tell this to Mama until I managed to get donors to the eyes for her.
Dila.
Dela makin terisak setelah selesai membaca surat itu, ada tanda tangan dengan darah Dila disana. Dela tidak habis pikir dengan Dila, bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal itu demi Dila dan Dela sungguh merasa tidak tau betapa Dila menyayanginya dan ini balasan Dela padanya.
Gue benar-benar saudara yang ngga tau diri.
"Dil bangun, please.. gue sadar Dil gue emang ngga tau diri, gue akan ngelakuin apapun Dila tapi tolong bangun.. jangan ngebuat gue merasa bersalah Dil."
Dela menumpukan kepalanya diatas tempat tidur Dila tanpa melepas tangannya, menangis sejadi-jadinya dan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Dila yang selalu mengalah padanya saat mereka masih kecil, Dila yang selalu menjadi tamengnya ketika dia ingin dipukuli oleh ayahnya, dan Dela dengan bodohnya menyakiti Dila.
Tangan yang digenggamannya bergerak membuat Dela menghentikan isakannya, Dela memperhatikan Dila yang masih menutup matanya lalu beralih ke tangan yang digenggamnya.
Dela mendesah kecewa karna mungkin itu hanya perasaannya saja, tidak ada pergerakan lagi dari Dila namun kekecewaannya hanya sementara karena mata Dila perlahan terbuka.
Mengerjapkan mata, Dila berusaha fokus dan ketika pandangannya sudah jelas Dila bisa melihat kalau dia berada dirumah sakit dan Dela yang tersenyum bahagia sambil berurai air mata.
>>>>
A/n: Oke gue tau kalau part ini busuk banget but it's just can i write *rip english*
Maaf kalo feel-nya ngga dapet😢 i've been trying to.. sebenarnya gue mau post juga part 1 Gaga dan Lala tapi setelah baca ulang ternyata ada spoiler cerita ini jadi gue akan tulis setelah cerita ini tamat. (Jangan lupa mampir ke cerita itu oke!)
Dan w mau nanya. Bagaimana pendapat kalian setelah baca cerita ini dari awal sampai sini?
Mau tetep Dila sama Dylan atau Dela sama Dylan?
Jawab yah:*
Jangan lupa vote dan komen👙👙
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Troublemaker
Teen FictionSatu gadis Pengacau disekolahmu mungkin bisa kau atasi, tapi bagaimana jika ada dua? Kembar pula. Dila Rasyifa Nathania dan Dela Razheena Nathania. Gadis penguasa SMA Harapan. Apa yang akan dilakukan Dylan sang Ketua Osis untuk membuat kembar ini b...