PART 20

362 28 1
                                    

***

Hari-hari silih berganti. Semua berjalan seperti biasanya. VCD-R masih terus bersama, seperti biasanya. Ya, setidaknya sejauh ini Rey hanya bisa pasrah mengikuti arus, mau tak mau. Kau tahu sendiri alasannya. Tidak ada yang istimewa sampai sejauh ini, hanya hari-hari monoton yang membosankan.

Begitu pula dengan pelajaran sejarah yang terasa begitu membosankan, seperti biasanya. Mungkin hanya beberapa orang saja yang menaruh perhatian pada guru tua menyebalkan yang mengoceh di depan sana. Banyak anak yang melamun, mengantuk, bahkan sebagian anak sudah tidur sejak pelajaran belum dimulai.

Tak terkecuali Chelsea, ia mulai terkantuk-kantuk saat tangannya berusaha menopang wajahnya yang lagi-lagi nyaris terjatuh. Ia berusaha memelototkan matanya namun lagi-lagi dengan sendirinya menutup kembali.

Rey yang tidak sengaja melihat tingkah Chelsea barusan hanya tersenyum tipis. Belakangan ini entah sejak kapan Rey jadi sering memerhatikan Chelsea. Mungkin sejak ... hei, bahkan Rey tidak ingat kapan ia mulai terbiasa memerhatikan Chelsea secara diam-diam. Yah ... cewek itu selalu berada di dekatnya setiap hari. Mungkin karna itu, mau tak mau, sadar tak sadar, Rey jadi sering memerhatikan cewek itu.

Dengan terang-terangan, Rey mengeluarkan ponselnya dan memainkannya di atas meja. Percayalah, guru tua di depan sana sama sekali tidak akan menyadari tindakan Rey tersebut. Baiklah, sepertinya kali ini Rey akan sedikit melanggar. Lagipula ia sudah tahu apa-apa saja materi yang dijelaskan guru itu saat ini. Ya, Rey sudah sempat membaca materinya sejak lama.

Chelsea yang mati-matian menghilangkan kantuk dengan menepuk-nepuk pipinya, tiba-tiba terperanjat kala ponsel di sakunya bergetar. Ada sebuah line masuk dari seseorang.

Rey : Pergi ke toilet kalau ngantuk. Lo keliatan kayak orang bego jadinya.

Chelsea menoleh ke arah samping kanan begitu selesai membaca isi line tersebut. Ia mendapati Rey tengah menggerakkan tangannya yang terangkat di samping pipinya serupa melambai pelan. Senyum licik Rey juga mengembang di wajahnya. Chelsea mendengus sebal lantas mengetik balasannya dengan penuh tenaga, sampai-sampai ponselnya bergerak-gerak hebat.

Chelsea : Bukannya tiap hari, tiap jam, bahkan tiap menit juga lo sebut gue 'cewek bego' ?!!!

Rey tersenyum sekilas sebelum akhirnya membalas.

Rey : Maaf, tapi gue terlalu realistis dan selalu mengatakan sesuatu sesuai fakta, cewek bego!

Chelsea : Baiklah, saya terima tantangan Anda!!!!

Rey : Tantangan?

Chelsea : Gue nggak sudi terus-terusan dianggap bego sama cowok kayak lo. Ulangan sejarah besok, kita taruhan, oke?

Rey : Apa yang lo maksud dengan 'cowok kayak lo' ? Cowok ganteng kayak gur maksudnya? Menarik. Apa taruhannya?

Chelsea : Dasar narsis! Begini, yang kalah harus sudi dapet gelar 'bego', ex : Rey bego

Rey : Kenapa nama gue yang dibikin contoh?!!

Chelsea : Karna gue yakin gue bakalan menang!! Huahahahaha.

"Huahahahahah." Entah kenapa Chelsea spontan menyuarakan tawa jahat yang ia ketikan di ponselnya. Sontak seisi kelas yang masih terjaga (baca:berhasil menahan kantuk) akhirnya menoleh ke arah Chelsea. Keheningan tercipta untuk beberapa saat.

"Hehehehe," tanggap Chelsea cengengesan dengan watadosnya. Sontak seluruh anak tertawa. Bahkan anak yang baru teralihkan dari alam mimpinya pun ikut tertawa.

"Dasar cewek bego," gumam Rey sembari tersenyum kecil.

***

"Chel! Kok tumben, sih, lo bawa-bawa buku ke kantin?" tanya Dhea sembari mengernyit.

"Besok ulangan sejarah," jawab Chelsea tanpa mengangkat wajahnya dari buku. Jus lemon yang dipesannya bahkan belum di sentuh.

"Hoo ... kok tumben mau belajar? Biasanya lo bilang 'nggak mau belajar, ah, males' tiap mau ada ulangan."

"Itu ... khusus buat ulangan besok, gue belajar."

"Ya, tapi nggak usah seserius itu juga kali! Minum dulu kek, jus lemonnya. Kasian kan dicampakin gitu? Dicampakin itu sama sekali nggak enak lho, Chel. Lo tau kan kalo–"

Sroooott ...

Ucapan Dhea terhenti kala Chelsea menyedot jus lemonnya dengan semangat tanpa mengalihkan wajahnya dari buku. Setelah itu ia kembali membaca bukunya dengan konsentrasi tinggi. Wajahnya yang biasa terlihat enjoy sampai-sampai menegang kali ini.

Vito dan Rey datang berdampingan. Jangan heran, sebab kini keduanya jadi lumayan dekat. Bisa dibilang Rey sudah sedikit terbiasa dengan kebarengan itu. Keduanya lalu duduk di meja yang sama dengan Chelsea dan Dhea.

"Udah mulai belajar, ya, Chelsea bego?"

Chelsea spontan mengangkat wajahnya. "Lu belom boleh manggil gue kayak gitu sebelum berhasil ngalahin gue!" ucapnya sengit.

"Hoo ... jadi kalian taruhan, toh. Pantesan nih anak mendadak jadi rajin." Dhea manggut-manggut paham.

"Ada-ada aja."

Ssrooottt

Lagi-lagi bunyi sedotan yang dihisap terdengar. Chelsea melotot kala mendapati Rey tengah meminum jus lemon miliknya.

"Itu ... itu ... pu-punya gu-gue!" ujarnya dengan tatapan horor.

"Ya, gue tau. Ini balasan karna kemarin lo makan puding gue yang di kulkas."

"I-iya, ma-masalahnya bukan gitu ... i-itu bekas ... bekas gue," lagi-lagi Chelsea memasang ekspresi paling menyeramkan yang ia punya.

"Emangnya kenapa?" Rey malah bertanya polos.

Vito yang sedari tadi memainkan ponselnya akhirnya ikut bicara. "Iya, emang kenapa, sih? Kayak liat hantu aja."

"A-abisnya kan ka-kalo minum satu sedotan, i-tu sama aja kayak ... ci– ci– ci–"

"Cilok?" tanya Dhea tidak sabaran.

"Ci? Cincin?" Vito ikut menebak dengan alis terangkat sebelah.

"Bukan. Bukan itu. Tapi ci– ci–"

"Cireng?"

"Cita Citata?"

Dhea dan Viyo jadi saling bersahutan untuk menebak yang di maksud Chelsea.

"Bukan. Ci– ci–"

"Citato? Eh ... chitato?"

"Citra Kirana?"

"Cilung?"

"Ci– hee ... apaan tuh cilung?"

"Aci digulung. Jenis jajanan baru. Hehehe." Dhea tampak memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Dasar! Makanan mulu lo mah!" cibir Vito sebal.

"Ci? Ci apa dong?!" tanya Dhea dan Vito bersamaan dengan tidak sabaran.

"Itu ... ci– ci–"

"Ciuman!" ujar Rey dengan senyum miringnya.

♥♚♥

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang