♡♡♡♡♡♡♡
Namaku Chelsea Krishana, 17 tahun. Bisa dibilang aku ini bukan cewek yang feminim. Tapi aku merasa tidak begitu tomboy, sih. Yah, setidaknya aku tidak berambut pendek atau berpenampilan seperti cowok. Hanya saja aku merasa gaya feminim itu tidak terlalu cocok untukku. Aku lebih suka dengan sesuatu yang simple.
Selain itu aku juga tidak terbiasa menjaga sikap di depan umum. Maksudku, bersikap sok ke-cewek-an dengan menjaga ucapan dan perilaku yang anggun. Hm, aku hanya ingin bebas mengekspresikan diriku tanpa memedulikan hal-hal yang besifat ke-cewek-an yang menurutku melelahkan itu.
Selain itu, jangan heran dengan diriku yang mudah bergaul. Sebab aku sudah terbiasa berstatus sebagai "anak baru" di sekolah sejak aku SD bahkan sampai SMA. Karna pekerjaan Papaku yang super ribet, akhirnya terpaksa aku dan Papa harus berpindah-pindah. Jangan tanyakan apa pekerjaan Papaku. Karna itu sungguh tidak penting untuk dibahas. Ibuku? Dia sudah meninggal saat usiaku balita.
Bisa kau bayangkan, aku pindah sekolah tiap naik kelas. Paling lama cuma bertahan dua tahun di satu sekolah. Bahkan pernah baru sekolah satu semester di sekolah baru, setelah itu pindah ke sekolah lain. Aneh? Ya, aku sendiri merasa aneh dengan kehidupanku yang 'nomaden' ini.
Sebenarnya aku merasa kurang nyaman dengan kondisi seperti ini. Setiap saat pindah rumah (baca:kontrakan), pindah sekolah, lingkungan baru, teman baru, pacar baru, ah ... tidak, aku belum pernah punya pacar. Walau aku punya sosok cinta pertama yang entah berada dimana sekarang.
Yaah ... pokoknya semuanya yang serba baru itu sangat melelahkan. Aku harus adaptasi lagi dengan semuanya. Tapi, ya, aku tidak mau ambil pusing. Cukup jalani dan nikmati saja. Toh mengeluh pun tidak berguna.
Saat ini pun aku baru saja pindah ke lingkungan baru yaitu Jakarta Pusat. Bedanya, bukan pindah kontrakan dan tinggal bersama Papa seperti biasanya. Karna kali ini Papa akan bekerja diluar negri, dan tidak memungkinkan diriku ikut kesana, akhirnya Papa menitipkanku di rumah temannya yang bernama Om Kevin. Masuk akal? Entahlah, aku sendiri tidak mengerti dengan jalan pikiran Papa yang absurd itu. Tindakannya memang benar-benar anti-mainstream. Dan lagi-lagi yang bisa aku lakukan hanyalah ... pasrah.
Karna aku terbiasa pindah-pindah, tentu kemampuan adaptasiku semakin meningkat. Aku bisa cepat betah di lingkungan baru atau cepat akrab dengan orang baru. Yah, di lingkungan baru yang sekarang ini pun kadar 'kebetahanku' nyaris sempurna. Kenapa aku mengatakan 'nyaris' sebelum kata 'sempurna'?
Begini, rumah Om Kevin cukup nyaman. Bangunannya luas dan disini cukup sepi dan tenteram. Di rumah ini hanya ada Om Kevin dan dua putranya. Tante Vira katanya sudah lama meninggal. Aku cewek yang tinggal di rumah ini sendirian? Ah, no problem.
Om Kevin menerimaku dengan baik. Dia sepertinya tidak keberatan dengan kehadiranku. Kemudian anak sulung Om Kevin, Kak Tian, orangnya sangat baik dan mudah akrab. Dia terlihat senang dengan keberadaanku. Yah ... nyaris sempurna. Kebetahanku akan sempurna kalau saja Reynard Adiputra, anak kedua Om Kevin yang seumuran denganku, mati saat ini juga.
Haaaaa ... apa aku jahat? Sungguh, cowok yang biasa dipanggil Rey itu benar-benar telah mengusik kenyamanan hidupku. Dia itu termasuk salah satu spesies orang yang tidak kuinginkan berada dalam daftar orang yang ada di hidupku.
Bagaimana tidak? Cowok itu sangat jutek, dingin, dan sangat menyebalkan. Kau tahu? Pertama kali bertemu adalah saat aku masuk ke kamarnya tanpa sengaja. Karna aku salah masuk kamar dan mengira kamarnya adalah kamarku. Cowok itu memaki dan membentakku di hari pertama kita bertemu. Sadis? Jelas.
Tidak hanya itu, bahkan sejak saat itu dia tidak pernah mau bicara denganku seperti Kak Tian atau Om Kevin. Dia selalu mendiamkanku dan menganggapku tidak ada seolah tidak suka dengan keberadaanku. Cowok itu bahkan melarangku untuk berbicara dengannya saat kita berada di sekolah. Apa-apaan? Sombong sekali, bukan? Dia bilang tidak boleh ada yang tahu kalau kita saling kenal, apa lagi kalau sampai teman-teman tahu kita satu rumah.Selain itu dia juga selalu memarahiku saat aku melakukan kesalahan seperti menumpahkan air ke meja makan, menaruh sandal di teras, dan hal-hal kecil lainnya. Dia selalu mengataiku 'cewek bego' tiap kali dia memarahiku. Dan sialnya, aku tidak bisa melawan mengingat aku menumpang di rumahnya. Menyebalkan? Sangat.
Dan yang paling menyebalkan dari semua itu adalah ... tampang flat-nya yang sangat dingin. Ya, wajahnya yang datar tanpa ekspresi itu sangat tidak enak untuk dilihat.
Haaa ... cowok itu benar-benar megusik hidupku yang damai. Dan sepertinya aku harus terbiasa dengan semua ini.
---
Pagi itu, Om Kevin, Tian, Rey, dan Chelsea baru saja selesai sarapan. Suasana ini sudah tidak terasa asing lagi bagi Chelsea. Sebab ini sudah seminggu lebih Chelsea berada di rumah Om Kevin, a.k.a rumah yang ditumpanginya ini.
Setiap hari yang dilakukan Chelsea adalah pergi ke sekolah, belajar, bergaul dengan teman-teman barunya, lalu pulang ke rumah. Kak Tian selalu setia mengantar jemput dirinya selama seminggu terakhir ini. Ya, dia memang tipe cowok yang baik menurut Chelsea. Beda sekali dengan adiknya yang bertolak belakang. Cowok itu memiliki sikap introvert dan pendiam. Selama seminggu ini Chelsea perhatikan, Rey bicara dengan orang lain bisa dihitung dengan jari.
Kenapa Chelsea bisa memerhatikan Rey? Tentu saja karna mereka sekelas. Dan tempat duduk mereka bersebelahan. Catat! ber-se-be-la-han. Menyebalkan? Tentu saja.
Memecah suasana keheningan yang tercipta, Rey tiba-tiba saja berdiri lebih dulu dan pamitan. "Rey berangkat duluan ya, Pa," ujarnya sambil melengos sembari menyampirkan tasnya di bahu.
"Eeehh ... tunggu!" ucapan Om Kevin menghentikan langkah Rey dan membuat jidatnya mengkerut.
"Kenapa, Pa?"
"Kamu berangkat dan pulang bareng Chelsea mulai sekarang," perintah Om Kevin enteng namun dengan nada yang mengintimidasi.
Kontan mata sipit Rey terbelalak kaget "APA?! Nggak, nggak. Rey nggak mau. Kan udah ama Kak Tian?"
"Gue sibuk bro, banyak kerjaan di kantor. Kan lebih efektif kalo sama lo, satu sekolahan juga," ujar cowok berusia 24 tahun yang menjabat sebagai karyawan tingkat bawah di kantor Papanya sendiri. Jelas Tian sangat sibuk.
"Ck! Tapi, Pa ..." Rey hendak memprotes lagi kalau saja Om Kevin tidak menginterupsi.
"Kamu bareng Chelsea, atau ATM kamu bakal Papa blokir?" ancam Kevin dengan wajah watados.
Rey hapal betul kalau ucapan Papanya tidak main-main. Sekali Kevin Prakasa bicara, dia pasti akan langsung merealisasikan ucapannya. Rey juga sering mendapati ATM-nya diblokir setelah mendapat ancaman serupa dari Papanya itu. Dan itu sangat menyulitkan Rey.
"Oke ... Oke ... Serah Papa aja lah," sungut Rey sebal.
"Naaah ... gitu, dong." Om Kevin tersenyum lebar, merasa menang.
"Ngapain bengong? Buruan berangkat!" ujar Rey pada Chelsea dengan wajah juteknya. Chelsea yang sedari tadi menjadi patung kini hanya mengangguk dan berdiri. Ia kemudian pamitan dan melangkah mengikuti Rey. Sebenarnya ia sendiri ogah berangkat bersama Rey. Sayangnya dia tidak bisa memprotes. Mengingat dirinya cuma orang 'numpang' di rumah ini.
Sampai di depan rumah, Rey sudah siap dengan motor ninja biru miliknya. Ia memakai jaket berwarna hitam legam dan helm biru dongker. Tubuhnya yang jangkung dan proporsional terlihat seperti model. Chelsea sempat kagum selama tiga detik dengan penampilan cowok itu. Sayangnya rasa sebal Chelsea terhadap Rey membuat rasa kagumnya berganti dengan rasa kesal.
"Lo itu kerjaannya bengong mulu, sih?" ucapan Rey mengaburkan lamunan Chelsea. Chelsea yang tersadar akhirnya baru 'ngeh' kalau dirinya harus segera naik ke motor.
---♥♚♥
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA SEJOLI SALING JATUH CINTA
RomanceCapcussss Langsung Ajah JANGAN Lupa Vote and Coment Tuk NEXT Happy Reading MUAHHHHHHH.....