No edited!
Dela melepaskan pegangannya pada Dylan lalu menunduk, wajahnya merah padam antara malu dan marah, rencananya untuk duduk bersama Dila gagal gara-gara seorang cowok yang memakai hoodie hingga wajahnya tak terlihat menabrak–entah sengaja atau tidak– Dela.
Ia berbalik kembali ketempat duduknya, tepat disamping Devan yang sedang duduk melipat tangan sambil memejamkan mata, bahkan Bis belum jalan tapi dia sudah tertidur? pikir Dela.
Dan tanpa Dela sadari Devan tersenyum dalam tidurnya.
-
Sedangkan Dila yang melihatnya hanya membuka mulut dan membelalakkan matanya, kaget atas apa yang terjadi 10 detik yang lalu, semuanya memang sangat cepat namun kejadian 'itu' tepat didepan matanya dan terus berputar di otaknya bagai kaset rusak.
Ia langsung terduduk karna tadi posisinya masih berdiri, kakinya seakan tak kuat menopang berat tubuhnya, ia sempat melihat Dela menunduk lalu pergi.
Jadi sekarang dia harus apa?
Percakapannya bersama Alika semalam kembali melintas di kepalanya.
'Gue bukannya mau ngerusak hubungan lo sama Dylan atau Dela, tapi anggep aja ini hukuman karna lo ngga ngasih tau kita.'
Dila mengerang frustasi, 'Tapi lo gila! Mana mungkin gue rebutan Dylan sama Dela. Itu gak mungkin!!'
'Apa yang ngga mungkin di dunia ini Dil?'
'Lo tau kalo gue ngga pernah rebutan apapun sama Dela, Lik! Lo kenal kita dari kecil dan gue selalu ngalah sama dia.'
'Nah!! Itu poinnya! Lo ngga pernah rebutan sama dia dan sekarang lo harus rebutan.'
'Maksud lo apa sih? Jangan bikin emosi deh.'
Alika terkekeh, 'Apa lo ngga sadar kalo dari dulu Dela udah suka sama Dylan? Dan disini gue nyuruh lo belajar, relain Dylan buat Dela atau pertahanin Dylan yang udah jadi milik lo.'
Dylan menggenggam tangan Dila sehingga gadis itu terlonjak kaget dan refleks menarik tangannya, lamunannya buyar seketika.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Dylan, dia tidak tau harus berbuat apa dan dia juga tidak tau siapa yang salah disini.
Dila hanya memandangnya sekilas lalu melirik bibir Dylan.
Sialan!
Ia langsung mengalihkan pandangannya ke jendela, sementara Dylan menghembuskan nafas.
Bis sudah jalan diiringi beberapa bis lainnya dibelakang, Dila masih mengalihkan pandangannya ke jendela, tidak ingin sedikit pun menatap Dylan.
Dylan kembali menggenggam tangan Dila hingga gadis itu menoleh sejenak lalu kembali mengalihkan pandangannya tapi tidak juga melepas genggaman tangan Dylan.
Perjalanan dari Jakarta menuju puncak Bogor membutuhkan waktu 5-6 jam, di dua jam pertama semua baik baik saja namun semakin lama Dila makin merasa kantuk menyerangnya akibat semalam dia hanya tidur dua jam, lehernya juga pegal karena posisi kepalanya tidak berubah.
Ia menyandarkan kepalanya ke kursi lalu mencoba untuk tidur, masih tidak ingin menatap Dylan disebelahnya.
Dila memejamkan mata, berharap ia dapat melupakan apa yang terjadi dua jam yang lalu antara Dela dan Dylan dan tak lama kemudian ia sudah masuk kedalam mimpi.
Bis terguncang mengakibatkan kepala Dila langsung jatuh ke bahu Dylan, ia melirik Dila yang masih tertidur pulas, disandarkan kepala gadis itu kebahunya membuat posisinya senyaman mungkin dengan gerakan pelan karna tidak ingin membangunkan Dila sambil mengelus kepalanya sayang.
Sementara Devan yang duduk dibelakang tak jauh dari mereka menatap itu dengan tatapan sinis.
*****
Dylan mengguncang tubuh Dila pelan, mereka sudah sampai dan semuanya sudah turun untuk menghirup udara segar kota Bogor.
"Dil.. bangun." Dylan menepuk pipinya, Dila mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangannya.
"Kita udah sampe yah?" Dila menegapkan badannya lalu merenggangkan otot-otonya yang kaku.
"Ayo turun." setelah berucap seperti itu Dylan turun meninggalkan Dila yang menggerutu dibelakangnya.
"DILA SINII!!" teriak Airin setelah Dila turun, Dila menggeleng melihat tingkah Airin yang seenaknya, memang tidak ada yang berani menegurnya tapi kan..
"Jangan toa' deh, gue gak budek." ucapnya setelah sampai di tempat sahabatnya berkumpul, Airin hanya cengengesan gak jelas.
"Ayo anak anak, kumpul dengan kelompok masing-masing." ucap Pak Asep lewat pengeras suara, semuanya pun langsung berbaris sesuai dengan kelompoknya.
Dila berjalan bersama Airin menuju kelompoknya, barisan kedua sudah berdiri Dylan lalu Devan lalu Dela, Airin menyuruhnya untuk berdiri dibelakang Dela namun Dila menggeleng, ia lebih memilih berbaris di bagian belakang.
"Enak ngga tadi bibir Dela?" bisik Devan yang hanya dapat didengar Dylan. Dylan hanya mengepalkan tangannya dan berusaha menahan godaan untuk tidak meninju Devan saat ini juga.
"Eh Del gila tadi keren banget!!" Airin bertepuk tangan heboh membuat Dela dan Dila mengerutkan kening bingung.
"Maksud lo apasih?" tanya Dela.
"Tadi lo sengaja kan cium Dylan? OMG gue ngga nyangka ternyata lo langsung ngegas."
"Gue ngga ngerti deh!" Dela memalingkan wajahnya yang terasa panas mengingat kejadian dimana ia dan Dylan berciuman, tapi bagaimana-pun ia harus memberi pelajaran kepada orang yang sudah mendorongnya. Ingatkan dia nanti.
"Inget, Eropa Del! Eropa!!" ucap Airin menggebu-gebu. Dela terdiam beberapa saat, dia sebenarnya bisa pergi ke Eropa tanpa harus mengikuti ToD ini tapi entah kenapa ada sesuatu dalam hatinya yang menyuruhnya untuk mengikuti permainan ini.
"Yah anak-anak silahkan dirikan dua tenda setiap kelompok, satu tenda untuk laki-laki dan satu untuk perempuan." ucap salah seorang guru menginterupsi percakapan mereka.
Semuanya akhirnya bubar, memilih tempat untuk mendirikan tenda masing-masing. Sementara Dila hanya bisa mematung mendengar percakapan barusan.
Dila berjalan gontai menuju arah kelompoknya yang sedang membangun tenda, tenda untuk cowok sudah berdiri namun tenda untuk cewek masih sangat berantakan, terlihat jelas bahwa Airin dan Dela sedang berdebat.
Dila makin mendekat namun sebelum sampai ia sudah melihat Dylan yang telah lebih dulu tiba untuk membantu Airin dan Dela. Mereka terlihat bercakap-cakap sebelum Dylan mengambil tali tenda untuk dikaitkan di kayu.
Dela terlihat menunduk namun beberapa saat kemudian ia berteriak membuat Dila ingin mendekat, melihat apa yang terjadi pada saudaranya namun langkahnya terhenti ketika ia kembali melihat Dylan mendekati Dela, menggenggam tangan gadis itu lalu memasukkan jarinya kedalam mulut. Dila berasumsi bahwa tangan Dela tertusuk duri tapi haruskah Dylan?
"Lo bahagia sama dia?" ucap seseorang dibelakang Dila membuat gadis itu tersentak kaget. Orang itu tersenyum manis kearahnya lalu berucap kembali,
"Lo bahagia gak sama dia? Kalo ngga gue siap bahagiain lo." Setelah itu dia pun pergi meninggalkan Dila yang masih melongo atas ucapannya barusan.
---
A/N:
Gue mau nanya dong:3 disini kalian nge ship siapa?
1. Dila-Dylan
2. Dela-Dylan
3. Dila-Devan
4. Dela-Devan
Jawab yah:3
Jangan lupa vote dan comment! 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Troublemaker
Fiksi RemajaSatu gadis Pengacau disekolahmu mungkin bisa kau atasi, tapi bagaimana jika ada dua? Kembar pula. Dila Rasyifa Nathania dan Dela Razheena Nathania. Gadis penguasa SMA Harapan. Apa yang akan dilakukan Dylan sang Ketua Osis untuk membuat kembar ini b...