PART 11

400 30 0
                                    

♡♡♡♡♡♡♡

Chelsea menghapus air matanya yang terus menetes. Padahal ia sudah tahan sekuat tenaga. Ia lalu menyalakan wastafel dan membasuh wajahnya. Setelah itu ia memandang refleksi dirinya di cermin toilet. Sembab. Matanya sudah membengkak. Hidungnya sedikit memerah. Ikatan rambut cepolnya jadi berantakan gara-gara ia berlari tadi. Benar-benar kacau.

Bentakan Rey tadi entah kenapa terasa menyakitkan. Sampai ulu hatinya terasa ngilu. Saat itu ia berpikir, apakah salah jika dirinya ingin berada di dekat Rey? Padahal niatnya hanya ingin menemani cowok penyendiri itu agar ia tidak kesepian.

Ya, walau 'katanya' Chelsea ingin mengganggu dan membuat cowok itu kesal, namun sebenarnya ada tujuan lain di balik itu. Sejak melihat pandangan sedih Rey di rooftop waktu itu, ia membulatkan tekadnya untuk tidak membiarkan Rey terus sendirian.

Ia tidak ingin membiarkan Rey kesepian. Sebab kesepian itu rasanya sakit. Ya, Chelsea pernah merasakan bagaimana rasanya kesepian. Selalu sendirian tanpa seorang pun yang mau menemani.

Hal itu terjadi saat dia SMP. Saat tubuhnya gemuk dan memakai kacamata minus yang tebal. Benar-benar perwujudan sempurna dari cewek culun yang menyedihkan.

Chelsea tahu bagaimana terpuruknya pergi kemana pun sendirian. Tidak ada yang bisa diajak bicara, tidak ada yang bisa diajak berbagi saat menemukan hal lucu, tidak ada teman untuk tertawa. Hal itu membuatnya benar-benar merasa sedih.

Chelsea tersenyum kala ia mengingat masa lalunya yang gelap itu. Ia ingat bagaimana ia diet mati-matian sampai berhasil membuang berat badannya hingga belasan kilo. Ia meminta Papanya untuk mengganti kacamatanya dengan lensa kontak. Sampai kemudian ia belajar soal fashion.

Dan begitu ia pindah sekolah dimana tak seorang pun mengenal Chelsea sebelumnya, Chelsea justru menjadi popular dan terkenal. Sebab dirinya yang kurus benar-benar cantik dan menarik. Betapa penampilan dapat mengubah segalanya.

Chelsea terkesiap kala ia mendengar langkah kaki mendekat. Beberapa orang cewek yang tertawa-tawa sambil membicarakan sesuatu. Chelsea segera masuk ke salah satu bilik toilet. Dari balik pintu, ia mendengar keran air dinyalakan. Tawa mereka lagi-lagi terdengar, benar-benar berisik. Bahkan terdengar juga mereka berebut make-up. Ya, kebiasaan cewek, membetulkan make-up di toilet.

"Ah, lu mah apa-apa nebeng mulu. Nggak modal!"

"Biarin aja, sih! Pinjem doang!"

"Dasar!"

"Eh, lo liat nggak, sih? Tadi di depan ruang ganti, Rey marah-marah gitu sama si anak baru itu, lho, siapa namanya?"

"Chelsea?"

Chelsea membelalakkan matanya saat mendengar namanya di sebut-sebut. Ia pun memasang telinganya, mendengarkan perbincangan mereka lagi dengan lebih seksama.

"Terus gue liat tuh cewek nangis sambil lari gitu."

"Ah, masa?"

"Seriusan. Kayaknya Rey marah besar sama dia. Hahaha. Lagian nggak tau malu banget, deh. Masa anak baru aja udah berani deketin cowok rebutan sesekolahan."

"Iya, tuh. Udah tau Rey itu cowok ngetop. Banyak yang deketin. Eh, itu cewek dengan songongnya nempelin Rey terus kemana-mana sampe nggak ngasih kesempatan buat yang lainnya deketin Rey." Nada bicara itu terdengar sinis.

"Menurut lo, Kak Dinda bakalan beraksi nggak, tuh?"

Chelsea mengeryit. Kak Dinda? Beraksi? Maksudnya?

"Menurut gue, sih, pasti. Gue sempet mergokin Kak Dinda lagi ngeliatin si Chelsea sama Rey pas mereka duduk di kantin. Terus pas mereka pulang bareng juga, Kak Dinda liat semuanya."

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang