PART 38

351 26 0
                                    

♥♛♥

Saat itu adalah seminggu setelah Rey marah besar pada Chelsea. Seminggu setelah Chelsea menangis dan Vito memeluknya di bawah hujan yang deras. Seminggu yang benar-benar terasa panjang sebab kehidupan Chelsea jadi terasa berbeda.

Saat ini Chelsea berdiri di lantai dua depan lab komputer yang sepi. Jam pelajaran sudah berakhir sejak dua jam yang lalu. Chelsea menolak kala Dhea mengajaknya pulang dan memutuskan untuk tinggal di sekolah sebentar lagi. Belakangan ini entah kenapa ia selalu menyendiri.

Pandangannya melihat ke bawah di mana klub futsal sedang latihan di lapangan itu. Matanya tak lepas dari seorang cowok yang sedang menggiring bola dan dengan lihainya menghindari serangan. Cowok itu tampak sangat ahli bermain futsal. Ya, dia adalah Rey.

Rey terus menggiring bola sampai ia menendang bola ke gawang dengan anggunnya dan ... gooll!! Anak-anak berteriak heboh. Teman-teman futsal Rey mendekatinya dan menepuk bahunya bergantian. Rey tersenyum lepas. Dan senyuman Rey menular pada Chelsea.

Namun perlahan senyuman itu memudar. Entah kenapa berada jauh dari orang yang disayangi membuat hati Chelsea pedih. Ya, yang dilakukannya belakangan ini hanya memandangi Rey dari jauh. Terus memandangi tanpa mampu mendekatinya.

Permainan futsal sudah berakhir. Rey tampak duduk di samping lapangan. Ia terlihat kelelahan. Kalau saja hubungan Chelsea dengan Rey masih baik-baik saja, saat itu juga ia akan berlari dan membawa botol minuman untuk Rey.

Seorang cewek berlari mendekati Rey. Ditangannya ia membawa botol minuman mineral yang tampak dingin. Tentu saja itu bukan Chelsea, melainkan ... Revi.

Rey tersenyum saat menerima botol itu dari Revi. Melihatnya membuat hati Chelsea teriris. Revi duduk di samping Rey dan tampak mengatakan sesuatu, membuat Rey tertawa. Melihatnya membuat hati Chelsea teriris. Selanjutnya Revi menyandarkan kepalanya di bahu Rey. Melihatnya membuat hati Chelsea teriris.

Itu semua sudah cukup menyakitkan. Tanpa sadar, Chelsea sudah terisak dan meloloskan air mata yang deras. Bahunya sampai terguncang walau mati-matian ia tahan isakan itu. Sesak, rasanya benar-benar menyesakkan.

"Udah cukup, Chelsea!"

Chelsea tampak terkejut mendengar suara dari arah belakangnya. Kemudian ia berbalik perlahan dan melihat Vito tengah menatapnya nanar.

Vito kemudian mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata di pipi Chelsea. Tak ada ekspresi lain yang ia tunjukkan selain wajah sedih dan khawatirnya. Melihat itu, entah kenapa membuat Chelsea yakin kalau Vito benar-benar menyayanginya.

"Jangan nangis lagi, please. Hati gue sakit kalau lihat lo kayak gini," ujar Vito lagi.

Mendengar itu bukan membuat Chelsea berhenti. Ia malah terisak semakin kencang. Kata-kata Vito membuatnya lebih sakit. Chelsea merasa dirinya bodoh. Kenapa ia harus terus-terusan menangisi orang jahat yang sudah meninggalkannya? Padahal dirinya sendiri juga jahat karena mengabaikan perasaan Vito yang tulus, bukan begitu?

Dengan tiba-tiba Chelsea memeluk Vito dan membenamkan wajahnya di dada bidang cowok itu. Tentu saja hal itu membuat Vito terkejut.

"Vit, maafin gue, maafin gue karna selama ini gue nggak pernah meduliin perasaan lo," ujar Chelsea di tengah isakannya.

Ya, Chelsea merasa bersalah. Dirinya saja merasa sakit saat Rey mengabaikannya. Lalu kenapa ia sendiri justru menyakiti Vito dengan mengabaikan cowok itu juga?

"Vit, lo mau nggak bantuin gue buat ngelepasin perasaan gue ke Rey sekarang?" ujar Chelsea lagi.

Vito melepas pelukannya untuk melihat wajah Chelsea. "Maksudnya?" ujar Vito seraya menatap mata Chelsea lekat.

DUA SEJOLI SALING JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang