Part 26 (Pra-pensi B)

9.2K 613 26
                                    

No edited!

"Gue bilang gue ngga mau ya ngga mau! Jangan paksa gue!!" teriak Dela yang sudah kesekian kalinya.

"Gue ngga akan paksa lo karena lo bakalan ngelakuin ini secara cuma-cuma." Devan menyeringai.

"Maksud lo?" tanya Dela bingung.

Devan langsung memperlihatkan sebuah rekaman video kepada Dela yang membuat gadis itu mematung. Itu video Dela saat menangis dipelukan Dylan.

"Gimana kalau gue sebar ini di grup angkatan?" Devan tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah pucat Dela.

"Lo gila!!" desis Dela.

"Yah gue emang gila," tatapan Devan berubah sendu tapi sedetik kemudian dia kembali menyeringai.

"Keputusan ada ditangan lo." setelah itu Devan berbalik meninggalkan Dela yang sudah mengacak rambutnya frustasi.

*****

Hari ini Dila sudah diperbolehkan pulang kerumah, Dylan membantunya naik kekamar lalu membaringkan gadis itu.

"Istirahat yah." Dylan mengecup dahinya lalu berbalik hendak turun tapi ujung bajunya ditarik oleh Dila.

"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Dylan, Dila menggeleng, "Temenin.."

Dylan tersenyum kemudian mengangguk, pintu terbuka lalu Dela memasuki kamar sambil membawa nampan untuk makanan Dila.

"Lo makan yah Dil, gue mau keluar bentar." ucap Dela setelah menaruh nampan itu di meja.

"Mau kemana?" tanya Dila.

"Gue mau nge-cek Kafe." Dila mengangguk sebagai jawaban kemudian Dela keluar dari kamar itu tanpa melirik Dylan sedikit pun.

"Dia kenapa?" tanya Dylan setelah Dela pergi, Dila mengangkat bahu tanda tidak tahu.

"Oh iya Dyl, kenapa aku nama aku masuk di pemain drama musikal sekolah? Perasaan aku ngga pernah daftar.."

Dylan menggaruk kepalanya, "Itu kamu mau kita pasangan."

"Hah?" Dila menaikkan alisnya.

"Aku mau turun dulu." lalu tanpa menunggu jawaban Dila, Dylan pergi meninggalkannya sendirian.

Dila menggeleng sambil tertawa pelan, "Dasar."

****

Dela mendorong pintu Kafe lalu mengedarkan pandangannya, setelah menemukan apa yang dicarinya gadis itu mendekat.

"Sorry lama." Dela menjatuhkan bokongnya pada kursi empuk, Devan mendongak melihat ada orang menduduki kursi didepannya.

"Akhirnya lo datang juga." senyum Devan merekah.

"Apa lagi kali ini? Kalau lo akan nyakitin Dila gue ngga akan segan-segan buat laporin lo polisi." ancam Dela sambil menatap Devan tajam.

"Gue cuma..." ucapan Devan terhenti saat ada pelayan menghampiri meja mereka.

"Nona Dela." ucapnya sopan dibalas anggukan oleh Dela.

"Nona mau mengecek pemasukan bulan ini?" tanya pelayan itu.

"Nanti aja."

Pelayan itu mengangguk kemudian bertanya kembali, "Nona mau pesan apa?"

Dela melirik Devan yang sejak tadi mengamatinya, "Lo mau apa?" tanyanya.

"Samain aja." ucapnya yang masih memandang Dela.

"Dua Frappuccino Latte sama kentang goreng." pelayan itu pun mengangguk kemudian berlalu.

"Lo kenapa sih ngeliatin gue!" Dela risih karena tatapan Devan tidak teralih sedikit pun.

"Ini Kafe lo?" Devan balik bertanya.

"Ini Kafenya Dila cuman kan sekarang dia lagi sakit jadi sementara gue yang urus." jawabnya.

"Kenapa namanya MM?" tanya Devan lagi.

"Kepo! Lagian sekarang kita lagi ngga bahas soal Kafe tapi soal rencana sialan lo itu."

Devan terkekeh melihat wajah galak Dela.

"Oh iya satu lagi.." Devan menggantung ucapannya

"Apa?"

"Lo cantik juga..."

• • • • •

"Udah aku bilang aku ngga punya itu Dyl." Dila sudah memelototi Dylan yang mengacak-acak berbagai kaset filmnya.

"Kenapa kamu punyanya film india sama romantis aja sih?" tanya Dylan kesal.

Dila memutar matanya, "Itu bagus tau!"

"Nah ini aja." Dylan menunjukkan sebuah kaset film The Conjuring yang akan mereka nonton, rencananya mereka akan maraton film tapi melihat koleksi Dila yang tidak jauh-jauh dari romantisme membuat Dylan kesal, yah anak laki-laki pasti menyukai tantangan daripada roman picisan.

"Aku ngga suka horror, Dyl."

"Ngga usah takut nanti aku peluk." Dylan menaik turunkan alisnya membuat Dila tidak tahan untuk tidak menimpuk wajah pacarnya itu dengan bantal.

"Aku ngga mau nonton yah.." ucap Dila saat Dylan sudah menyetel CD iti dan membesarkan volumenya.

"Yaudah sini temenin." Dylan menepuk tempat kosong disampingnya, Dila mendekat lalu menyandarkan kepalanya di dada Dylan.

"Aku mau ngomong jujur deh sama kamu." ucap Dylan sambil sebelah tangannya mengelus rambut Dila dan matanya tetap fokus pada film.

"Apa?" Dila mendongakkan kepalanya namun Dylan dengan cepat menenggelamkan Dila kedalam pelukannya.

"Jangan lakuin hal gila kaya kemarin yah, aku ngga tau gimana aku nanti tanpa kamu." Dylan mencium rambut Dila.

"Sebelumnya kan kita ngga kaya gini dan kamu baik-baik aja jadi mau ada aku atau ngga kamu akan tetap baik-baik aja." ucap Dila.

"Udah lah nonton aja." final Dylan, mau tidak mau Dila juga ikut menonton film itu meski lebih banyak memejamkan mata dan menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangan.

"Dil nanti aku mau ajak kamu ke suatu tempat, mau yah?" Dylan melirik Dila dan tersenyum ketika melihat Dila tidur di pelukannya.

"Sweet dream, aku sayang banget sama kamu.." ucap Dylan sambil mengeratkan pelukannya.

Tanpa tau saat dia mengucapkan kata itu Dela membuka pintu rumah dan mendengar ucapannya.

>>>>>

Why i'm so baperr😢😢

Duo TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang