EPILOG

480 30 1
                                    

♥♛♥

Setelah semua yang terjadi, VCD-R akhirnya kembali utuh dan eksis. Tidak lagi ada kesalahpahaman yang terjadi. Vito juga sudah memutuskan untuk berhenti merasa cemburu dan mencoba membunuh perasaannya mati-matian.
Sekarang Rey jadi lebih menghargai keberadaan teman-temannya, tidak seperti dulu. Sejak Rey merasa kehilangan teman-temannya waktu itu, ia bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Saat ini keempat VCD-R tengah berkumpul di café biasa. Tidak ada percakapan yang serius, hanya nongkrong dan membicarakan hal-hal yang tidak penting.
"Eh, eh, katanya si Smith ketauan kalo dia playboy, lho. Soalnya ceweknya dia yang beda sekolah itu mergokin dia pas lagi jalan sama cewek barunya," jelas Chelsea semangat.
"Haa ... tau dari mana?" sahut Vito. Ia sungguh takjub dengan kekuatan gosip cewek.
"Dari anak-anak. Mereka lagi ngerumpi gitu, terus gue ikutan nimbrung deh," jawab Chelsea dengan cengir kudanya.
"Nggak usah ikut-ikutan ngegosip. Dosa, tau!" Rey menjitak kepala Chelsea yang duduk disampingnya. Chelsea hanya meringis sambil cemberut.
"Dhe, lo kenapa?" tanya Vito kala melihat Dhea sejak tadi hanya terdiam. Padahal dia biasanya adalah yang paling heboh kalau sudah membicarahan hal-hal seperti ini.
"Nggak apa-apa, kok," sahut Dhea yang baru saja teralih dari lamunannya.
"Ah, bener juga. Dhea, kan, suka sama Smith!" seru Chelsea.
"Nggak suka. Cuma fans aja!" elak Dhea sebal. Chelsea hanya cengegesan sembari memeletkan lidahnya.
Handphone milik Chelsea bersuara. Buru-buru Chelsea merogoh dan mengangkat panggilan yang ternyata dari Papanya tersebut.
"Ya, Pa? ... Haaa? Papa mau pulang? Horeee! ... Oh, cuma beberapa hari? ... Yaudah, nanti kabarin lagi aja ... Bye ..."
Kira-kira begitulah yang diucapkan Chelsea selama menelepon. Sepanjang Chelsea menempelkan ponselnya di telinga, Rey memerhatikan cewek itu dengan tatapan jengkel. Entah kenapa, sesuatu yang menggantung di ponsel Chelsea seolah sedang meledeki Rey. Ya, gantungan anjing yang memeletkan lidahnya pemberian Vito untuk kedua kalinya itu. Benda tersebut terasa menjengkelkan di mata Rey.
Sontak Rey memasang wajah kesalnya dengan alis yang bergerak-gerak sebelah. Begitu Chelsea selesai menelepon, Rey langsung merebut ponsel itu dari tangannya. Chelsea terlonjak lantas memandang heran. Rey lalu segera melepas gantungan yang menempel di sana.
"Eeeh? Apaan, sih, Rey? Main lepas aja!" protes Chelsea.
"Udah gue bilang jangan pake gantungan norak begini! Pake pemberian gue aja!" ujar Rey dengan nada jengkel. Kemudian Rey melempar gantungan itu pada tong sampah yang berjarak beberapa meter dari meja mereka. Ya! Nice shoot!
Rey lalu menepuk-nepuk kedua telapak tangannya seolah bangga dengan apa yang telah ia lakukan.
Chelsea melirik ke kedua temannya sekilas lantas beringsut mendekatkan kepalanya ke telinga Rey. "Rey ...?" bisik Chelsea.
"Apa?" tanya Rey watados.
"Kan, yang ngasih ada di sini!"
"Eh?" Rey terperanjat seakan menyadari sesuatu.
"Ehem ..." Vito berdeham keras dengan wajah jengkelnya. Sementara Rey menoleh perlahan dengan memasang senyum manisnya sambil melambai tangan pelan.
"HAHAHAHAHAHAH." Dhea yang melihat kejadian itu tak kuasa menahan tawa. Alhasil pengunjung café menoleh ke arahnya sebab suara tawa yang menggelegar itu.
"Dasar brengsek lo, Rey! Berarti dulu juga lo perlakuin pemberian gue kayak gitu?" ujar Vito dengan tatapan tak berminat. Tangannya ia sedekapkan di dada.
"Ehehe." Rey hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Vito mendelik sekaligus mendecih. "Cih ... mentang-mentang!"
"Udah, udah, mendingan sekarang kita cari topik lain aja." Chelsea berusaha menengahi. Bisa kepanjangan urusannya kalau tidak segera dihentikan.

Selanjutnya mereka kembali membicarakan hal-hal yang sungguh sama sekali tidak penting. Seperti mengenai film Uttaran, mengenai Trujodoh yang dirilis Mario Teguh, dan hal-hal serupa lainnya. Hal itu membuat Rey menguap bosan karenanya. Akhirnya Rey memutuskan untuk tidak bergabung dengan percakapan absurd mereka.
Rey lalu melihat ponsel Chelsea yang menganggur. Diam-diam ia mengambil ponsel itu dan memainkannya. Rey membuka aplikasi BBM, melihat siapa saja yang suka chat dengan pacarnya tersebut. Rey mengangkat sebelah alisnya ketika melihat ada beberapa nama cowok di sana.
"Chelsea bego, ini kok ada nama cowok di chat BBM lo? Nnggg ... ada Wahyudin–" ujar Rey.
"Itu tukang bakso di depan kompleks. Biar gampang kalo pesen," potong Chelsea.
"Ahaha, Rey cemburu ama tukang bakso," sahut Dhea.
"Ada Tejo?" lanjut Rey.
"Itu Mang Tejo kantin, biar bisa pesen dulu sebelum istirahat mulai."
Rey hanya manggut-manggut tanda mengerti. Ia kembali men-sroll layar ponselnya dan lagi-lagi alisnya terangkat kala menemukan nama cowok.
"Terus ... Rangga?"
"Ck! Please deh Rey, tanya-tanya mulu! Itu cuma kakak kelas yang naksir gue. Ehhhh ..." Chelsea kelepasan bicara! Ia langsung membungkam mulutnya sendiri dengan kedua tangan.
Rey memicingkan matanya menatap Chelsea. "Rangga siapa?" katanya.
"Ooh, Kak Rangga yang mantan ketua OSIS itu. Dia naksir lo, Chel?" Dhea menyahuti. Chelsea langsung menggeleng berlebihan menanggapinya.
"Udah gue delkon!" ujar Rey kemudian. Matanya menatap licik ke arah Chelsea.
"Yaaah ... kok, di delkon? Kak Rangga kan, baiiik!" rengek Chelsea frustasi.
Rey meluncurkan tatapan tajam serta galaknya pada Chelsea sampai-sampai cewek itu merinding dibuatnya.
"Gue nggak suka lo akrab sama cowok, apalagi yang katanya naksir lo, ngerti!?" ujar Rey tajam.
Chelsea refleks meneguk ludahnya dan mengangguk. Vito dan Dhea hanya menahan tawa. Seolah pemandangan barusan adalah hal lucu untuk digubris.
"Ehem, ada yang posesif, nih!" ledek Dhea sambil pura-pura tidak melihat.
"Gue aja dulu nggak gitu-gitu amat pas pacaran ama dia." Selanjutnya Vito ikut mencibir.
Rey hanya bersiul, pura-pura tak mendengar sambil terus memainkan ponsel Chelsea. Hal itu membuat Chelsea tersenyum tipis. Entah kenapa diperlakukan seperti itu oleh Rey membuat dirinya merasa berharga.
Selanjutnya keadaan kembali normal. Ketiganya kembali berbincang lagi walau Vito kebanyakan hanya mendengarkan. Sementara Rey sibuk berkutat lagi dengan ponsel milik Chelsea.
Rey lalu membuka galeri. Ia melihat beberapa foto selfie Chelsea dengan dirinya. Foto pertama, Chelsea sedang tersenyum manis, sementara Rey sedang memasang wajah datarnya. Foto kedua, Chelsea memaksa Rey untuk memasang senyum dengan menarik pipinya, Rey memasang senyum paksa. Foto ketiga, Chelsea lagi-lagi tersenyum manis, sementara Rey tersenyum tipis. Ah, foto yang terakhir terlihat manis. Mungkin nanti Rey akan mencetaknya sebuah untuk ini.
Selanjutnya Rey kembali menjelajahi galeri. Di sana terdapat deretan foto Chelsea di berbagai acara. Memandangi foto yang ribuan itu sama sekali tidak membuat Rey bosan. Ia justru tersenyum kecil setiap melihat foto awkward Chelsea.
Tiba-tiba dahi Rey mengkerut kala ia menemukan sesuatu yang janggal. Foto yang diambil sekitar tiga tahun yang lalu. Foto itu adalah foto seorang cewek gendut berkacamata yang memiliki rambut sebahu.
Entah kenapa Rey merasa familiar. Ia serasa pernah bertemu dengan cewek tersebut. Ah, Rey mengingatnya! Cewek ini, kan, adalah cewek yang Rey temui sedang menangis di hutan buatan bogor waktu itu.
Rey memerhatikan foto itu dengan lebih seksama. Keningnya mengkerut. Kenapa wajah cewek gendut itu mirip sekali dengan Chelsea. Bibirnya, hidungnya, dan yang paling Rey kenali adalah ... matanya. Benar! Itu adalah Chelsea. Jadi, cewek gendut di masa lalunya itu adalah Chelsea????!

Rey tersenyum miring. Selanjutnya ia mengirimkan foto itu via bluetooth ke ponsel miliknya. Setelah itu, Rey mengunggah foto itu ke grup Line yang bernama "VCD-R" yang dibuat untuk kepentingan geng.
Vito dan Dhea merogoh ponselnya bersamaan kala benda itu bersuara. Chelsea juga melihat ponselnya berkedip yang kini tergeletak di atas meja, lalu mengambilnya.
Vito, Dhea, dan Chelsea mendadak speechless bersamaan kala melihat foto yang diunggah oleh Reynard Adiputra dengan caption "Foto Tuan Putri tiga tahun yang lalu. Anda bisa menebak siapa dia?"
Dhea dan Vito lalu menatap Rey bersamaan dengan tatapan horornya. Sementara Chelsea memasang tatapan membunuh yang dibalas Rey dengan senyum miring. Selanjutnya Dhea dan Vito menatap foto itu dengan Chelsea bergantian sebanyak beberapa kali.
"Mirip!!" seru keduanya.

♥♛♥

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang