PART 2

753 37 1
                                    

♡♡♡♡♡♡

Chelsea mengucap sumpah serapah di sepanjang jalan. Bagaimana tidak? Rey menurunkannya di pinggir jalan sejauh 200 meter menuju gerbang sekolah. Alasannya, Rey tidak mau ambil masalah kalau sampai orang-orang tahu dia bonceng cewek. Masalah katanya? Sumpah! Chelsea tidak mengerti dengan jalan pikiran cowok itu.

"Cowok bego! Sok ganteng! Sok keren! Dia pikir dia siapa? Sok gak mau boncengan ama gua. Dih, nyebelin banget tuh anak!" Chelsea mencebik dengan tatapan matanya yang tajam. Tangan kanannya yang mengepal ia pukul-pukulkan ke telapak yang kiri.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil tampak melintasi kubangan air yang cukup dalam di samping Chelsea. Alhasil air berwarna coklat itu menyiprat dan mengenai Chelsea.
"Kyaaaaa ... Woy! Sialan lo, ya!" maki Chelsea kencang setelah berteriak kencang juga. Tapi mobil xenia silver itu hanya melintas dengan watadosnya.
Chelsea menatap roknya yang basah dan kotor. Untung seragamnya tidak kena terlalu banyak. Hanya berupa percikan-percikan air kotor yang menempel di bajunya.
"Aargghh ... sial banget sih gue! Ini semua gara-gara si cowok brengsek itu!" jerit Chelsea miris.
***
Chelsea mematung di tempat kala guru bahasa Inggrisnya, Bu Ina, memelototi dirinya yang datang terlambat. Suasana keheningan tercipta sebab tak ada seorang pun anak yang berani bicara. Suara derap langkah Bu Ina yang mendekati Chelsea terasa amat menegangkan, membuat Chelsea semakin dalam menundukan wajahnya.
"Dari mana kamu?!" Suara bentakan Bu Ina berhasil membuat Chelsea ketar-ketir dan gelagapan. Keringatnya mulai menetes dari pelipis. Takut-takut, ia mengangkat wajahnya dan menatap Bu Ina.
"Sa-sa-saya dari ... da-dari toilet, Bu!"
"Ngapain kamu di toilet? Rok kamu juga kenapa basah begitu?!" tanya Bu Ina seraya memperhatikan Rok Chelsea yang memang basah di bagian depannya.
"Kamu ngompol?!" tukas Bu Ina berhasil membuat seisi kelas tertawa. Namun kembali hening kala Bu Ina memberikan pelototan tajamnya ke seisi kelas.
"I-i-ini ... gara-gara ke-kecipratan air genangan, Bu!" jawab Chelsea lagi dengan wajah yang menunduk.
"Alesan kamu! Kamu ini masih anak baru, ya, disini! Berani-beraninya kamu datang terlambat di pelajaran saya!? Saya nggak mau tahu. Kamu tidak boleh masuk pelajaran saya, dan berdiri di koridor sana!" pekik Bu Ina diakhir kalimatnya.
Chelsea terkesiap, "Ta-ta-tapi, Bu!"
"Nggak pake tapi-tapian! Lagian kamu kok ngomongnya gagap gitu?! Emang kamu anaknya Azis Gagap?!"
Lagi, seisi kelas tertawa melihat Bu Ina yang menyelipkan lelucon saat dia memarahi seseorang. Padahal leluconnya, sih, tidak lucu. Hanya saja ekspresi Bu Ina yang tampak judes jadi membuat leluconnya terlihat lucu.
"DIAM!!!" pekik Bu Ina lagi dan kelas pun kembali hening.
"KAMU KELUARRR!!" lanjut Bu Ina sembari menunjuk pintu keluar. Matanya kembali berkilat seperti mata iblis. Bahkan dua tanduk gaib pun sudah muncul di kepalanya.
Chelsea terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Baik, Bu."
Chelsea pun melangkah keluar dan berdiri di koridor untuk dua jam pelajaran. Anak yang berlalu lalang dengan pakaian olahraga menatap ke arah Chelsea iba. Namun sebagian lagi menatap jenaka seolah Chelsea adalah lelucon yang menyenangkan untuk digubris.
"Telat, ya?" tanya seorang cowok yang lewat sambil mendrible bola basket. Senyumannya jelas sekali kalau ia mengejek.
"Hmmm ...." gumam Chelsea sembari mengangguk sebagai jawabannya.
Chelsea kesal setengah mati. Ia tidak mungkin telat kalau saja Rey tidak menurunkannya di pinggir jalan. Lagipula apa susahnya sih antar sampai ke sekolah?, pikir Chelsea. Chelsea membalikkan tubuhnya cepat dan menatap sengit ke arah Rey lewat kaca jendela. Matanya yang bulat kini berkilat tajam penuh murka, seolah-olah ia punya kekuatan telepati yang bisa membuat orang yang ditatapnya panas dingin. Haa ... percuma saja. Chelsea tidak punya kekuatan itu.
"Kenapa, Rey?" tanya Dhea, yang duduk di sebelah Rey.
"Nggak apa. Kok tiba-tiba gue ngerasa merinding gitu, ya?"
"Haa masa? Emang lu liat hantu?"

***
Chelsea sedari tadi mengembungkan pipinya yang memang sedikit chubby. Mata bulatnya terus melirik sebal ke arah samping kanan, tempat cowok menyebalkan itu duduk. Dia kesal dengan kejadian yang tadi pagi menimpanya. Terlebih lagi, cowok yang duduk dua ubin dari mejanya itu sama sekali terlihat tak acuh. Rey sama sekali tidak meminta maaf atau sekedar memandangnya barang sebentar. Benar-benar cowok es!
Bel tanda istirahat berbunyi. Seluruh anak ber-hore ria. Mereka langsung berhamburan saat guru telah keluar kelas. Beberapa pergi ke luar. Sementara beberapa lagi masih di dalam kelas.
Chelsea melihat Rey berdiri. Cowok itu lalu melenggang dengan santainya sembari memasukkan lengan ke saku celana. Matanya yang tajam dan hidungnya yang tinggi membuat kesan tegas di wajah flat-nya.
Saat cowok itu sudah di depan pintu, Chelsea berdiri. Ia berniat mengomel pada cowok menyebalkan satu itu.
"Chel, mau ikut ke kantin nggak?" tanya anak berambut sebahu yang bernama Ria.
"Maaf, ya, gue mau ada urusan, nih," ujar Chelsea buru-buru sembari terus melangkah. Ia yang terburu-buru tanpa sadar menubruk seorang cowok dan meringis kesakitan karna jidatnya membentur punggung cowok itu. Cowok bernama Vito itu berbalik.
"Eh? Lo nggak papa?" tanyanya seraya melihat wajah Chelsea dan memerhatikan bagian kepala cewek itu yang diusap-usapnya.
"Nggak papa, kok. Gue duluan, ya, Vit!" Chelsea lalu kembali berjalan cepat setelah melambai sekilas, membuat Vito menatap heran. Ia harus menemukan cowok es itu!
Akhirnya setelah mencari-cari sebentar, Chelsea melihat Rey sedang keluar dari ruang guru. Tanpa ragu dia pun mendekati Rey dan menyentuh tangannya seraya berteriak.
"Rey! Gara-gara lo tadi pagi gue jadi dimara-"
"Shuuutt!!" desisan Rey dan bungkaman tangannya di mulut Chelsea berhasil membuat cewek itu berhenti mengomel. Rey kemudian menarik lengan Chelsea ke tempat sepi. Kemana lagi kalau bukan taman belakang sekolah? Ya, tempat itu satu-satunya tempat yang jarang diinjak para siswa di SMAN 27 Jakarta itu.
"Lepasin gue!" pekik Chelsea seraya melemparkan tangan kekar Rey dari tangannya.
"Apa?!" tanya Rey tak nyambung.
Chelsea mendengus sebal. Ia lalu lagi-lagi menatap Rey dengan tatapan sengitnya, membuat bulu kuduk Rey tiba-tiba berdiri.
"Gue kesel! Kesel! Kesel! Kesel sama lo! Lo tau nggak gue harus lari dari persimpangan jalan sana gara-gara lo nurunin gue! Gue capek!" Chelsea mulai mengomel dengan segenap emosinya yang meluap-luap. Sementara Rey hanya menatap Chelsea datar sembari menyedekapkan tangannya di dada.
"Terus?" tanyanya kalem.
"Abis itu tiba-tiba ada mobil lewat dan nyipratin air genangan ke seragam gue! Terus gue lari ke toilet dan ngebersihin dulu kotoran di seragam gue! Dan gara-gara itu, Bu Ina, jadi ngedamprat gue dan ngehukum gue," lanjut Chelsea dengan intonasi tinggi yang dibuat-buat.
Rey hanya mengangkat sebelah alisnya lantas bergumam, "Ehmmm ...?"
"Itu memalukan bangeetttt!!! Lo tau kan secara gue masih anak baru di sekolah ini!? Masa iya udah nyari masalah aja sama guru yang katanya killer sesekolahan. Malu gue Rey, maluuuu!!" Chelsea memonyongkan bibirnya sembari menyipitkan matanya. Membuat Rey menatap jengah ke arahnya.
"Udah?" tanya Rey lagi-lagi datar.
"Udah apanya?"
"Udah ngomelnya?"
Chelsea mencebik dan mengerungkan dahinya, "Udah!!" katanya ketus.
Rey hanya menatap Chelsea sekilas lantas menganggukkan kepalanya sekali. Kedua tangannya ia masukan ke saku dan dengan gerakan yang cepat, ia membalikan tubuhnya lantas berjalan menjauh.
"Eeehh??!" Chelsea tidak terima dengan perlakuan Rey terhadapnya. Ia lalu menahan sebelah lengan Rey dan mau tak mau Rey berhenti juga.
"Apa lagi, sih?!" dengusnya sebal.
"Masa respon lo cuma gitu doang?!" Chelsea lagi-lagi mencebikkan bibirnya.
"Terus? Gue harus koprol? Teriak-teriak? Lompat-lompat?!" ujar Rey sembari menaikkan sebelah alisnya, lagi.
Chelsea hanya diam, tahu pertanyaan Rey bukan untuk dijawab. Lagi-lagi matanya menyiratkan kilat permusuhan pada Rey.

"Udah, kan?" Rey berucap dengan nada tak berminat. Membuat Chelsea kesal sebenarnya, tapi ia tidak bisa berkata apa-apa lagi mengingat Rey sudah minta maaf padanya. Memang itu yang ia inginkan darinya. Walau bukan dengan cara yang seperti itu.
"Iya, udah," jawab Chelsea keki.
Namun Rey masih diam di tempat sembari menatap Chelsea datar. Chelsea yang bingung akhirnya mendongkak menatap Rey dan berucap, "Apa?" tanpa suara.
"Tangan lo," Rey menatap ke bawah dimana tangannya masih dalam pegangan Chelsea. Chelsea mengikuti arah pandangnya dan buru-buru melepaskan pegangan itu kala ia menyadari bahwa tangannya sedari tadi masih memegangi tangan milik Rey.
"Maaf," cicitnya.
Rey hanya mengangguk lantas berjalan menjauh meninggalkan Chelsea. Begitu Rey sudah lenyap dari pandangannya, Chelsea mulai mengerang tertahan.
"Aarrggghhhh ... apa-apaan sih gue?! Harusnya gue tau kalo si Rey, cowok es itu nggak bakal meduliin penderitaan gue tadi! Hah ... nyesel deh gue!"

♥♚♥

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang